Chereads / JANGAN PANGGIL AKU KUCING / Chapter 5 - PART 4

Chapter 5 - PART 4

KENIKMATAN DUNIAWI

.....

Dunia ini memang penuh dengan kenikmatan, meski terkadang hal itu rancu untuk diartikan. Terkadang, apa yang  dianggap kesenangan duniawi justru dicap sebagai lumbung dosa. Tapi bukankah dalam kehidupan ini dosa sering kali dianggap hal yang tidak nyata. Ia tidak dapat disentuh, dirasa, atau bahkan dilihat oleh mata telanjang. Lihat saja bagaimana manusia menembus batas aturan Tuhan dan mengesampingkan dosa. Andaikan saja dosa itu terlihat layaknya sebuah luka, maka barang tentu seluruh manusia di muka bumi ini enggan melakukannya. Namun, Tuhan begitu adil dan baik kepada manusia, hingga ia tidak menampakan dosa dalam bentuk fisik.

…..

Dimas dan kehidupan barunya seakan telah meleburkan dirinya dalam kenikmatan duniawi. Hidupnya kini telah berubah. Ia yang tak pernah menikmati hidup berkecukupan kini bisa merasakannya. Pekerjaan barunya  sebagai pria bayaran telah mengubah hidupnya. Ia yang dulu hidup dalam sebuah kesengsaran, perlahan – lahan mulai merasakan hidup yang lebih layak, meski perkerjaannya adalah batas antara kenikmatan dan dosa. Namun itu tak pernah menjadi persoalan, karena jika sudah menyangkut urusan perut semua seakan dibutakan.

Hari – harinya kini ia habiskan bersama wanita yang butuh kepuasan seksual. Bentuk tubuhnya yang atletis serta aroma tubuh yang menggoda, membuatnya  laris manis. Tak ada hari tanpa menjelah setiap jengkal tubuh wanita yang kesepian. Para wanita yang haus akan kepuasan seksual seakan tak bisa lepas dari cengkramannya.

….

Kenikmatan Duniawi dan Dosa

Seakan begitu abstrak untuk diartikan

Apa yang  menyenangkan

Justru  terkadang dianggap melanggar aturan Tuhan

…..

DIMAS MAGNET WANITA YANG HAUS KEPUASAN SEKSUAL

Malam itu rawut wajah Dimas nampak begitu lelah. Namun, rasa lelah itu seakan dilawannya, saat berhadapan dengan yang namanya uang. Ia seakan mengesampingkan rasa lelahnya dan lebih memilih bertempur kembali diatas ranjang.  

Waktu menunjukan pukul 02.00 dini hari, dinginnya udara Jakarta tak sedikit pun menyulutkan niatnya untuk mendatangi pelangganya di sebuah Hotel di kawasan kuningan, Jakarta Selatan. Kawasan  yang terkenal elit dan merupakan pusat bisnis di Jakarta. Namun, saat malam menyapa kawasan ini seakan tidak pernah tidur. Terlihat beberapa pedagang kaki lima yang masih berjualan.

Perlahan – lahan Dimas menuju lobby Hotel dan menunggu sang wanita itu. Sesekali ia melihat – lihat lobby hotel nan mewah tersebut. Pandangannya terhenti ketika seorang wanita muda keluar dari lift. Wanita muda itu hanya berbalut piyama, lekuk tubuhnya pun terlihat jelas.

Wanita itu lalu memberi isyarat pada Dimas untuk mengikutinya. Tanpa berfikir panjang, Dimas segera mengikuti wanita itu. Di Dalam lift pikiran Dimas seolah tidak bisa berhenti berfikir. Ia seakan dibuat terhanyut oleh kemolekan tubuh wanita tersebut. Parasnya yang begitu cantik, membuatnya ingin segera melumatnya.

Mereka berjalan perlahan – lahan menuju kamar 315 yang terletak di ujung kanan. Sesampainya didalam kamar wanita itu pun melepaskan piayamnya. Bentuk tubuhnya pun kini terlihat jelas. Tak ada lagi pembatasan untuk melihat keindahan tubuhnya.

Dengan kepiawannya wanita itu menghampiri Dimas yang sedang duduk diatas Kasur. Ia perlahan – lahan membuka kemeja yang dikenakan Dimas, sembari sesekali ia melumat apa yang dilihat.

