Aldero segera pergi dari tempat pertemuan, sebenarnya ia juga tak betah berlama-lama disitu. Ada beberapa alasan karena ia tak betah, salah satunya karena Samisake yang selaku rivalnya.
Aldero berencana berkeliling istana ini, ada beberapa bangsawan elite yang tinggal satu wilayah dengan istana. Layaknya pada bangsawan pada umumnya, suka merendahkan orang yang kastanya lebih rendah darinya, sombong dan tak bermoral. Aldero sepintas mendengar sang guru mengajarkan sejarah kepada murid-muridnya.
"Dunia ini diduduki 4 kerajaan besar, salah satunya kerajaan Phantasy, hubungan antar negara ada yang baik ada pula yang buruk—"
Aldero melanjutkan lagi langkahnya entah kemana, Dairly dan Parish mencegat langkah Aldero.
Aldero menaikkan satu alisnya, diam dan menunggu kedua guild didepannya ini berbicara maksud mereka.
"Padahal kalau kau tak melakukan kesalahan itu maka guildmu bisa di posisi yang sejajar seperti kami." Ujar Dairly mengungkit masa lalu.
"Itu bukan urusanmu, ada apa?" Sahut Aldero tanpa kehangatan sedikit pun.
"Aku tak masalah jika ditempatkan di tim pengecoh, tapi apa maksudmu dengan menjadi tim pengecoh itu lebih baik daripada tim pencari data?" Kali ini Parish yang bersuara.
Aldero menghela nafas panjang dan mengajak kedua orang itu menuju tempat yang lebih sepi.
"Untuk mencari tau siapa yang benar-benar berada di pihak kita. Menjadi tim pencari data sebenarnya memiliki resiko lebih besar." Aldero menjelaskan maksudnya.
"Maksudmu penghianat? Lalu kenapa kau menempatkan 3 guild kelas atas di tim pengecoh?" Dairly bertanya dengan nada serius.
Aldero mengangguk lalu menjawab pertanyaan Dairly,
"Silvrast setara dengan 3 guild kelas atas, kita akan segera mengetahuinya nanti, aku masih ada urusan lain."
Aldero beranjak dari tempat itu, meninggalkan Parish dan Dairly. Kakinya melangkah ke Madava, kurir kepercayaannya. Aldero memerintahkan untuk kembali dengan cepat, tanpa basa-basi sedikit pun, Madava mempercepat kudanya.
Karena perjalan dari ibukota menuju tempat guild Rafoxa berada itu jauh, maka Aldero sampai saat sore hari. Dia kembali dan langsung melesat ke ruang kerjanya.
✿ ✿ ✿
Hari sudah gelap, Stacey sedang berada di kamarnya. Memikirkan tentang surat yang diterimanya 4 hari yang lalu. Stacey menatap rembulan yang sepenuhnya bulat dari balik jendela.
'Seharusnya malam ini, apakah akan terjadi sesuatu?' Pikir Stacey dalam hatinya, bertanya-tanya apakah akan terjadi ledakan? Atau pembantaian satu malam yang terjadi pada desanya 5 tahun yang lalu.
Stacey tetap menunggu hingga tengah malam, menunggu sesuatu terjadi, jika lewat tengah malam masih tak terjadi suatu hal maka surat itu hanyalah bualan belaka.
"Aku masuk." Kata Erissa seraya membuka pintu kamar Stacey.
Stacey menoleh, Jason sudah tertidur karena kekenyangan dan letih.
"Aku hanya ingin bertanya padamu suatu hal." Erissa menjelaskan maksud kedatangannya.
"Saat di Arena Festival, Medusa pernah berkata kepadaku." Lanjut Erissa.
Stacey masih diam dan mengisyaratkan Erissa untuk melanjutkan perkataannya, Erissa menjelaskannya dari awal bertemu Medusa hingga keluar dari pintu itu.
"Kenapa kau menceritakan nya kepadaku?" Tanya Stacey.
"Tidak ada alasan khusus mengenai itu." Jawab Erissa apa adanya.
"Aku sendiri tidak tau siapa yang dimaksud oleh Medusa, mereka bukan sekedar mereka itu sepertinya point yang penting." Ujar Stacey yang lebih terlihat sebuah gumam an.
