Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

ELYANA

🇮🇩Shawingeunbi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
113.7k
Views
Synopsis
Ini tentang Elyana, atau biasa dipanggil Eli yang menyukai kakak tirinya sendiri yaitu William Martinez, dengan kenyataan bahwa pria itu sangat membencinya karena pernikahan orang tua mereka. Eli sadar, mau sampai kapanpun mungkin William akan membencinya dengan terbukti sikap kasar yang sering pria itu berikan kepadanya entah melalui tindakan verbal maupun non verbal. Tapi Eli bisa apa, hal itu bahkan tidak bisa menghapus perasaannya kepada kakak tirinya itu. Karena bagi Eli, William adalah potret sempurna dari tipikal pria idamannya selama ini. Mungkin kata Jane memang benar, sahabatnya itu suka sekali menyebut ia bodoh karena sudah jatuh cinta dengan pria yang bahkan tidak pernah memikirkan perasaannya. Lagi-lagi Eli bisa apa? Namun sepertinya, prinsipnya yang ia pegang teguh itu membuahkan hasil. Atau mungkin, memang sejak dulu William memang menyukainya, namun tidak pernah dia tunjukkan karena sebuah alasan. Ya, dan alasan itulah yang akhirnya mengungkap rahasia kelam yang selama ini Papa Eli tutupi mengenai kematian Mamanya dan juga rahasia-rahasia besar lainnya. Darisana Eli sadar, bahwa selain mendiang Mamanya, William yang selama ini secara terang-terangan membencinya justru menjadi orang kedua yang peduli padanya. Dan justru bukan Papanya yang selama ini ia banggakan, ataupun Mama tirinya yang Eli pikir benar-benar baik kepadanya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1

Elyana memandang pantulan dirinya sendiri lewat cermin di depannya itu. Padahal waktu dirumah tadi ia sudah berkali-kali memerhatikan penampilannya sendiri, tapi ketika ada kesempatan bercermin gratis di toilet kampus, Eli, sapaan akrab gadis itu, ia tidak bisa menghindarinya. Memangnya diluar sana perempuan mana yang tidak adiktif dengan benda mati ini? Karena Eli punya alasan, mengapa dirinya harus tampil cantik dan rapi hari ini.

"Eli?" panggil seseorang.

Eli menoleh ke sumber suara dan mendapati sahabatnya itu sudah berdiri menjulang di sampingnya. Gadis itu tersenyum.

"Jane?"

Jane yang melihat sahabatnya begitu antusias itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia heran kenapa hari ini Eli begitu sangat detail memerhatikan penampilannya.

"Sampai kapan kau mau memperbaiki penampilanmu? acara akan dimulai sebentar lagi." keluh gadis itu.

Eli tersenyum dan mengisyaratkan Jane agar sabar karena ia masih mau memakai lipgloss di bibirnya. Jane mengurut dahinya pasrah, memang hari ini ada banyak narasumber muda nan tampan, tapi kalau Jane akui Eli sedikit berlebihan. Sebelumnya Eli tidak seperti ini, bahkan ada banyak lelaki junior maupun seniornya di kampus yang naksir padanya, namun Eli selalu mengabaikannya.

Setelah selesai, Jane segera menggandeng tangan Eli dan pergi menuju ke tempat acara berlangsung yang ternyata sudah dipenuhi oleh beberapa orang yang akan mengikuti kegiatan seminar itu.

Ya, hari ini diadakan seminar yang menghadirkan beberapa narasumber pengusaha muda terkenal. Tentu saja banyak kaum perempuan memenuhi tempat yang akan dilaksanakannya acara seminar itu untuk tidak membuang kesempatan bertemu dengan pria-pria mapan itu. Termasuk Eli dan Jane juga tentunya.

"Ah syukurlah, acara belum dimulai." ucap Jane.

Eli mengangguk setuju, mereka juga sangat beruntung karena duduk di barisan paling depan tepat di bawah podium yang nantinya akan menjadi tempat membagi cerita para narasumber itu. Gadis itu menyentuh dadanya yang berdegup dengan kencang, ia sudah menanti-nantikan acara ini dari lama. Ditambah lagi setelah mengetahui kalau seseorang yang Eli sukai juga akan datang. Ia tidak sabar ingin segera bertemu dengannya.

"Wah, lihat sudah ada yang datang." ucap Jane antusias.

Reflek Eli langsung melihat ke arah dimana Jane menunjuk dan benar saja para pengusaha itu terlihat tampan sekali dengan setelan jas rapi mereka. Sangat idaman sekali. Tapi orang yang ia nantikan sepertinya belum datang.

"Sepertinya kau sedang menunggu seseorang. siapa? Junior?" tebak Jane.

Eli menggelengkan kepalanya cepat setelah tertangkap basah oleh Jane, jika Jane tahu siapa orang itu pasti dia kan marah. Makanya dari tadi ia tidak mengatakan jika dia akan datang hari ini. Eli tidak ingin Jane memarahinya lagi karena hal ini.

"Tidak, aku tidak sedang menunggu siapa-siapa kok." Eli mengelaknya. Walaupun masih menaruh curiga dengan sahabatnya itu, Jane pun memercayainya.