Setelah tak ada lagi sekat pembatas diantara mereka. Permainanpun dimulai.Dimas mulai melumat habis setiap jenggal area tubuhnya, hingga tak ada satupun yang terlewatkan. Jeritan penuh nafsu membuat gairahnya semakin menjadi – jadi. Wanita itu terlihat kesakitan, namun nampak begitu menikmati setiap kali Dimas melumat tubuhnya.

...

Tak ada lagi pembatasan diantara kita

Karena nafsu telah meleburkannya

Dan biarkanlah malam menjadi saksi bisu

Betapa ganasnya diriku  melumat habis  tubuh mu

…..

"Ini bayaran mu" ujar wanita sembari mengenakan pakaian. Belum sempat mengucapkan kata terima kasih, wanita itu lekas pergi. Ia seperti terburu – buru atau memang tidak ingin berbicara dengan pria bayaran seperti dirinya.

Meski menikmati malam yang begitu menggairahkan, akan tetapi pikirannya seakan tidak bisa lepas dari wanita itu. Ia mencoba membuyarkan. Menghapus segala apa yang membayanginya tentang wanita itu.  

Sebatang rokok menjadi pilihan takala pikirannya semerawut. Sesekali ia menatap indahnya kota Jakarta.Kumpulan asap yang keluar dari mulutnya seakan beban yang dihempaskan.

Saat ia ingin menghisap kembali sebatang rokok tersebut, matanya seakan dialihakan oleh sebuah pemandangan. Dari atas balkon ia  melihat sang wanita itu seperti sedang ribut dengan seorang pria di tepi jalan. Meski tidak terdengar  apa yang mereka ributkan namun nampak dari gerak – geriknya seperti menggambarkan bahwa wanita itu sedang dipaksa masuk mobil oleh sang pria tersebut. Meski wanita itu mencoba melawan namun ia seperti tidak berdaya dan tak kuasa. 

…..

Malam demi malam ia lewati bersama wanita yang haus akan belaian. Meski waktu telah  menunjukan pukul 03.00 pagi ,  namun  tak nampak kelelahan di rawut wajahnya. Walau telah menghabiskan malam dengan beberapa wanita, nafsunya seakan tidak pernah enyah. Mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa Dimas menjadi magnet bagi mereka yang haus akan kepuasan seksual. Tak ada malam yang ia lewatkan tanpa melumat tubuh wanita yang kesepian. Dirinya bagaikan singa yang kelaparan, siap menerjang apa saja yang terlintas dihadapannya.

Tiap kali mendengar suara rintihan, hasratnya semakin mengebu – gebu. Ia seakan tak pernah kekurangan tenaga saat melayani setiap pelanggannya.  Uang memang menjadi tujuannya  terjun ke dunia seperti ini. Dimana ada uang disitulah ia akan mengejarnya. Tak peduli malam atau siang. Hujan ataupun teriknya matahari. Asalkan ada uang semua seakan dilalui.

….

Uang terkadang adalah magnet hidup bagi sebagian manusia

Dimana pun ia berada seakan dikejar

Tak perduli siang atau malam

Asalkan perut kenyang

Semua mungkin dilakukan

….

WANITA ITU KEMBALI….

Malam menyapa Dimas yang sedang  duduk dipinggir jalan sambil menyeruput segelas kopi. Baru menenggak sekali,  tiba – tiba saja HP-nya berdering. Nampaknya itu sebuah panggilan masuk. Ia segera mengangkat panggilan itu. Belum juga bibirnya berkata halo,

suara wanita dari telepon itu berkata "Tolong datang sekarang, nanti aku akan kirim alamat hotelnya, aku tunggu ya". Tak sempat berucap, panggilan itu sudah berakhir. Tak berselang lama ada sebuah SMS yang berisikan alamat Hotel lengkap dengan lantai dan nomor kamar.

Tak menunggu lama, Dimas segera bergegas menuju hotel tempat wanita tersebut. Sesampainya disana ia segera menuju kamar yang diberikan melalui pesan singkat. Dimas berjalan menelusuri lorong sembari melihat nomor kamar. Lalu langkah kakinya terhenti di depan kamar 405. Ia lalu mengetuk pintu kamar tersebut dengan perlahan – lahan.

