Chereads / Phantasy world / Chapter 28 - Panti asuhan Bloomestar

Chapter 28 - Panti asuhan Bloomestar

"Dia bilang, maafkan aku karena telah memakan sup spesialmu di hari itu." Dairly berkata seraya menatap sedih batu nisan besar itu yang dimana batu nisan itu bernamakan Parish Bloomestar.

"Dia mengatakan hal yang tak berguna di akhir hayat nya. Parish Bloomestar, mengingatkanku hari dimana kita bertiga menyerukan cita-cita dengan lantang." Kata Aldero dengan mengenang masa lalunya dan sedikit terkejut di awal karena tak percaya dengan kalimat akhir Parish.

25 tahun yang lalu, tepat dimana ketiga anak kecil berusia 7 tahun sedang berdiri di pagar panti asuhan mereka. Terlihat 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan yang tengah melihat luasnya langit sore hari diatas sana, membayangkan betapa bebasnya mereka disana.

"Aku, Parish Bloomestar akan menjadi Raja! Pertama-tama aku akan menjadi ketua sebuah guild dan memimpin pasukanku, setelah cukup kuat aku akan menjadi Raja!" Anak kecil yang bernama Parish dengan rambut berwarna hitam itu berdiri di atas pagar dan berteriak menyerukan cita-cita nya.

"Itu cita-cita yang bagus Parish!" Dairly berujar yang disetujui oleh Aldero. Parish tersenyum lebar menampilkan deretan gigi susunya yang kecil.

Matahari kini mulai menenggelamkan dirinya dalam-dalam, hari sudah gelap dan Ibu panti asuhan Bloomestar yang bernama Legia menyuruh ketiga anak kecil itu untuk masuk kedalam panti asuhan.

Semua anak panti asuhan Bloomestar diberi nama Bloomestar di nama belakang mereka, panti asuhan ini menampung 10 anak kecil dan 5 anak remaja. Karena panti asuhan ini terletak di pinggiran kerajaan Phantasy maka panti asuhan ini jarang sekali tersentuh oleh kerajaan, dengan keadaan itu panti asuhan Bloomestar harus makan seadanya.

Dairly, Parish dan Aldero serta anak panti asuhan lainnya mengerjakan tugas mereka masing-masing. Makan malam diadakan meriah dengan kehangatan dan canda tawa.

"Kau tau Bu Legia?! Aku akan menjadi raja kerajaan ini lalu memberikan yang terbaik untuk panti asuhan Bloomestar!" Seru Parish di tengah-tengah makan malam, anak-anak yang lain ada yang kagum, tertawa, bangga dan lainnya.

Legia terkekeh kecil mendengar cita-cita anak asuhnya.

"Itu merupakan cita-cita yang hebat! Tapi yang hanya bisa menjadi raja adalah keturunan raja tersebut." Kata Legia lembut dan menyuruh Parish untuk duduk. Bisa dikatakan bahwa usia Legia itu hampir mencapai setengah abad, namun begitu paras cantiknya bagaikan dewi.

Parish nampak terkejut karena dia tak tahu menahu tentang hal ini, Parish membuang nafas panjang dan memakan kembali makanannya.

"Tapi kau bisa menjadi ketuanya para ketua guild!" Kata Regia yang merupakan anak tertua di panti asuhan, dia berkata seperti itu untuk menyemangati kembali Parish.

"Be-benar begitu?! Sudah kuputuskan!" Parish sudah memutuskan apa yang dia putuskan lalu makan malam dilanjut lagi, Parish melahap habis makanannya dengan bahagia.

Ini sudah waktunya jam tidur, Legia mengantarkan Aldero, Parish dan Regia ke kamar mereka dengan lentera menyala ditangannya. Malam hari adalah ketidaksukaan Parish, alasannya karena malam hari itu gelap, dingin dan terasa lama.

"Tidurlah yang nyenyak! Jangan lupa besok kita akan pergi ke bukit seperti biasanya." Legia mengantarkan ketiganya tidur lalu mengecup kening mereka satu persatu lalu mematikan lentera kamar.

Parish memeluk tubuh Legia tepat ketika Legia ingin mematikan lentera. Legia memeluk balik lalu pergi ke luar kamar setelah mematikan lentera.

