Chereads / Love between Gravel / Chapter 9 - bab 4.c. Status

Chapter 9 - bab 4.c. Status

Exsclamente mengontrol emosi di wajahnya supaya tak terlihat oleh Shizuru yang datang hanya mengunakan jubah mandi apalagi wajah Shizuru bisa dikatakan jauh dari kata baik. Shizuru melewati ayahnya begitu saja naik ke lantai atas dimana kamar tidurnya berada sambil tiada henti menggerutu. "Bajingan itu!" geramnya kesal sambil mengusap wajah tuanya. Exsclamente menunggu Shizuru dengan menikmati sarapan pagi yang disediakan pembantunya.

Sementara di dalam kamar, Shizuru mandi lagi dengan harapan semua jejak bajingan tersebut akan terhapus. Shizuru berendam di bathtub, tenggelam dalam pikirannya dan sebuah senyuman terselip dalam bibirnya tetapi tak urung dirinya mulai merindukan sebagian diri bajingan itu dalam tubuhnya.

Shizuru bangkit dan berdiri di bawah shower, ia tidak ingin berlama-lama memikirkan bajingan itu, ada hal yang lebih penting dari sekedar seks semalam.

Selesai mandi, dirinya keluar dari kamar mandi berbalut handuk. Ditelitinya satu persatu baju kemudian diambilnya kaos dan celana panjang. Beberapa notifikasi masuk kedalam ponselnya memberitahu kalau ada perubahan rapat yang harus di hadiri.

"Zai.inc? bajingan itu." katanya lalu dibalasnya menolak hadir, ia harus cepat keluar dari rumahnya kalau tidak ingin bertemu bajingan tersebut.

~

Javi memakai pakaiannya dengan santai, nyonya besar kedua masih didalam selimut. Pergulatan panas sepanjang malam menghabiskan tenaganya tapi ia puas karena hanya dirinya seorang yang mampu membawa nyonya besar kedua melayang, dikecupnya perlahan keningnya sebelum keluar kamar berniat makan sesuatu di ruang makan.

Dimeja makan tertata rapi makanan yang sudah disediakan. Seperti biasa kalau Javi ingin makan, pembantunya berdiri di sampingnya untuk mengambilkan makanan yang diinginkan sehingga mudah dimakan oleh Javi.

"Dimana kelinci putih?" tanyanya melirik pembantunya yang dengan sigap menuangkan air putih ke dalam gelas.

"Semalam nona tidak pulang tuan." jawabnya.

Tangannya berhenti sejenak, "Apa kelinci putih memberikan kabar?" tanyanya kemudian melanjutkan makannya. "Tidak tuan." jawabnya pelan. Javi merasa terganggu putrinya belum pulang, kalau diketahui oleh nyonya besar kedua, entah bagaimana nasibnya.

Tangannya menengadah meminta ponselnya, cepat pembantunya memberikan. Javi menekan tombol panggilan cepat tapi hingga dering keempat, tak ada sautan sama sekali.

"Hmm"kata Javi dengan mulut sibuk mengunyah, Nyonya besar kedua tahu Javi hanya sedikit menggambek karena tadi tidak terbangun bersama.

"Pagi sayang." Nyonya besar kedua duduk di atas pangkuan Javi dengan santai kemudian mengecup bibirnya sekilas, tangannya meraih potongan roti milik Javi yang ada di piring.

"Ada apa?" sambil mengunyah potongan roti tersebut, nyonya besar kedua merasa sangat lapar setelah sepanjang malam tanpa henti Javi menguras tenaganya.

"Tidak ada." kata Javi memperhatikan gerakan tangan nyonya besar kedua yang sangat indah dimatanya.

Javi sangat senang Nyonya besar kedua bermanja-manja dengannya, dihirupnya aroma yang mengguar dari lehernya.

"Dimana kelinci putihku?" tanya Nyonya besar kedua memperhatikan sekelilingnya tapi tak ada tanda-tanda Lena di rumah.

Javi berpura-pura tidak mendengar perkataan nyonya besar kedua, ia membuat Nyonya besar kedua mendesah setelah tangan Javi mengibas meminta pembantunya meningalkan ruang makan. Pemikiran Javi sangat sederhana, sehabis makan haruslah makan makanan penutup, itu berarti nyonya besar kedua adalah makanan penutupnya hari ini. Kelemahan Javi yang tidak diketahui oleh nyonya besar kedua yaitu sifatnya yang suka menebar benih di semua tempat dan jangan tanyakan berapa anak diluar sana yang tidak diakuinya serta tak diketahui oleh Nyonya besar kedua. Desahan tak beraturan keluar dari mulut Nyonya besar kedua, Javi mengendongnya masuk kedalam kamar untuk segera menyelesaikan kebutuhan primitifnya yang sudah mendesak.

~

Tuan besar dan Lena keluar dari restoran dengan wajah sama-sama datar. Sebatang rokok dinyalakannya untuk mengusir perasaan tak rela berpisah dengan Lena.

