Chereads / I'm Coming / Chapter 19 - #18

Chapter 19 - #18

Tak mau ingin melihat ingatan wanita itu lebih jauh lagi, sudah cukup bagi Joseline untuk mempermainkan pikiran wanita itu. Sekarang, tinggal satu orang lain lagi yang masih harus dipemainkan seperti wanita itu, yaitu suaminya sendiri.

Tapi, hingga Joseline mencari-cari di seluruh bagian rumah itu pun, ia sama sekali tidak bisa menemukannya. Entah dimana dia sekarang, yang jelas Joseline memperkirakan jika ia masih berada di sawah, karena memang profesinya sebagai petani, Joseline tahu itu.

Meskipun begitu, justru menurut Joseline pekerjaannya lebih terasa mudah karena ia tidak harus repot-repot mengeluarkan tenaga lagi. Tidak menemukan pria itu, setidaknya Joseline masih sempat untuk bertemu Intan yang dikurung di sebuah ruangan.

Intan yang awalnya cukup terkejut ketika melihat seseorang membuka pintu kamarnya bukanlah ibu gadungannya melainkan seorang pria muda yang memiliki paras cukup tampan menurutnya. Ia cukup heran, bagaimana pria yang ada di depannya saat ini bisa membuka pintunya dengan santai tanpa diganggu oleh orang itu sekalipun.

"Kamu Intan kan?" tanya Joseline agak merasa kasihan dengan keadaan Intan yang terlihat memiliki banyak bekas luka yang bahkan beberapa diantaranya masih terlihat baru.

"Iya, kamu siapa?" tanya Intan balik.

"Aku Zafran. Disini aku datang buat nolong kamu dari mereka." sahut Joseline.

Bak seorang Putri Cinderella yang akhirnya bertemu dengan seorang malaikat yang tak terduga, bedanya posisi Joseline kali ini bukan sebagai malaikat yang baik, tapi malaikat kematian. Intan mengira Joseline merupakan orang yang selama ini ia tunggu-tunggu untuk membawanya pergi dari rumah sialan ini.

Selama ini, Intan merasa tersiksa berada di rumah itu, baik siksaan batin maupun fisik, semuanya pernah ia alami. Untuk keluar rumah saja ia tidak bisa, karena selalu dilarang. Maka dari itu Intan sering merasa kebosanan setengah mati

"Be beneran?? kamu ga bohong kan?" ucap Intan bertubi-tubi karena ia masih merasa tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengarkan.

"Iya, kita bakal pergi dari rumah ini setelah ini."

"Ayo" ajak Joseline.

Tak perlu membutuhkan waktu lama bagi Intan untuk menentukan sebuah keputusan. Ia lebih memilih untuk mengikuti Joseline yang sama sekali tidak ia kenal ketimbang tetap berada di rumah itu dan akan terus disiksa nantinya.

Intan berjalan mengekor di belakang Joseline dan mereka berdua juga sempat berpapasan dengan wanita itu. Intan juga sempat takut ketika melihatnya, tapi yang aneh menurutnya, wanita itu sama sekali tidak marah ketika melihat dirinya berjalan pergi menuju luar rumah dan lebih terlihat seperti orang yang linglung. Sungguh sebuah keajaiban menurutnya.

"Tenang aja, kamu aman kok" ucap Joseline yang melihat Intan berjalan seperti orang yang waspada dengan apapun.

"A aku ga bisa tenang, aku sendiri jarang dibolehin keluar rumah." tukasnya sambil menunduk/

"Udahh, ga ada yang berbahaya kok." padahal yang paling berbahaya di tempat itu adalah Joseline sendiri.

Sementara itu, Joseline terus menuntun Intan menuju ke mobil. Intan sendiri juga agak tidak percaya ketika melihat Joseline saat ini membawa mobil dan bahkan bisa menyetirnya. Padahal ia juga masih terlihat muda dan saat ini sebenarnya memang jarang ada pria muda yang bisa menyetir mobil dengan santai.

Untuk saat ini Joseline memang sengaja tidak terburu-buru karena ia juga masih memiliki banyak waktu sebelum malam hari nanti tiba.

