"Kita akan dimakan? Hehe ini tidak lucu." Ujar Stacey.
Hydra besar itu terus berjalan ke arah Stacey hingga tepat di depan wajah gadis elf muda itu.
"Tenang saja aku takkan memakan kalian." Kata Hydra besar itu lalu kembali ke tempat sebelumnya yang berada di danau. Karena kabut tebal telah lenyap hal itu tentu saja memudahkan Stacey dan Jason untuk melihat ke sekeliling.
"Hehe tenang saja aku takkan mempercayai kata-kata mu setelah kau memancarkan hawa haus darahmu." Jason membalas perkataan monster besar tersebut, kaki dan tangannya masih bergetar ketakutan.
Hydra berbadan besar itu tak menggubris perkataan Jason dan membalikkan badan, keadaan hening sesaat, Jason dan Stacey tak lari karena tak mungkin. Alasan pertamanya adalah mereka tak tau saat ini mereka berada di mana dan yang kedua bisa saja Hydra itu membunuh mereka.
"Dunia dimana yang kau pijak saat ini penuh kebohongan, hal buruk dianggap baik sedangkan hal baik dianggap buruk." Kata Hydra besar itu, perkataan nya itu membuat Stacey dan Jason bingung dengan maksud dari perkataan tersebut.
"Kau ingin bertemu ayahmu kan? Bilang padanya bahwa Hydra Barbaros takkan memaafkannya. Sampai nanti dan nikmati pertemuanmu." Lanjut Hydra besar tersebut.
Hawa, tempat dan monster tersebut hilang dalam kedipan mata seakan yang mereka lihat hanyalah ilusi. Pepohonan yang tadinya bagi mereka asing kini berubah menjadi pepohonan menuju pohon suci.
Karena tak ingin membuang waktu mereka berdua berjalan dengan hati-hati, memikirkan dengan apa yang barusan terjadi. Stacey memikirkan kejadian tadi mengenai ayahnya, apakah ayahnya mengenali monster itu.
Awalnya Stacey tak dapat bertemu dengan ayahnya, Daminson. Karena Daminson tak kunjung keluar. Setelah Stacey meneriaki nama ayahnya barulah Daminson keluar. Stacey terbelalak begitu juga dengan Jason, Daminson menjadi setengah terlihat, tembus pandang namun masih terlihat.
"Keinginanku sudah tercapai, tinggal menunggu waktu saja. Ada apa kau kesini?" Daminson menjelaskan setelah melihat reaksi wajah putrinya.
"Seekor Hydra bernama Barbaros bilang bahwa dia takkan memaafkanmu. Siapa dia?" Jawab Stacey dengan nada penuh ingin tau.
Daminson menjelaskan tentang Hydra bernama Barbaros itu, ternyata Barbaros adalah teman seperjuangannya dan ketika Stacey bertemu dengan Barbaros dia berada di dunia Vlaton. Dunia yang hanya bisa dilihat jika penghuni Vlaton menunjukkannya pada sebagian orang. Mereka bukanlah arwah ataupun hantu mereka adalah sebuah ras yang kini menjadi legenda di kerajaan Phantasy. Hanya karena sebuah dendam salah paham ras Vlaton pun kini menjadi seperti itu.
Perihal mengenai Stacey yang ingin bertemu dengan ayahnya diketahui oleh Barbaros karena sebelumnya Barbaros pun telah menemui Daminson dalam wujud arwah. Barbaros tak memaafkan Daminson karena Daminson sudah mati, kematian Daminson benar-benar membekas di hati Barbaros.
"Lupakan soal itu, aku ingin bertanya mengenai liontin ungu yang aneh ini." Stacey bertanya sambil menunjuk liontin ungu yang berada di leher Stacey.
"Itu liontin milik kakakmu!" Daminson memajukan langkahnya dan mendekatkan wajahnya agar melihat dengan jelas liontin ungu tersebut.
"Jadi dia masih hidup, liontin inilah yang membawamu ke dunia ini dan mendapatkan kekuatan sihir itu, begitu pula dengan tongkat sihirmu. Bisa dibilang liontin inilah yang membuat tongkat sihirmu, liontin ini memiliki nyawa." Daminson menerangkan liontin ungu tersebut.
Saat pertemuan pertamanya dengan ayahnya, Daminson tak melihat liontin ungu tersebut karena Stacey menyembunyikan nya didalam bajunya.