"Kamu mau kemana?"tanya tuan besar menghembuskan asap rokok ke samping supaya tidak mengenai Lena. "Pulang"jawabnya melihat ke kanan-kiri mencari taksi yang biasanya berseliweran di depan mata. Sebuah mobil BMW terbaru berhenti di depan mereka berdua, tuan besar membuang rokoknya sembarangan. Pintu mobil terbuka, seorang pria berdiri membungkuk lalu membukakan pintu bagian penumpang. "Masuklah"ucap tuan besar melihat Lena kaku dan sepertinya akan berlari, "Ada yang ingin aku katakan, masuk!"katanya tenang tapi bernada sedikit kencang. Lena masuk dalam mobil diikuti tuan besar setelahnya pria di depan masuk dan mobil mulai meninggalkan tempat itu.

"Mengapa?"tanya Lena bingung, masalahnya jantungnya berdebar-debar terlalu cepat. Tuan besar menopang kan salah satu tangannya di jendela mobil agar bisa melihat wajah Lena.

"Apa kamu pikir semua yang berhubungan denganku, aku tidak akan mengeceknya secara detil? Apa yang aku tidak tahu hanyalah kamu perawan atau tidak"jawabnya, kalimat terakhir mampu membuat wajah Lena merah padam karena malu. "Mengapa kamu bawa-bawa begituan? mesum!"kata Lena kesal menutupi perasaan malunya. Mengetahui itu, tuan besar mengubah posisi duduknya lebih dekat ke arah Lena, "Aku tidak mesum hanya memberitahu kalau itu kebenarannya"bisik tuan besar bertambah dekat dengan Lena, 5cm lagi pikirnya. Lena gugup, "Aku..apa mau mu"tanya Lena tak mampu mengalihkan perhatiannya dari wajah tuan besar. "Ini", tuan besar menciumnya lembut bibir Lena sehingga Lena merasakan kupu-kupu dibawah tubuhnya, meronta untuk dilepaskan demikian juga tuan besar. Tanpa sadar erangan tertahan lolos dari mulut Lena. Tuan besar melepaskan ciumannya lalu mengusap bibir Lena, "Mulai sekarang kamu milikku!". Tuan besar menggeser posisi duduknya kembali seperti semula. Bibir Lena bengkak lagi, wajahnya merah muda menambah rona kecantikan alami yang dimilikinya. "Beautiful"ucap tuan besar dalam hati. Ia benar-benar memutuskan kali ini akan memenuhi keinginan Nyonya besar kedua.

Perlu 10menit Lena tersadar dengan kalimat yang diucapkan tuan besar, "Apa maksudmu?tidak...tidak...anggap saja mulai nanti aku tidak mengenalmu!"kata Lena celingak-celinguk kaget ternyata sudah di depan rumahnya. Ketika tangan hendak memegang handle pintu mobil, "ahh...apa yang..."teriaknya kencang duduk di atas pangkuannya. "Apa yang tidak mengenal?"tanyanya kesal menahan Lena dipangkuan sedang kepalanya mengecup lehernya. Hisapan kuat diberikan sehingga Lena mendesah tak karuan, otaknya melambat "Jangan..."katanya tersendat. Tangan tuan besar menyentuh bagian sensitif, "Katakan kamu mengenalku maka aku akan melepaskan". Tangan Lena mencengkeram kuat lengan tuan besar untuk tidak lebih jauh masuk. "Uhh...ya..ya.. hentikan", Lena benar-benar tak tahu bagaimana mengatasi desakan kencang yang ada dalam tubuhnya. "Katakan Lena"bisiknya menjilat di telinganya, "Baik-baik, aku mengenalmu", tuan besar menghentikan gerakannya. Lena mengatur nafasnya yang memburu, matanya menggerjap kebingungan, tuan besar menyeringai senang. Walau belum terlalu mereda, Lena menggeser badannya mendekat pintu mobil lalu keluar. Ia bahkan tak menoleh ke arah belakang, cepat-cepat masuk kedalam rumah. Wajahnya terlihat panik, kalau tuan besar tahu tentang kepanikannya, Lena nyakin tuan besar tidak akan melepaskan mudah dirinya. Tangannya gemetaran menutup mulutnya, terdengar dari suara erangan dan desahan kencang kedua orangtuanya setiap kali Lena pulang. Air matanya meleleh terlalu takut untuk bersuara.

"Jalan!"perintah tuan besar setelah memastikan Lena masuk dan tidak keluar lagi. Senyumnya mengembang penuh, hatinya berbunga-bunga bak remaja labil.

Dihitungnya dalam hati kemudian Lena berbalik menghadap pintu rumah, disambarnya kunci mobil kemudian berjalan menuju garasi mobil. "Ini terlalu banyak, aku...aku...harus cepat pergi"ucapnya dengan segera mengendarai mobil kesayangannya menuju airport. Tujuannya hanya satu, terbang ke Perancis tepatnya Paris.

Dikirimkan pesan kepada orangtuanya mengenai kepergiannya diluar rencana. Lena tidak ingin bertemu lagi dengan tuan besar. Niatnya semalam ingin menolong suami ibunya bukan menjadi saingan cinta ibunya, Lena tak tahu status asli ibunya.