Chereads / Love between Gravel / Chapter 38 - Bab 15.a. Ketegangan Bab 15.a. Makan

Chapter 38 - Bab 15.a. Ketegangan Bab 15.a. Makan

Malam berubah menjelang pagi. Matahari muncul dengan malu-malu. Desakan Morgan, Shizuru ikut pulang ke rumah ayahnya. Shizuru tak menolak karena merasa sangat kelelahan dari beban fisik dan mental yang dirasakan. Belum lagi pelarian dirinya terakhir kali membuat semakin lemah. Namun, ia suka berkata ini hanya karena ia terlalu tegang dengan situasi yang dialaminya saat ini. Hatinya berontak harus berakhir seperti ini. Perutnya terasa tegang dan keras. Sesekali Shizuru meringis menahan nyeri yang bolak balik datang. Ia terbaring di atas tempat tidur setelah membersihkan diri lebih dulu. Sementara Morgan keluar mengambil minuman hangat dan sedikit cemilan yang mungkin dibutuhkan mengingat kehamilan Shizuru terkadang rewel walau capek.

Morgan masuk membawa semuanya dengan baki. Diletakkan di atas meja dekat tempat tidur. Berbalik mendapati Shizuru kesakitan. "Ada apa, Shizu?" tanya Morgan sedikit panik melihat wajah Shizuru sedikit pucat, tangannya memegang erat perutnya. "Zai...sakit" jawab Shizuru tak sanggup lagi menahannya. Tak berkata-kata lagi, Morgan langsung mengendongnya ke luar kamar menuju mobilnya. Ia berusaha tenang. Cengkeraman kuat di baju Morgan membuat was-was. Beruntunglah ia tadi sempat memberi instruksi kepada sopir untuk tidak memindahkan mobilnya di garasi melainkan bersiaga penuh di depan. Lagi-lagi instingnya kuat sehingga tak terjadi kekacauan yang berarti.

Mobil cepat-cepat menuju rumah sakit terdekat. Wajah Shizuru berada di dada Morgan. Keringat dingin keluar dari badan Morgan menahan rasa takut teramat sangat. Ia tak mau kehilangan Shizuru apapun yang terjadi. Dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan UGD. Buru-buru Morgan memasuki ruangan UGD. Beberapa suster segera mengambil alih, terdengar langkah kaki dokter jaga.

Tirai ditarik dari dalam, tak membiarkan Morgan melihat apa yang terjadi. Kepanikan terjadi ketika tempat tidur yang berisi Shizuru didorong keluar dari tirai. "Apa yang terjadi?" teriak Morgan cepat mengikuti. "Maaf pak, bapak sebaiknya mengisi data-data di bagian administrasi. Kondisi ibu mengalami pendarahan" jawab suster cepat berlari mengejar.

Syok.

"Pak. Tolong diisi supaya bisa dilakukan tindakan lanjutan di ruang bersalin. Kondisi janinnya sangat lemah. Bertahan atau tidak, berdoa saja" ujar suster sambil memberikan selembar kertas yang harus diisi Morgan. Morgan mencari meja didekatnya agar mudah mengisi.

kring....kring....

Satu tangan mengisi lembaran kertas yang diajukan, satu lagi menggeser tombol hijau menerima telepon.

["Ayah mertua. Shizuru ada di rumah sakit. Kondisinya tak baik"]

Terdengar suara teriakan tak jelas sebelum dimatikan. Rasa takut bertambah kuat. Morgan berusaha tenang, semua administrasi sudah dibereskan. Duduk di depan ruang tunggu tak membuatnya tenang. Dokter maupun suster tidak mengijinkan ia masuk.

Terdengar suara kaki berlari dengan panik, Morgan menoleh. "Ayah mertua" panggilnya lalu berdiri menghampiri. Exsclamente mengatur nafasnya yang ngos-gosan. Ia tak menduga Shizuru akan masuk kedalam rumah sakit. "Aku tidak tahu. Aku bertemu Shizu di alun-alun, bawa pulang ke rumah ayah mertua tiba-tiba begini" ungkapnya.

Exsclamente terlalu syok hingga tanpa sadar duduk di kursi tunggu. Morgan mengikuti. Pintu dibuka, Shizuru didorong diatas tempat tidur, wajahnya pucat pasi. Mereka berdua spontan berdiri. Selang infus tertancap ditangan kanan. Suster membawa Shizuru menuju kamar yang diminta Morgan. Mereka semua berjalan mengikuti langkah tempat tidur di dorong. Tanpa banyak kata, Morgan dan Exsclamente masuk kedalam lift setelah tempat tidur Shizuru masuk dan perawat. Keluar dari lift, Morgan melihat hilir mudik pasien lain berada di lorong. Suara tangis terdengar di salah satu kamar atau teriakan kesakitan.

