Semenjak dia menolongku hingga membuat bayang-bayangnya menari-nari dalam pikiranku. Sungguh dia mulai mengusik seluruh anganku, bahkan namanya juga selalu mengema dalam hatiku. Mungkinkah dia yang merapal namaku berulang kali. Ya Allah kejadian ini membuat aku malah salah tingkah. "Astaga! Ava kamu mikir apa coba?"pikirku seraya menatap wajahnya. Dia menemaniku ketika dokter mengobati lukaku.
"Ini agak terlalu sakit, kamu harus menahannya," ucap dokter yang menanganiku untuk menjahit luka di lenganku. Lalu aku pun mencoba menahan rasa sakit itu. Tapi melihat Barra membuat rasa sakit itu mendadak menghilang begitu cepat. "Apa ini mengandung sebuah magic?" gumamku dalam hati kecilku.
Hatiku mulai berdebar-debar seketika. Bahkan dia membuat seluruh aliran darahku mengalir begitu deras. Senyuman yang begitu memikat hati ini. Rasanya aku mulai terkena sebuah virus berisi racun cinta yang menyebar hingga ke seluruh tubuhku.