Erissa beranjak dari duduknya, dan berjalan ke ambang pintu.
"Lebih baik beristirahat lah dulu." Kata Erissa seraya membuka pintu kamar Stacey dan segera kembali ke kamar tidurnya.
Stacey masih memikirkan perkataan Medusa yang disampaikan oleh Erissa tadi,
"Ayo segera tidur dan pergi ke pohon suci esok hari!" Kata Stacey sembari memukul-mukul pelan kedua pipinya.
Stacey menaikkan selimut nya sampai ke lehernya, malam ini akan menjadi sangat dingin.
~Keesokan Harinya~
Jason membangunkan Stacey, mereka berdua sedang menuju gerbang utama guild Rafoxa bersama Erissa dan Amanda. Tenang saja, mereka sudah mendapatkan ijin dari ketua guild tercinta kita yaitu tuan Aldero!
Jason membawa mereka ke tempat Scarlett,
"Kenapa kita kesini?" Tanya Stacey kebingungan.
Jason memanggil Scarlett dan hadirlah sosok Scarlett tanpa perubahan sedikitpun dalam wajah dan tubuhnya. Scarlett memeluk tubuh Stacey tanda "lama tak berjumpa" yang dibalas pelukan Stacey dengan pelukan kecil. Stacey tak terbiasa berpelukan.
"Hanya dia yang tau jalan menuju pohon suci." Kata Jason ke arah Stacey, Jason menjelaskan apa yang terjadi dan alasan mereka ingin ke pohon suci.
"Aku mengerti, akan kutunjukkan jalan tercepat." Ujar Scarlett dan menunjukkan jalannya, jalan itu melewati hutan lebat yang berada di belakang rumah pohon Scarlett.
Beberapa pertanyaan diajukan Amanda ke Stacey mengenai siapa itu Scarlett. Stacey menyuruh Jason menjelaskan agar lebih mudah dipahami, karena Stacey tak terlalu terbiasa menjelaskan pada seseorang.
Waw! Pohon itu sebuah pohon besar dan sangatlah tinggi. Pohon itu sebuah entitas yang dipuja dan dianggap sebagai tempat tinggalnya para Dewi-Dewi oleh masyarakat sekitar. Begitu banyak pengunjung yang mengunjungi untuk membersihkan dan berdoa pada pohon itu.
Scarlett meminta ijin pada penjaga pohon untuk melihatnya lebih dekat, Stacey berjalan sejejer dengan Scarlett, Stacey memilih tempat yang sepi.
"Makhluk Centaurus besar itu menyuruh ku ke pohon ini. Tapi, apa tujuannya?" Batin Stacey mengingat pertemuan anehnya dengan Centaurus besar berkapak.
Stacey mencoba menyentuh pohon besar itu, sengatan dingin terasa di tangannya ketika ia menyentuh pohon itu. Stacey menjauhkan tangannya dan menolehkan kepalanya ke atas, karena matahari yang diatas menyikaukan matanya, tangan Stacey bergerak untuk melindungi matanya.
Karena tak dapat menemukan apa-apa Stacey kembali menyentuh pohon itu, dan sengatan dingin terasa lagi di tangannya. Stacey melirik ke arah Erissa yang juga menyentuh pohon itu, tetapi Erissa tak menjauhkan tangannya sesudahnya. Apa hanya Stacey yang bisa merasakan hal itu? Tapi apa penyebabnya?
Sengatan dingin itu semakin terasa, dan parahnya Stacey tak bisa melepaskan tangannya. Ia ingin mencoba berteriak tapi suaranya seakan tak pernah sampai ke teman-teman nya.
"Kau." Pohon ini berbicara dan suaranya menggema di telinga Stacey, pandangannya semakin kabur, Stacey tetap bertahan.
Setelah sekian detik Stacey merasakan hal itu, dan memulihkan kembali pandangannya. Stacey bisa melihat jelas dengan siapa yang dilihatnya saat ini, Scarlett berjalan maju bersamaan dengan Jason. Mereka benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihat mereka saat ini. Apakah hal ini termasuk sebuah ke ajaiban?
"A...Ayah?"