"Kak Zafrann.." panggil Intan yang melihat Joseline sedang melamun padahal ia sendiri masih dalam posisi menyetir. Yah, jalanan di tempat itu memang sebenarnya tidak terlalu ramai, lebih tepatnya terasa sepi dari lalu lalang kendaraan-kendaraan lain.

"Hm, kenapa?" tukas Joseline santai dan sudah keluar dari lamunannya saat ini.

"Kita mau kemana?" tanya Intan balik karena ia sama sekali tidak tahu dirinya akan dibawa kemana saat ini.

"Kita mau ke sebuah tempat, tenang aja, kamu ga usah khawatir."

"Udah deket kok.." tambah Joseline dengan memasang tampang dan nada yang sangat meyankinkan bagi siapapun yang mendengarnya.

"Yaudah dehh, lagian aku juga jarang bisa keluar kayak gini.." timpal Intan yang tidak terlalu memperdulikan akan dibawa kemana oleh Joseline.

Sebenarnya, ketika Intan melihat Joseline tampak sedang melamun, yang terjadi di dalam benak pikirannya adalah sebuah konflik antar para pemegang identitas tubuh Zafran. Sedari tadi, Zafran terus mengatakan sebuah hal yang sama kepada Joseline hingga perkataannya terus terngiang-ngiang di pikirannya.

"Kumohon, tolong jangan lukai siapapun lagi."

Sebuah jeritan hati yang tak akan pernah bisa sampai di dunia nyata karena yang bisa mendengar itu hanyalah Joseline seorang selain Zafran. Bukannya Zafran tidak tahu, bukannya Zafran itu pura-pura buta dan bisu. Ia sangat menyadari, jika selama tubuhnya diambil oleh Joseline, sudah banyak korban yang jatuh dengan harus mengotori tangannya sendiri. Padahal yang berbuat bukanlah Zafran tapi Joseline yang memanfaatkan tubuhnya sebagai mainannnya.

Joseline bisa dengan bebas menggunakan tubuhnya untuk segala hal, sementara dirinya masih harus terjebak di tempat yang bernama penjara kegelapan yang ada jauh di dalam bagian dirinya, bagian yang terlupakan dan sama sekali tak diinginkan.

Tak bisa bergerak dan bahkan tak bisa menggunakan tubuhnya sendiri atas keamauannnya. Jadi, hal yang terakhir yang bisa Zafran lakukan hanyalah memperingatkan Joseline yang sedang berkeliaran bebas diluar sana, karena cuma itu satu-satunya yang bisa ia lakukan kepada Joseline.

Sedangkan untuk Joseline sendiri, ia tak terlalu memperdulikan apapun yang diucapkan oleh Zafran, karena ia menganggap Zafran sama sekali tak berbahaya lagi bagi dirinya. Seluruh kendali tubuh Zafran sudah Joseline kuasai, jadi apa gunanya mengkhawatirkan si Zafran itu?

"Aku belum pernah kesini, tapi tempatnya keren banget kakk.." ucap Intan yang merasa senang ketika melihat pemandangan yang ada di depan mobil mereka.

Untuk sekarang, Joseline memang sengaja untuk tidak langsung membawa Intan ke Villa, karena alasannya sudah disebutkan tadi, ia tidak terburu-buru dan masih memiliki banyak waktu saat ini.

Jadinya, ia membawa Intan ke sebuah tempat dimana matahari terbenam bisa terlihat sangat indah jika dilihat kedua mata dan dapat membuat siapapun menjadi terpesona ketika melihatnya secara langsung.

Joseline bisa mengetahui tempat semacam ini karena ia memang pernah kesitu sebelumnya dengan secara tidak sengaja dan di jam-jam yang hampir sama dengan saat ini. Karena alasan itulah Joseline jadi mengingat tempat ini dan berniat kembali kesitu jika ia bisa.

"Nikmatin aja, pemandangan disini emang keren kokk." Canda Joseline.

"Aku keluar ya kak? ga tahan nih ngeliat dari luar.." pinta Intan kepada Joseline.

"Boleh aja."

"Wahh, makasih.." ucap Intan bersemangat dan langsung membuka pintu untuk segera keluar dan melihat pemandangan sunset dari luar.

Intan sama sekali tidak tahu, jika menyenangkan hatinya merupakan bagian dari rencana Joseline sebelum ia benar-benar akan membunuhnya nanti.