Seorang wanita tanpa sehelai benang, membukan pintu untuknya. Lalu menariknya ke dalam. Ia lalu menjatuhkan Dimas diatas kasur, dan dengan lihainya sang wanita itu mulai menulusuri setiap lekuk tubuhnya. Membuka kancingnya. Menghisap saripatinya. Hingga ke area sensitif pun ia lumat habis layaknya seseorang yang kehausan.  Dimas pun dibuat  tak berdaya melawan wanita tersebut. Ia  sangat buas. Bagaikan macan yang sedang menerkam mangsangnya ditengah hutan

…..

Malam itu untuk kali kedua

Aku dan Dirimu

Dileburkan dalam sebuah nafsu

Meski tanpa cinta

Tapi buat apa ada cinta

Jika kepuasan adalah segalanya

…..

PERTEMUAN PERTAMA DENGAN HANS...

Setelah bertempur kurang lebih dua jam, wanita itu pun bergegas pamit. Ia segera mengenakan pakaian dan meninggalkan sejumlah uang diatas meja. Namun, saat wanita itu membuka pintu, ia memberhentikan langkahnya. Tangannya gemetar. Rawut wajah ketakutan seakan tak bisa dibiaskan.

Dihadapannya telah berdiri sosok pria dengan wajah yang penuh amarah. Pria itu lalu bergegas masuk. Ia pun melihat Dimas yang sedang terbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai benang.

Tanpa basa – basi, pria itu lalu memukul Dimas. Pukulan demi pukulan menghantam wajahnya. Keributan pun seolah tak terhindarkan. Wanita itu lalu bergegas keluar dan meminta pertolongan kepada petugas hotel yang sedang berada di lorong.

Petugas hotel tersebut lalu melerai mereka berdua.

"Sudah – sudah pak" kata petugas hotel tersebut sembari memegangi tubuh pria itu.

Pria itu membentak. Amarahnya sudah tak tertahan Wajahnya nampak begitu merah.

Pria itu lalu menujuk kearah Dimas dengan penuh amarah. " Loh, jangan pernah ganggu pacar gue lagi, atau habis hidup loh!!!"

Wanita itu  hanya bisa terdiam melihat bibir Dimas berdarah akibat pukulan dari pacarnya, ia pun mencoba untuk menolongnya, namun pria itu segera membawanya pergi…

….

Mungkin ini adalah malam yang begitu malang bagi Dimas. Baru kali ini ia melayani seorang wanita namun dipergoki oleh pacaranya. Pertemuannya pertama dengan pria yang bernama Hans tersebut seolah tak bisa ia lupakan begitu saja.  Malam yang begitu mencekam sekaligus memalukan bagi dirinya.

Namun, tidak bagi sang waktu. Ia seakan menyimpan rahasia yang belum terungkap.

AMARAH HANS YANG BELUM PUDAR…

Setelah kejadian malam itu, Hans seperti manusia yang kerasukan setan. Meski ia sudah memukul wajah Dimas hingga berdarah, namun amarahnya seakan tak pudar. Ia pun merencanakan hal yang lebih ekstrim  untuk menghabisi nyawa Dimas. Hans memang tipikal pria yang keras, siapa pun yang berani berurusan dengannya seakan tak pernah bebas menikmati udara segar.

Malam itu Hans membuat sebuah rencana dengan anak buahnya. Ia menyuruh teman wanitanya untuk berpura – pura meminta Dimas untuk datang ke sebuah apartemen. Tanpa ada rasa ragu, seperti biasanya Dimas pun segera menuju lokasi apartemen yang diminta wanita tersebut.

Sesampainya disana ia pun segera meminta bantuan security untuk naik ke Lantai 28. Saat berada di depan kamar wanita itu, hatinya seakan berkata tidak . Namun, karena kebutuhan akan uang, ia pun melupakan keraguan dalam hatinya.

"Permisi" sembari mengetuk pintu

" Iya, masuk ajah, gak dikunci" ujar wanita itu dari dalam kamar.

Dengan perlahan Dimas pun masuk. Suasana ruangan apartemen dengan tipe 1 kamar itu nampak gelap, hanya ada sebuah pintu kamar yang terbuka. Wanita itu pun memangilnya untuk masuk ke dalam kamar. Tanpa ada rasa ragu, ia  dengan perlahan melangkah ke kamar wanitu itu..

Namun, baru beberapa langkah, tiba – tiba  saja ia disergap oleh dua orang laki – laki. Mereka langsung memukuli Dimas tanpa rasa ampun. Dimas merintih kesakitan. Hidungnya mengeluarkan darah. Namun, kedua pria itu seakan tak peduli. Saat tubuhnya sudah tidak berdaya, seseorang menusuknya dengan pisau.

