Chereads / Phantasy world / Chapter 31 - Kejahatan sang Bandit

Chapter 31 - Kejahatan sang Bandit

Stacey dan Jason kembali ke kamarnya Stacey setelah jam makan malam berakhir. Stacey masih belum bisa terlelap, dirinya sedang menatap rembulan yang bersinar terang dengan banyak bintang di sekelilingnya.

Jason rupanya masih belum tidur dan memperhatikan Stacey, waspada akan bahaya yang mengancam nyawa Stacey karena keberadaan FREENITY itulah yang membuatnya semakin waspada dari biasanya.

"Stacey, siapa itu Kert?" Tanya Jason.

Stacey menoleh ke arah Jason.

"Dia kakak ku, seorang kakak yang menyelamatkan ku dari para pemburu itu. Kau tau, dialah yang membawaku ke dunia ini. Tapi Jason, aku masih bingung kenapa kau mempercayai ku padahal bisa saja aku berbohong pada mu." Ujar Stacey menjawab pertanyaan Jason.

"Aku mempercayai mu karena aku percaya pada mu. Itu saja."

"Apa-apaan itu?!" Seru Stacey dengan nada kesal, tak mungkin Jason percaya begitu saja dengan kata-kata nya Stacey.

'Duuuuaam!!!!!!' (anggap saja suara ledakan yang menghancurkan dinding)

Terdengar sebuah ledakan yang menghancurkan sebuah dinding di penginapan ini, dengan cepat Stacey dan Jason keluar dari kamar mereka. Tak hanya mereka berdua saja, semua orang yang berada di dalam penginapan itu keluar kamar mereka guna mencari tahu apa yang baru saja terjadi.

"TIDAAAAKKKK!!!!!!!!" Teriakan Legia keluar dengan kerasnya dari sebuah ruangan.

Aldero dan yang lainnya segera saja menuju sumber suara tersebut, sangat-sangat khawatir dengan keadaan Legia dan anak-anak panti asuhan Bloomestar.

"TOLONGGG! BU LEGIA TOLONG AKU!!!!" Seorang anak kecil sekitar berusia 7 tahun ditangkap oleh seseorang dengan penutup kepala.

2 teriakan minta tolong juga bermunculan di ruangan lain, satu orang dengan penutup kepala terlihat melintas cepat di hadapan Aldero. Dengan cepat Aldero mengejarnya, setelah di luar penginapan terlihat banyak orang yang memakai penutup kepala. Mereka terkenal dengan sebutan 'Bandit Cahaya Gunung'.

Beberapa orang membawa beberapa anak yang merupakan anak-anak dari panti asuhan Bloomestar. Para Bandit itu segera melarikan diri, Aldero mencoba mengejarnya tetapi dirinya ditahan oleh Legia.

"Mencoba mengejar para penculik itu tanpa tau arah tujuan mereka kan menjadi sia-sia saja. Setidaknya disini ada yang memiliki kekuatan sihir pelacak." Kata Legia dengan sedikit terisak dan mata menahan air mata.

Aldero menghentikan tingkahnya dan segera menyuruh anak buahnya untuk melakukan pelacakan.

"Ada berapa anak yang diculik?" Tanya Aldero pada Legia.

"4, tersisa 3 anak di sini. Yang diculik adalah, Froz, Freida, Claus dan Zao. 2 anak berusia 7 tahun dan 2 anak yang lainnya berusia 12 tahun." Jawab Legia.

Sambil menunggu anak buahnya yang sedang melacak, Aldero mencoba menenangkan hati Legia.

Stacey dan teman-temannya mencoba menenangkan para anak-anak yang selamat dari aksi penculikan tersebut.

"Tidak apa-apa, saudara-saudara kalian pasti akan kembali dengan selamat." Ujar Amanda dengan senyum tulusnya.

Erissa mencoba menenangkan anak kecil yang menangis, karena kesal Erissa membentaknya dan menambah tangisan dari anak kecil itu.

"Apa kita perlu melaporkannya pada kerajaan?" Alexador bertanya pelan agar tak ada yang mendengar suaranya selain Aldero.

"Kita tidak membutuhkan nya, ini urusan kita dan kita sendirilah yang harus menyelesaikan nya. Apa sudah dapat???" Alexador mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Aldero beranjak dari kursi yang berada di luar penginapan dan pergi ke tempat anak buahnya yang bisa melacak keberadaan bandit-bandit itu.

"Kita harus pergi ke gunung Cahaya, disitulah markas mereka berada." Kata anak buah Aldero tersebut memberitahukan keberadaan bandit-bandit tersebut, sihir pelacak yang dimiliki anak buah Aldero tersebut tak seakurat milik Parish, namun tak ada salahnya mencoba dari pada tidak melakukan apa-apa.