Stacey mengingat-ingat kembali tentang bagaimana dia bisa mendapatkan liontin ungu tersebut.
"Tapi yang memberiku ini adalah seorang pria tua." Kata Stacey.
Daminson diam saja dengan tersenyum hangat dan tulus.
"Jangan bilang pria tua itu..."
"Yap, dia adalah kakakmu, Kert. Kekuatannya adalah bisa menirukan tubuh seseorang." Jawab Daminson.
Karena tak tau arah pembicaraan ini Jason hanya diam menyimak saja, tak berbicara karena hanya akan menjadi peganggu diantara Daminson dan Stacey. Lagipula Jason ingin memberikan waktu bagi Stacey agar Stacey bisa semakin dekat dengan ayahnya.
"Pantas saja dia bisa mengetahui kalau aku adalah seorang elf, jika begitu dia selalu mengawasi ku! Jika dia menampakkan dirinya maka aku akan aman dari kejaran... para... pemburu itu... Heh dia cerdik juga ternyata." Stacey mengoceh, dalam hati Daminson dia bersyukur bahwa putrinya tak sedingin seperti yang ia temui waktu pertama kali.
●●●
Terlihat Aldero sedang berjalan mondar-mandir dengan khawatir, sebentar lagi sudah memasuki jam malam tapi Stacey dan Jason masih saja tak kunjung kembali. Cemas karena takut mereka akan bernasib sama seperti Parish.
Alexador, Zedva, Meidiva serta Amanda dan Erissa pun menunggu mereka. Jika Stacey dan Jason belum kembali hingga malam maka mereka harus mencari.
Mengenai rapat yang dibahas oleh para ketua guild ini adalah kasus kematian Parish dan FREENITY yang semakin mengancam keselamatan kerajaan Phantasy.
Raja Allenatore memutuskan bahwa FREENITY dianggap ancaman dan telah disebarluaskan ke seluruh penjuru kerajaan Phantasy, berita mengenai kematian Parish pun membawa duka para penduduk.
Ketuanya ketua guild pun hadir di rapat tersebut dan membicarakan masalah FREENITY ke jenjang yang lebih serius. Kematian Parish sudah menjadi pertanda bahwa FREENITY bukan sembarang fraksi jahat.
Perasaan hati Aldero benar-benar campur aduk, dia sangat terpukul dengan kematian Parish tapi dia tak boleh terus menerus terjebak dalam rasa kesedihan nya, apalagi bila bawahannya melihat.
Alexador, Zedva dan Meidiva yang telah lama mendampingi Aldero sudah pasti tau mengenai perasaan hatinya maka dari itu mereka tak bersikap berlebihan.
"Sialan, kita harus mencarinya!" Cemas Aldero dan segera bersiap-siap.
Baru saja hendak melangkahkan kaki keluar hadirlah sosok yang ingin dicari.
"Kau kemana saja?! Ekhm. Makan malam akan segera disiapkan, untung saja kalian datang tepat sebelum makan malam jika tidak maka akan kubunuh kalian karena kali ini yang memasak adalah Legia." Celoteh Aldero dengan dingin walau sebenarnya dia sangat cemas.
Alexador, Meidiva, Zedva, Erissa dan Amanda mendadak menolehkan wajahnya ke arah Aldero.
'Kau tadi sangat khawatir tapi itu rasa khawatir yang kau tunjukkan?!!!' Itulah yang ada di benak Alexador dan yang lainnya.
Karena takut dengan perkataan yang dikatakan oleh Aldero, Stacey dan Jason pun langsung meminta maaf. Disaat Stacey dan Jason ingin membungkuk kan badan datanglah Legia dengan senyuman malaikatnya.
"Ayo ke ruang makan, makan malam sudah siap." Ujar Legia dengan ceria.
"Kau membuatku khawatir Stacey." Kata Amanda saat mereka makan malam besar-besaran.
"Ternyata lebih lama dari yang ku perkirakan hehe, maaf telah membuat kalian khawatir." Stacey berkata dengan tulus, Amanda dan Erissa terkejut karena Stacey kini menjadi lebih hangat. Tapi itulah yang membuat mereka lega dan senang.
Anak-anak dari panti asuhan Bloomestar pun sangat senang karena disuguhkan makanan lezat dan mewah ini.
"Jika kurang ambilah yang banyak." Kata Aldero dengan nada dinginnya seperti biasa.