●●●

Parish terbangun tengah malam karena ada panggilan alami dari alam, dengan jiwa setengah sadar Parish jalan perlahan menuju kamar mandi.

"Jadi kau akan pergi Regia? Kejarlah impianmu, tak peduli kau harus jatuh berapa kali yang harus kau lakukan hanyalah bangkit kembali. Jangan lupakan itu!" Parish mengintip dari balik pintu dapur ketika mendengar suara milik Legia dan Regia, terlihat Regia membawa satu tas besar di punggungnya.

Regia memeluk erat tubuh Legia seperti pelukan terakhir,

'tak mungkin Regia akan pergi selarut ini.' pikir Parish kecil itu.

"Parish kemarilah, kau tak perlu bersembunyi." Kata Regia hangat dan menurunkan badannya agar sama dengan tubuh kecil Parish.

Parish bertanya tentang darimana Regia tahu mengenai keberadaannya lalu Regia jawab dengan 2 kata yaitu hawa keberadaannya.

"Jadi, kau akan pergi? Aku tak bisa bermain dan bercanda denganmu? Bahkan mendengar nyanyian mu?" Parish berujar dengan mata berkaca-kaca, tak siap ditinggalkan oleh Regia.

Regia tersenyum dan menggeleng lalu mengangkat tubuh Parish ke atas dan menggendongnya.

"Kau harus tumbuh menjadi anak yang baik lalu kejar impianmu!" Itulah kalimat terakhir Regia sebelum meninggalkan Parish dan panti asuhan untuk cita-cita nya.

Tanpa mereka sadari bahwa Aldero dan Dairly juga menyaksikan kepergian Regia.

Mari kita sudahi masa lalu ini, kita akan beralih menuju Aldero dan Dairly yang berada di makam Parish.

Hujan mengguyur mereka, sudah 3 hari ini hujan datang terus menerus seakan menjawab perasaan Aldero dan Dairly.

Sayangnya Aldero dan Dairly tak membawa payung jadi mereka harus merelakan tubuh mereka terbasahi oleh air hujan.

"Kalian akan demam jika seperti ini." Aldero dan Dairly sangat mengenali suara ini, siapa lagi kalau bukan sosok kakak lelaki mereka, Regia.

Regia memberikan payung pada kedua adiknya lalu menyapa keduanya dengan tatapan lama tak berjumpa.

"Aku minta maaf—"

Regia menempelkan jari telunjuknya ke bibir Dairly dan Aldero,

"ini bukan salah kalian, dia mati karena keinginannya." Ujar Regia dibawah payung miliknya.

"Apa yang dikatakan Regia itu benar adanya, Parish akan sedih di alam sana ketika melihat kalian menyalahkan diri sendiri." Legia datang dari arah pintu masuk makam bersama anak-anak lainnya.

Mereka memberi do'a dan mengenang masa lalu indah bersama Parish. Legia berkata bahwa masa lalu itu sangat penting di masa depan, tanpa masa lalu kau takkan bisa menjadi seperti ini.

Ambil segi positif dari masa lalu dan serahkan pada masa depan, itulah kalimat yang sering digunakan Legia pada anak asuhnya.

"Aku harus kembali, aku baru ingat ada urusan dengan anak buahku! Sampai nanti!" Kata Aldero terburu-buru dan pergi meninggalkan yang lain.

"Padahal baru saja bertemu." Keluh Regia yang tak menyangka bahwa pertemuan mereka akan sesingkat ini.

"Barangkali urusannya lebih penting dari urusanmu Reg." Sahut Dairly yang menjawab keluhan Regia.

Regia membenarkan perkataan Dairly, hujan masih mengguyur mereka yang perlahan berhenti dan menyisakan bau tanah khas hujan.

Dengan langkah terburu-buru Aldero kembali ke penginapan yang dimana berisikan anak buah guildnya.

Tak ada suara ribut di dalam penginapan tersebut yang menambah rasa khawatir Aldero, takut akan kejadian buruk menimpa anak buahnya.

Aldero memasuki penginapan itu dan sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, wajah terkejutnya tak bisa ia sembunyikan, Aldero sengaja tak segera menyembunyikan rasa keterkejutannya.

"Kalian tak ada kerjaan lain?"