Mereka tiba di depan goa yang dimaksud Aiden dan Axelia. Setelah turun dari kereta kuda tanpa atap, kusirnya segera putar arah untuk pulang, sedangkan mereka kini berdiri di depan pintu goa batu yang tampak kokoh.
Pintu goanya terlihat gelap dari luar, apalagi ketika mereka memasukinya ke dalam. Tetapi mau segelap apapun, mau sedalam apapun, semua itu bukan halangan yang menahan langkah mereka untuk terus berjalan maju.
Maka dengan gagah berani, dan kepercayaan diri yang tinggi, ketujuh dari mereka menyambangi goa tersebut. Berjalan perlahan mengikuti lorong goa, berjalan semakin jauh dari mulut goa, kegelapan kian membutakan mata mereka akan pandangan sekitar.