Setelah kejadian di aula pesta para bangsawan lebih menghormati so ah. Tapi karena itu banyak yang semakin menatap penuh permusuhan padanya.
Sekarang semua tamu undangan sedang diatas sebuah pavilliun yang berad ditengah-tengah danau indah kekaisaran Li.
Bunga-bunga segar dan hidangan-hidangan menggiurkan di taruh dengan tata letak yang menyegarkan mata.
So ah sekarang tengah duduk di tempat yang sudah dipersiapkan dayang kekaisaran. dirinya dalam diam memperhatikan para tamu undangan yang berbincang satu sama lain penuh kepalsuan dan saling membanggakan derajat satu sama lain dengan angkuh.
Ketika so ah masih dengan anggun meminum tehnya, Ning Ning datang menghampirinya dan tanpa sopan santun duduk didepan mejanya.
"Ohh jadi ini Qi Rui Wangfei...."kata Ning Ning lembut tapi sangat berbeda dengan tatapannya yang penuh dengki
"Ya benar Nona Ning"jawab so ah sopan.
"Lihat saja seberapa lama kau bisa bertahan menjadi Qi Rui Wangfei"ancam Ning Ning tajam berbisik ditelinga so ah.
Mendengar deklarasi dari wanita muda bangsawan yang belum menikah untuknya so ah merasa ini sangatlah tidak sopan.
"Atas dasar apa Nona terhormat dari kediaman jenderal berbicara seperti itu"kata so ah lembut namun tajam sembari meminum tehnya dengan santai ia menatap gadis muda didepannya.
Ning Ning yang langsung diberi pertanyaan seperti itu langsung tersentak kaget dan dirinya yang marah langsung berdiri dan menyiram so ah dengan cangkir teh.
Banyak pasang mata yang melihat kelakuan nona muda bangsawan dari kediaman jenderal sangat arogan apalagi melihat bahwa dirinya dengan berani menyiram teh panas ke arah Qi Rui Wang.
"Apa maksudnya ini...."ucap suara dingin seorang pria yang menarik diri so ah kedalam pelukannya.
"Wangye aku tidak apa-apa...."kata so ah lembut memegang lengan Xuan.
"Wangye maafkan aku... aku terlalu emosi hingga menyiram Qi Rui Wangfei ... dirinya dulu yang memprovakasi diri ku wangye"kata Ning Ning lembut, dirinya memasang wajah yang seakan-akan ia yang ditindas dan dirugikan seseorang terlihat matanya yang berair seakan-akan air matanya akan keluar kapan saja. Dirinya yakin penampilannya ini selalu meluluhkan hati setiap orang yang melihat wajah indahnya dan sudah pasti Qi Rui Wang akan luluh melihat penampilannya.
"Sudah cukup ??..."kata Xuan datar tanpa ekspresi.
Melihat wanita didepannya rasanya ia ingin muntah seketika itu apalagi mencium bau wewangian yang menyengat sangat tidak mengenakkan, mendengar wanita ini mengucapkan kata-kata yang sangat membuat telinganya gatal ingin rasanya ia membungkam mulut busuk wanita ini.
"wangye aku berkata yang sesungguhnya hiks hiks"jawab Ning Ning terisak-isak menangis.
"Wangye ayo kita pulang"kata so ah, kepalanya terasa sangat sakit dan dirinya dengan lemah menyandarkan diri di dada Xuan.
Xuan melihat tangan seputih salju yang sebagiannya memerah melirik Ning Ning dengan sinis.
"Kau tak apa-apa ??... ayo kita pulang ..."kata Xuan dan langsung menggendong wanitanya.
Tanpa berkata-kata apapun, Xuan melewati Ning Ning seakan-akan gadis itu setitik debu tak terlihat.
Setelah kepergian Qi Rui Wang semua menghela nafas lega karena aura dari Qi Rui Wang sangat mencekam dan mengerikan hingga mereka lupa caranya bernafas.
Pesta penyambutan itu selesai karena tamu utama sudah tak ada ditempat, para tamu undangan langsung membubarkan diri mereka dan undur diri pulang kekediaman masing-masing.
"Nona, putri mahkota mengundang anda ke paviliunnya"kata seorang dayang ke pada Ning Ning.
"Baiklah..."jawab Ning Ning mengikuti dayang itu menuju paviliun kakak perempuan kembarnya.
Ning Ning melihat Yan Ning yang dengan anggun duduk di kursi tertinggi ruang dalam paviliunnya.
"Nona ini menyapa Putri mahkota"kata Ning Ning sopan karena biasanya ia selalu disapa dahulu tapi sekarang sangat berbeda karena jie jie nya ini hanya diam saja. Ia sangat benci dengan tatapan yang keluar dari kedua bola mata Yan Ning karena itu selalu mengingatkan atas status mereka yang sangat berbeda jauh ... sejauh bumi kelangit yang tak bisa dengan mudah digapai.
"Sudah puas dirimu Ning Ning"ucap Yan Ning.
"Apa salahku jie jie .... aku hanya berkata apa adanya"jawab Ning Ning tak mau kalah.