Shizuru masih tertidur pulas karena efek samping obat bius yang diberi. Dokter memberikan isyarat kepada mereka berdua untuk keluar kamar setelah suster menunjukan siapa keluarga Shizuru.

"Bagaimana dok, putri saya" tanya Exsclamente begitu diluar kamar. Ia merasakan cemas luar biasa. "Tenanglah Pak. Kondisinya melemah. Kandungannya sangat rentan di usia trimester pertama. Apa ada keluhan selama ini?" tanyanya menatap satu persatu. Exsclamente memalingkan wajah ke arah Morgan. "Saya kira tidak ada dok. Makan luar biasa melebihi kapasitas biasanya." jawab Morgan mengingat-ingat semua yang terjadi.

"Saat ini masih dalam pengaruh obat bius. Jangan biarkan turun dari tempat tidur jika tak ingin keguguran. Jauhkan dari hal-hal yang membuatnya stres atau berfikir berat" ujarnya.

Morgan dan Exsclamente menganguk mengerti. "Dok. ruangan 204 mengalami pendarahan" sela suster mendadak muncul di antara mereka. "Saya tinggal lebih dulu. Usahakan untuk tidak bergerak demi bayinya" perintah dokter bergegas meninggalkan mereka berdua mengikuti langkah suster yang cepat.

"Ayahmu dimana?" tanya Exsclamente menyadari ada yang kurang disini. Morgan masuk kedalam kamar inap Shizuru. Kamar inap kelas VVIP. Tak seorangpun bisa masuk tanpa seijinnya. Di dalam ada sofa, lemari, tv bahkan ekstra tempat tidur. Tak tampak sebagai kamar inap rumah sakit.

Morgan menghempaskan pantatnya di sofa. Diperhatikan dari jauh wajah tenang Shizuru yang tidur. Exsclamente ikut duduk di sofa. "Aku belum sempat beri kabar" katanya sambil menghela nafasnya.

drt.... drt.... suara ponsel mengusik Morgan. "Ayah, aku keluar dulu menerima telepon" ucapnya bangkit begitu menyadari ternyata Baldi yang telepon.

Exsclamente berdiri menghampiri putrinya, kursi di dekat tempat tidur dirubahnya menghadap Shizuru.

"Apa yang terjadi Shizuru? kamu bikin ayah takut" katanya pelan. Diusapnya lembut tangan Shizuru yang tergeletak tak bergerak diatas tempat tidur. Air matanya turun. Tak sangka bertahun-tahun tidak mengalami sakit apapun yang berat malah sekarang terbaring disini seakan semua kehidupannya lenyap. Apakah ia telah salah memaksakan diri untuk meminta mengikuti surat perjanjian ibunya?. Apakah seharusnya ia menceritakan alasannya Morgan bersikeras untuk melakukan banyak hal yang salah demi mendapatkan Shizuru?. Wajah Exsclamente muram melihat rasa sakit yang diderita Shizuru.

Sementara diluar Morgan mencari tempat yang tenang untuk bisa bicara. ( author beri tanda [ ] untuk telepon )

[ "Bicaralah" ]

[ "Salah satu anak buah kita berkhianat" ]

[ "Apa maksudmu? siapa?" ]

[ "Jacky" ]

[ "Ah, little Jacky. Apa yang dilakukannya kali ini?" ]

[ "Tergiur nyonya besar kedua" ]

[ " Ah, tak pernah jauh-jauh dari sana ternyata. Bagaimana kabar Rosana istri Jacky?" ]

[ "Dekat subjek yang diharapkan" ]

[ "Awasi! Lakukan dengan tenang" ]

[ "Kondisi saham perusahaan memburuk akibat kebocoran keributan di hotel mengenai tuan besar, ada yang harus dilakukan atau untuk sementara dibiarkan saja berkembang" ]

[ "Berapa presentase yang diperlukan untuk menaikkan situasinya?" ]

[ "Sekitar 10% sudah cukup" ]

[ "Turunkan berita tentang Shizuru dan aku di rumah sakit, biarkan publik mengira-ngira untuk waktu dekat."]

[ "Baik" ]

Morgan mematikan ponselnya setelah memberikan instruksi kepada Baldi. Kepalanya sakit mendengar kebocoran berita di hotel tentang ayahnya. Tarik nafas agar Shizuru tak mengetahui tentang hal ini, biar bagaimanapun mereka adalah pasangan jadi tak ada salahnya memberikan kabar bahagia lebih dulu daripada berita buruk. Morgan masuk kedalam kamar inap Shizuru, Exsclamente tampak tertidur di pinggiran tempat tidur.