Chereads / JANGAN PANGGIL AKU KUCING / Chapter 12 - PART 11 - HARI KELABU

Chapter 12 - PART 11 - HARI KELABU

HARI KELABU….

Jarum jam baru menunjukan pukul 6 pagi, namun Vera & Chris sudah siap-siap berangkat menuju kediaman seseorang yang telah masuk ke dalam rumah tangganya. Wajah wanita paruh baya itu terlihat penuh amarah. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan wanita yang telah berani merebut suaminya tersebut.

"Chris ayo buruan" Teriak Vera.

Chris lalu keluar dari kamar dengan wajah yang penuh kebingungan. Ia berjalan perlahan – lahan, mendekati ibunya yang sudah berdiri di depan mobil sedan berwarna merah.

"Ma…Apakah mama yakin ingin bertemu dengan dia?".

"Chris, mama harus bertemu dengan wanita itu.Sudah, kamu cukup anterin mama, biarkan ini menjadi urusan orang dewasa".

Chris seolah tidak memiliki pilihan lain. Ia dengan terpaksa mengatarkan ibunya ke kediaman Dimas. Ya…Dimas. Seseorang yang telah merenggut kebahagiaan rumah tangganya.

Di sepanjang perjalanan Chris sesekali melirik ke arah ibunya. Ia melihat sosok wanita yang penuh amarah sekaligus kepedihan. Chris, sangat paham apa yang sedang dialami oleh ibunya adalah hal yang tak biasa. Apalagi, jika ibunya tahu bahwa orang yang dimaksud tersebut adalah Dimas. Mungkin, bukan cuman keributan saja yang akan terjadi, tetapi mungkin rumah tangganya bisa berakhir di meja hijau.

….

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, mereka sampai disebuah apartemen mewah di pusat ibu kota. Vera lalu bergegas keluar, sesekali pandangan tercuri oleh kemegahan bangunan pencakar langit tersebut.

Mereka lalu bergegas menuju lobby dan meminta bantuan security untuk naik ke lantai 29. Untung saja saat di Surabaya, Dimas memberikan alamat dan nomor unit apartemennya.

Setelah sampai di depan unit yang dituju. Chris mencoba menenangkan ibunya. Ia meraih tangan ibunya.

"Mam, please jangan emosi" Pintanya.

Vera tidak mengindahkan permintaan Chris. Ia lalu mengetuk dengan sangat keras pintu apartemen tersebut. Tak berselang lama, pintu apartemen tersebut perlahan – lahan terbuka. Dilihatnya sesosok pria tanpa mengenakan baju dan hanya dibalut oleh handuk.

"Dimana…Dimana wanita itu" Bentak Vera…

"Maaf, anda siapa ya?"

Vera membanting tasnya. Ia lalu mendekati Dimas. Jarak diantara mereka seakan tanpa sekat dan batas. "Gue, istrinya Hans"..

Mendengar kalimat tersebut, Dimas seperti di sambar petir di siang bolong. Ia benar – benar tidak menyangka bahwa hari ini, ia kedatangan tamu yang amat spesial. Tamu yang tak pernah ia harapkan. Tamu yang mungkin tidak ingin ia temui dalam hidupnya.

Ia lalu melirik ke arah Chris, seolah ingin memberi kode apa maksud dan tujuannya datang ke tempatnya. Chris lalu meraih tangan ibunya dan menjauhinya dari Dimas.

"Mam, tenang dulu. Disini tidak ada wanita."

"Apa maksud kamu Chris!!" Bentak Vera.

Ia lalu menunjuk ke arah Dimas. "Inilah orangnya".

Air matanya pun jatuh membasahi pipihnya. "Kamu jangan gila ya chris?" Tanya Vera balik.

Chris hanya bisa terdiam. Matanya pun mulai berlinang. Vera lalu tertunduk. Ia menangis seperti halnya wanita yang kehilangan sang suami tercinta. Melihat hal itu Dimas pun tak tinggal diam. Ia lalu menghampiri Vera.

"Tante, ada baiknya kita bicara di dalam saja"

Vera lalu mengangkat kepalanya. Ia mengusap air matanya dengan tangan kirinya. Ia lalu berdiri. Menatap pria yang telah merenggut kebahagiaan rumah tangganya. Lalu, sebuah tamparan melayang ke arah Dimas.

"loh masih bisa bilang kek gitu!!" Bentaknya.

Chris mencoba merelai ibunya yang sudah tak terbentung amarahnya.