"Kau tau sekali aku berbicara itu untuk kebaikanmu dan tadi kau dengan terang-terangan menggoda Qi Rui Wang !! Dan kau masih bertanya apa salahmu....."kata Yan Ning emosi.
"Jie jie itu salah wanita jalang itu yang memprovokasi ku terlebih dahulu"kata Ning Ning tak mau mengakui kesalahannya.
"Siapa wanita jalang itu ???!!!.... Qi Rui Wangfei ?!!.... Ning Ning ingat dirinya bukan lagi Lu So Ah tapi dia sudah menjadi anggota keluarga kekaisaran Li .... Li So Ah sudah menjadi adik angkat suami ku dan secara langsung ia sudah menjadi adik ipar ku ... perhatikan ucapanmu dimasa depan ... ini untuk kebaikkanmu ...."kata Yan Ning tegas
"Sikap mu ini membuat seluruh kediaman jenderal malu Ning ... ini terakhir kalinya aku menasehati mu dan tak ada lain kali lagi .... aku juga sudah menyampaikan pada kediaman jenderal atas kelakuan sikapmu ini ... jadi kau harus bisa berkaca pada dirimu sendiri diaula leluhur untuk mengetahui apa kesalahanmu"lanjut Yan Ning tegas.
"Kenapa kau membela dirinya jiejie ....!! Kau saudari kembarku kenapa membela orang lain"kata Ning Ning marah dan tanpa sopan langsung pergi.
Yan Ning hanya bisa memijat kepalanya pusing melihat tingkah saudari kembarnya itu.
***
Xuan yang sudah sampai di kediaman istirahatnya, so ah yang berada didekapannya terlelap tidur. Dirinya dengan santai berjalan menuju keluar kamar mereka yang terdapat ruang bersantai.
Melepas jubah luarnya dan jubah luar so ah ia memangku gadis itu dan melepas semua aksesoris perhiasan di surai gadisnya.
Melihat wajah polos so ah yang tertidur lelap, hatinya menjadi tenang dan terus mendekap gadis itu didalam dekapannya.
Wangi harum yang menguar dari rambut hingga tubuhnya sangat alami dan menenangkan hingga dirinya betah berlama-lama mendekapnya tanpa Xuan sadari keberadaan gadis ini mengalihkan pikirannya.
Xuan melihat hamparan langit gelap tanpa bintang hanya cahaya lembut rembulan yang samar-samar menyinari.
Semilir angin yang awalnya tenang perlahan demi perlahan mulai terasa semakin kencang menghembuskan hawa dingin yang terasa membekukan tulang belulang tapi tidak untuknya.
So ah yang berada dipelukan xuan menggigil dan mulai mendekatkan dirinya sendiri kedalam pelukan xuan lebih dalam lagi mencari sumber kehangatan.
Didepannya terlihat ada seberkas api merah menyala yang tadinya keluar dari ruang tak terlihat mulai membesar dan besar hingga membentuk sesosok tubuh.
Xuan hanya diam saja melihat sosok didepannya yang mulai berubah wujud menjadi manusia.
"Hormat kepada kaisar agung"kata Yi sopan.
Yi melihat Yuan yang auranya sangat berbeda dengan sebelumnya menjadi sedikit waspada apalagi aura ini sangat pekat tapi dari apa yang dia lihat ini memang benar kaisar langit agung dunia atas. Yi lebih memilih diam sembari menyelidikinya.
Xuan mengangkat sebelah alisnya angkuh, aura seorang kaisar agung menguar dari tubuhnya menindas apapun yang ada didepannya.
"Bicaralah ...."kata Xuan dingin.
Setelah sebentar menggali ingatan dari tubuh Yuan, ia tau Dewa Rubah merah didepannya ini tangan kanan kepercayaannya.
"Ya yang mulia... para makhluk gaib mulai bergerak liar karena anda sudah mengangkat seorang permaisuri agung"ucap Yi.
"Biarkan ... siapkan pasukan dan latih mereka dengan kuat ..."kaya Xuan meberi perintah.
"Baik yang mulia ...."ucap Yi langsung mengundurkan dirinya dan hilang dengan kobaran api.
Bagus .... sangat bagus mereka ingin permaisuriku ... lihat saja siapa yang akan bertahan lama, rasanya aku sangat merindukan mandi dibawah genangan darah mereka yang dulu sudah berdosa padaku.... kata Xuan sadis.
Mata xuan yang tadinya sehitam batu onyx indah menawan berubah menjadi warnah merah mengerikan bersinar ditengah kegelapan memberikan teror bagi para mahkluk hidup yang melihatnya.
Udara malam itu sangat dingin dan kelam bahkan para hewan-hewan dihutan yang biasanya bersuara tak ada yang berani bergerak.
Rembulan yang tadinya bersinar samar hilang tertutupi langit malam suram, menjadikan bumi dipenuhi kegelapan .
Di ujung bumi lain terdengar suara auman mengerikan yang bersautan sama sama lain seakan memberitahukan sebuah pesan kematian dan gempuran alam yang memperingati kebangkitan semua mahluk setelah ratusan tahun.