Tidak berapa lama, terdengar suara gaduh dari arah belakang kursi peserta seminar karena kebetulan letak pintu ada disana. Teriakan histeris benar-benar memenuhi aula itu dan menggema.

"Ada apa sih?" heran Jane.

"Astaga, bukankah itu William Martinez?!"

"William, nikahi aku!"

"William, kau tampan sekali!!"

Seperti itulah kalimat-kalimat yang mereka lontarkan untuk pengusaha muda satu itu. Dia memang sangat terkenal disana, terlebih lagi karena ketampanannya sebagai nilai plus. Bahkan Eli yang selama ini selalu cuek dengan lelaki lain yang menyatakan perasaannya terlihat begitu senang menyambut kedatangan seorang William Martinez di acara itu.

"Akhirnya..." ucapnya antusias.

Sementara itu, di samping Eli nampak Jane yang langsung memandang sahabatnya itu dengan marah. Pantas saja hari ini Eli begitu berbeda, dia sangat memerhatikan penampilannya sampai harus bolak-balik memandang cermin, ternyata untuk seorang William Martinez.

"Kau tahu dia akan datang?" Jane memandang Eli serius.

Eli menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Jane, aku bisa jelaskan ini."

Jane menggelengkan kepalanya. "Demi Tuhan, Elyana. Dia William, mengapa kau harus rela melakukan hal ini demi pria itu? itu tidak sepadan untukmu, El."

"Jane, dengarkan aku. Justru karena hal itu aku begini agar aku tidak terlalu memalukan saat bertemu dengannya."

"Aku tidak tahu dengan jalan pikiranmu, Eli. Jika semua orang tahu siapa William Martinez yang sebenarnya, maka mereka juga akan bersikap seperti aku." ucap Jane marah-marah.

"Ssst! tenangkan dirimu Jane, tapi kau tidak bisa mengelak kalau William Martinez merupakan pengusaha muda paling berpengaruh di negeri ini sekarang." jawab Eli membela pria itu.

Dan hal itu membuat Jane mendecakkan lidahnya, "Aku tahu, tapi dia juga kakak tiri terjahat di dunia ini."

Eli terdiam, ia menghela nafas panjang. "Jane, please?!"

"Eli, berhentilah membelanya. Berapa kali aku bilang jika dia tidak sepadan untukmu."

"Hentikan, Jane! Aku tahu dan aku sadar akan posisiku." tegas Eli.

"Eli, maksudku bukan--"

Pertikaian kecil antara Eli dan Jane mau tidak mau harus terhenti karena acara di mulai. Ternyata William menjadi pembuka acara seminar ini. Eli pun tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya ketika melihat pria itu akan berdiri tepat di depannya. Sementara Jane menyikut lengan Eli agar dia bisa mengontrol dirinya dan tidak usah besikap bodoh di depan pria itu.

Kini William sudah berdiri di atas podium. Eli terdiam sesaat ketika secara tidak sengaja matanya bertemu dengan mata pria itu. Ia pun memekik senang dalam hati, bahkan ia juga harus menahan diri didepannya.

Eli sangat senang, meskipun tatapan tadi nampak menyorot dingin dan penuh kebencian, tapi setidaknya ia bisa melihat dengan jelas ketampanan seorang William Martinez yang begitu digilai oleh semua kaum perempuan di negara ini.

Jane menyenggol lengan Eli untuk menyadarkan gadis itu dari keterpesonaannya pada William. Ia memang harus berkali-kali menyadarkan gadis itu akan kebodohannya sendiri.

"Eli, tetaplah tenang."

"Bagaimana aku bisa tenang, Jane? dia tepat ada didepanku, Ya Tuhan!"

Jane memutar bola matanya jengah. "Kau benar-benar sudah tidak waras, Elyana Anderson."

"Yes, I am."

"Jane?" panggil Eli tiba-tiba.

"Hmm?"

"Aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini, Jane. Karena pada kenyataannya aku terlalu menyukai kak Wil terlalu dalam."

Sementara itu, William baru saja menyelesaikan sesi bagiannya sebagai narasumber dan kembali duduk di kursinya sambil menunggu acara sampai selesai. Kedua matanya kemudian terpaku pada seorang gadis yang duduk paling depan di barisan peserta seminar. Pria itu menunjukkan senyum liciknya, bisa-bisanya gadis itu punya nyali menunjukkan wajahnya di depannya. Apakah dia sudah kehilangan rasa takutnya?

"Ehem!"

Deheman seseorang mau tidak mau membuat William harus menoleh, seorang wanita berpakaian minim nampak sedang tersenyum ke arahnya. Dahi William mengernyit mendapati ada wanita seberani itu mengenakan pakaian seperti itu di acara resmi seperti ini.

"Apakah anda Tuan William?" tanyanya.

"Ya, ada apa?"

Wanita itu tersenyum. "Saya Yuna, bisakah kita bertemu di klub A nanti malam? ini nomor saya." dan setelah memberikan nomornya di kertas, wanita bernama Yuna itu berlalu pergi. Dasar wanita tidak punya malu.