"Arhhhh" teriak Dimas dengan penuh kesakitan…

Melihat Dimas yang berlumuran darah, wanita dan kedua pria itu pun meninggalkannya.

Darah terus mengalir dari dari tubunya. Ia pun mencoba menahan dengan kedua tangannya sembari berteriak meminta tolong.

Namun, penghuni lantai apartemen tersebut seakan tidak ada yang mendengar teriakannya. Orang – orang mungkin saja sudah tertidur karena kejadian itu tepat pukul 02.00 pagi hari. 

Dengan menahan rasa sakit, sambil memegang perutnya, Dimas berjalan tertatih – tatih untuk keluar. Namun, pandangannya semakin buyar, dan ia mulai kehilangan kesadaran. Hingga akhirnya ia tak sadarkan diri saat berada didepan pintu.

PERTEMUAN PERTAMA CHRIS DENGAN DIMAS YANG MENEGANGKAN…

Sesosok pria muda berjalan menuju lift apartemen yang hanya beberapa meter dari kamar tempat Dimas berada. Saat berada didepan lift pria tersebut mendengar suara rintihan. Awalnya ia mengira itu hanya halusinasinya saja. Namun semakin lama, rintihan itu semakin terdengar. Ia lalu bergegas menuju sumber suara tersebut, meski dihantui oleh perasaan takut.

Melihat Dimas yang sudah tak berdaya dan berlumuran darah, pria itu lalu membawanya ke rumah sakit yang tak jauh dari apartemen tersebut. Dengan kecepatan tinggi ia memacu mobilnya dan menerobos setiap lampu merah tanpa rasa ragu.

Sesampainya dirumah sakit ia segera membawa Dimas ke ruang IGD.

…..

Sudah hampir dua jam pria itu menunggu diluar ruang IGD, namun belum ada tanda – tanda Dokter akan keluar. Pria itu tak henti – hentinya memanjatkan doa, seraya ia sangat takut kehilangan Dimas. Meski belum mengenalnya namun entah mengapa ia seakan tak rela jika pria itu pergi meninggalkan dunia ini.  

…..

Seorang Dokter keluar dari ruangan IGD dengan wajah tertunduk.  

" Dok, gimana keadaanya?" Tanyanya.

"Kondisi pasien saat ini sudah stabil, lukanya sudah diobati dan kami juga melakukan transfusi darah. Karena sepertinya pasien  kekurangan darah cukup banyak. Saat ini pasien butuh istrihat, mohon jangan ada yang masuk".

Dokter lalu memberikan ponsel Dimas kepada Pria itu.

" Oh ya ini, HP pasien dari tadi ada yang menelpon, mungkin penting. Saya permisi dulu" Ujar Dokter.

Setelah mengetahui kabar tentang Dimas, pria itu pun akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Karena sang malaikat maut tak jadi mencabut nyawanya.

….

Sebuah panggilan masuk berdering dari HP Dimas. Pria itu lalu menjawab panggilan tersebut.  Dengan suara yang tergesa – gesa wanita itu lalu menanyakan dimana Dimas. Sang pria itu pun lalu menjawab bagaimana keadaan Dimas, dan memberitahukan rumah sakit ia dirawat.

Sesosok wanita berjalan dengan tergesa – gesa dengan rawut wajah yang nampak begitu gelisah.

"Dimana Dimas" Tanya Kak Jen.

"Dimas, ada didalam kak. Tapi kata dokter saat ini belum ada yang boleh masuk" jawabnya.

"Terima kasih banyak ya. Sudah menolong Dimas" ujar kak Jen

"Sama – sama kak"

Pria itu lalu meninggalkan rumah sakit dengan wajah tersenyum, meski hatinya seakan belum rela. Ia seakan belum  rela meninggalkan Dimas yang sedang terbaring sendiri diruang IGD.

PAGI DI RUMAH SAKIT

Dengan tangan yang masih terinfus, perlahan – lahan Dimas membuka matanya. Ia melihat Kak Jen yang sedang terlelap tidur disampingnya.

Sambil menahan rasa sakit, Ia mencoba meraih gelas yang berada disampingnya. Namun, karena tak sampai, gelas itu pun terjantuh dan membuat kak Jen yang sedang tertidur seketika terbangun.

"Dim, ada apa, sini biar gue bantu"

"Oh ya Dim, loh kok bisa sampai masuk rumah sakit, kenapa?"