Ia mencoba memegangi ibunya. Namun amarah Vera seolah telah merasuki seluruh tubuhnya.

"Lepasin Chris" Ia mencoba melawan.

Vera lalu menunjuk ke arah Dimas yang sedang memegang pipihnya, karena tamparan darinya.

" Hei, pria murahan. Apa yang loh mau dari suami gue. Apa!!". Dimas hanya diam seribu bahasa. "Jawab!!".

"Oh gue tahu, pria macam loh itu cuman mau uang kan. Nih, gue kasih buat loh" Vera lalu melemparkan uang ke arah Dimas.

"Itu kan yang loh mau!!!". Ia kembali meninggikan nadanya.

Melihat perlakuan Vera yang sudah diluar batas, Ia pun tak tinggal diam

"Saya gak butuh uang anda". Jawabnya dengan sangat ketus.

"Apa…Apa loh bilang, gak butuh?" Balas Vera dengan nada sangat sinis. Ia lalu mendekati Dimas.

"Loh pikir gue wanita bodoh. Gue tahu pria macam loh itu cuman butuh duit" Ia menujuk ke arah Dimas.

"Maaf ya tan, tidak semua bisa dibayar oleh uang".

"Ya, loh betul. Tapi coba loh jawab pertanyaan ini. Dari mana loh bisa beli apartemen mewah seperti ini, kalau bukan duit dari suami gue!!".

Dimas menundukan kepalanya. Ia seolah tidak bisa berkata – kata lagi, ketika kalimat tersebut diucapakan oleh Vera. Kalimat yang seolah membunuh jawabannya. Kalimat yang tidak bisa dibantah oleh dirinya.

"Kenapa…Kenapa loh terdiam. Dasar pria biadab!!"

"Gue peringatkan satu hal sama loh ya. Jangan harap loh bisa hidup tenang, selagi masih berhubungan dengan Hans".

Setelah meluapkan amarahnya. Vera lalu bergegas pergi. Meski dihadapan Dimas ia seolah seperti manusia yang kerasukan setan, namun pada kenyatannya Vera hanyalah wanita biasa. Derai air matanya tidak berhenti. Ia terus menangis. Meratapi kehidupan rumah tangganya yang seolah akan segera berakhir.

Vera benar – benar tidak menyangka, bahwa rumah tangga yang telah ia bina puluhan tahun, retak seketika. Retak, karena hadirnya orang ketiga dalam kehidupannya. Ia benar – benar tidak menyangka bahwa Hans bisa berbuat seperti ini. Berselingkuh dengan wanita saja bisa membuat hatinya terluka, apalagi ini. Perselingkuhan yang tak pernah ia bayangkan. Dalam hidupnya, Vera selalu berusaha berbaik sangka pada sang suaminya, tapi kejadian ini seolah membuka matanya.

"Dim, maaf atas kejadian barusan".

"Gak apa – apa kok. Gue sangat paham tentang perasan ibu loh".

Perpisahan diantara kedua pria itu seolah meninggalkan jejak. Jejak yang tak kasat mata, namun dengan hati. Perasannya. Hatinya. Dan cintanya, seolah luntur takala melihat pria bernama Dimas. Meski, pada kenyatannya Dimas adalah kekasih ayahnya, namun di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Chris seolah menyimpan rasa yang terpendam. Rasa yang tak bisa diutarkan oleh kata – kata dan juga logika.

Haruskah…Haruskah cinta berlandaskan logika. Bukankah ia adalah perpanduan dua hati yang saling bertemu dipersimpangan. Mengapa butuh alasan yang logis, disaat hati sudah mengiyakan.

"Ma, Chris tahu ini tidak logis, tapi kenyataan sudah terjadi. Suka atau tidak suka, kenyataan ini harus kita hadapi". Chris mencoba menenangkan ibunya yang terus menangis di dalam mobil.

Chris begitu paham bahwa perasaan ibunya saat ini pasti hancur berkeping – keeping. Bahkan sekalipun kata maaf terucapkan dari bibirnya, hatinya mungkin tidak akan kembali seperti dulu. Seperti halnya sebuah gelas yang jatuh, lalu hancur berkeping – keping. Sekalipun kita berusaha untuk mempersatukan kepingan tersebut, tetap saja akan ada bagian yang tak sempurna.

….

Kebohongan seperti halnya bangkai

Sekalipun ditutupi, Ia akan tercium juga

….