Aldero tiba-tiba berhenti, teringat akan sesuatu yang sangat penting.

"Bu Legia, kau tinggal disini saja bersama anak-anak. Akan sangat berbahaya jika kalian ikut." Ujar Aldero dengan nada khawatir.

"Itu bukan keputusan yang tepat, jikalau menempatkan beberapa anak buahmu disini dan datanglah FREENITY maka kita semua akan habis. Jika Legia ikut dan anak-anak panti asuhan juga ikut kita bisa melindungi mereka, ini juga berisiko tapi tidak sebesar membiarkan mereka tinggal di penginapan." Kata Zedva memberikan saran.

Mereka terdiam, menunggu Aldero bersuara memberikan keputusan. Di benak Aldero saat ini hanyalah mengutamakan keselamatan Legia dan anak-anak panti asuhan serta keselamatan anak buahnya.

"Jika terjadi sesuatu yang membahayakan nyawa kalian, maka mundur saja. Dan jika sesuatu terjadi padaku kalian harus melarikan diri." Itulah keputusan yang keluar dari mulut Aldero.

"Kami takkan meninggalkan mu dan kami pasti akan menyelamatkan semuanya." Tanpa disuruh dan tanpa terpikirkan oleh Aldero, semua anak buah Aldero berkata demikian terkecuali Erissa, Amanda, Stacey dan Jason. Mereka tak mengucapkan kalimat yang sama karena tak terpikirkan oleh mereka. Karena bingung mereka mengucapkan kalimat tersebut secara bersamaan setelah yang lain selesai mengucapkan.

Legia dan anak-anak dari panti asuhan berada di tengah-tengah anak buah Aldero, berwaspada penuh akan ancaman yang menanti mereka. Tak hanya Legia dan anak-anak panti asuhan, anggota guild Rafoxa pun senantiasa melindungi tuannya, Aldero.

Gunung Cahaya tak jauh dari penginapan mereka, dinamakan gunung Cahaya karena puncak gunung yang bersinar terang secara alami. Mitosnya gunung tersebut di kutuk oleh dewa matahari di masa lampau karena gunung tersebut berkhianat terhadap peraturan bumi dan langit.

Sesuai dengan perkiraan mereka, ada sebuah markas besar yang berisikan banyak para bandit-bandit gunung. Aldero dan anak buahnya sedang bersembunyi dibalik semak belukar dan pepohonan. Terlihat ada beberapa penjaga di pintu masuk markas mereka. Bukan sebuah markas tertutup melainkan markas terbuka yang terbuat dari kayu. Penerangan mereka tidak terbuat dari lampu melainkan gunung itu sendiri.

Aldero dan yang lain mencari keberadaan anak-anak panti asuhan yang diculik oleh bandit-bandit tersebut. Mereka tak dapat menemukan keberadaan anak-anak tersebut, satu-satunya pilihan mereka adalah menyerang markas tersebut.

'Buagh! Bugh! Buagh!'

Satu persatu penjaga pintu markas tersebut berguguran di tangan Alexador dan Zedva.

Aldero dan anak buahnya memasuki markas terbuka tersebut. Mengalahkan beberapa bandit gunung dan menyuruh anak buah yang lainnya untuk mencari keberadaan anak-anak yang diculik.

"HAPPY BIRTHDAY ALDERO!!!" Teriak para bandit-bandit gunung itu. Hal itu membuat Aldero terkejut dan setelah dipikir-pikir lagi memang hari ini adalah hari ulang tahun Aldero.

Anak buah Aldero pun sama terkejutnya, apa semua ini hanya lelucon belaka? Itulah yang ada di benak Aldero dan bawahannya.

Keempat anak yang diculik pun kembali ke pelukan Legia tanpa terluka sedikitpun, mereka juga tak terlihat ketakutan dan menunjukkan senyum lebar mereka.

"Cih, apa kau tak senang huh?" Suara ini sangat dikenali Aldero, siapa lagi kalau bukan sosok Dairly.

"Kau ingin kuhajar?" Tatapan sinis Aldero menatap tajam ke arah Dairly. Tak suka dirinya diperlukan seperti ini.

"Tenang saja, bandit-bandit itu merupakan anak buah Dairly dan ini rencana ku jadi jangan marah padanya oke?" Regia berujar menenangkan Aldero.

Sungguh kesal hati Aldero walaupun ada rasa sedikit senang karena Regia telah mengingat hari kelahirannya. Tapi tetap saja, menculik seseorang itu bukan tindakan yang tepat. Aldero sudah sangat khawatir dengan anak-anak itu.

"Lain kali lakukan yang lebih sopan."