Dimas terdiam. Ia seakan menutup mulutnya rapat – rapat. Kak Jen lalu menyentuh tangannya dengan penuh kasih sayang.

"Dim, ayo cerita. Gue ini bukan orang lain" Katanya dengan suara lembut.

Dimas lalu menceritakan kejadian yang menimpanya kepada Kak Jen.

…..

Meski masih menahan sakit karena tusukan benda tajam, namun pikirannya seakan tidak bisa menghilang tentang sosok laki – laki yang sudah menolongnya. Dimas bahkan berjanji didalam hatinya bahwa ia tidak pernah melupakan kebaikan dari laki – laki itu. Ia berharap bisa bertemu dengannya dikemudian hari dan mengucapkan terima kasih. Karena mungkin jika tidak ada dirinya malam itu, ia sudah tidak bisa melihat indahnya sang fajar pagi ini.

…..

AFTER RECOVERY

Selama masa recovery Dimas tinggal bersama kak Jen. Kak Jen dengan penuh kasih sayang layaknya seorang kakak yang merawat Dimas. Kak Jen tak pernah merasa lelah apalagi dirugikan meski kini Dimas tinggal bersamanya. Kak Jen memang sudah menganggap Dimas layaknya adik sendiri. Tak heran, apa yang terjadi pada Dimas juga membuatnya khawatir. Bahkan pada malam saat kejadian ia rela membatalkan dua panggilan lagi hanya karena mengetahui Dimas masuk rumah sakit.

….

Setelah menjalani masa Recovery kurang lebih satu bulan Dimas mulai kembali ke dunianya  sebagai penjajah seks. Ia segera menghubungi mami lisa agar bisa mendapatkan pekerjaan kembali. Ia lalu diperintahkan oleh Mami Lisa untuk datang kesebuah apartemen dikawasan Jakarta Selatan.Tanpa menunggu lama Dimas pun segera berangkat menuju apartemen tempat mami lisa berada.

Perjalanan menuju tempat mami lisa pun hanya ditempuh dengan waktu kurang dari 15 menit. Selain karena faktor jarak yang tidak terlalu jauh, nampaknya jalanan juga tidak terlalu macet.Sesampainya disana Dimas pun segera menghampiri mami lisa yang terlihat sedang menghisap sebatang rokok  di salah satu kios apartemen.

"Hay mam"

" Hay Dim. Sini – sini duduk" Ujar mami lisa

" Udah baikan?" tanyanya

" Udah mam. Oh ya mam.  Ada Job besar apa nih?".

Mami Lisa menghisap kembali sebatang rokok yang hampir habis.

" Jadi gini Dim, untuk pelanggan yang satu ini dia bukan wanita."

" Ha!". Dimas nampak begitu terkejut. Wajahnya seperti baru saja melihat pocong di malam hari tanpa sehelai benang.

"Kalau bukan wanita terus apa dong?"

"Dia laki – laki. Tapi tenang Dim. Kali ini bayaranya tiga kali lipat dari biasanya. Ya tapi gue juga gak bisa maksa loh sih. Loh mau ambil yang silakan, enggak juga gak apa – apa"

Dimas terdiam. Pikirannya seakan bertempur. Ia memang membutuhkan uang, tapi haruskah melayani sesama jenis. Membayangkannya saja sudah jijik, apalagi harus melakukannya. Tapi keadaan memaksa, ia yang sudah lama tidak bekerja dan harus membayar pengobatan selama di rumah sakit , membuat tabungannya tiris. Apalagi selama ini ia numpang di tempat kak Jen.

"Memangnya gak ada wanita mam?" tanya Dimas

Mami Lisa menggelengkan kepala.

"Kalau loh mau, di ada di lantai 21. Loh ke atas ajah"

Dengan rasa terpaksa dan penuh keraguan, Dimas pada akhirnya memilih job besar itu. Meski pikiran dan hatinya seakan bertempur. Namun, keadaan seakan tidak berpihak padanya. Sesampainya ia di depan unit. Keraguan kembali menghantuinya. Ia hanya mondar – mandir di depan unit tersebut.

Dimas menghelak nafas sejenak, dan memberanikan diri mengetuk pintu itu. Lalu sesosok pria membukakan pintu untuknya.

"Loh!"Sembari menunjuk pria itu.

Bersambung….

Saksikan Ep. 5 Pada hari Minggu depan ya..