Sesampainya di depan kelas XI IPA 2, kepala sekolah memanggil guru yang mengajar kelas tersebut, yang tak lain adalah wali kelas dari kelas ini.
"Permisi, Bu Marinka ... boleh minta waktunya sebentar?"
"Oh iya, silahkan, Pak ..." bu Marinka pun keluar dari dalam kelasnya dan melihat adanya dua orang siswa yang kini telah menjadi perhatiannya.
"Bu Marinka, mereka adalah siswa yang akan masuk ke kelas Ibu, jadi mohon bantuannya."
"Selamat pagi, Bu." Sapa Cloe dengan seulas senyum terpancar dari wajah nya. Tapi tidak dengan siswa yang kini berada di sebelahnya. Ia hanya terdiam tanpa kata seraya menunduk kan kepala membuat wajahnya semakin tak terlihat.
"Baiklah kalau begitu ayo kita masuk, kita mulai perkenalan dulu pada teman kelas kalian."
Saat akan memasuki kelas, Bu Marinka di cegah oleh kepala sekolah untuk berbicara kepadanya.
"Bu Marinka ... mengenai siswa yang memakai hoodie itu, mohon untuk di biarkan."
"Kenapa, Pak? Bukankah itu melanggar peraturan sekolah ini?"
"Nanti akan saya rapat kan saat jam pelajaran ke tiga dengan para guru lainnya."
"Baiklah kalau begitu, Pak. Saya permisi masuk ke kelas lagi."
"Iya silahkan."
Sesampainya di depan kelas, bu marinka berdiri di tengah dua orang murid baru yang kini berada di sisi kiri dan kanannya. Bu Marinka mempersilahkan mereka untuk memperkenal kan diri terlebih dahulu.
"Anak-anak ... mohon perhatian nya." Bu Marinka memberikan perintah kepada anak didiknya yang berteriak histeris tak karuan saat melihat wajah Cloe yang kini nampak jelas di hadapan mereka.
"Baik, silahkan mulai perkenalan dari kamu." Menunjukkan tangannya kepada Cloe.
"Hallo guys, nama gue Cloe Yamada gue siswa pindahan dari Jepang, senang bertemu kalian dan mohon kerja samanya." Tepuk tangan riuh menyertai selesainya perkenalan Cloe.
"Gue Faysa asal sekolah USA, sekian."
"Baiklah kalau begitu, kalian boleh duduk di tempat yang masih kosong."
Saat Cloe melewati tempat duduk teman kelasnya, mereka yang melihat ia tanpa henti memberikan binar mata yang sangat memperlihat kan kekagumannya kepada Cloe.
Beda halnya dengan Fay, mereka seakan terlihat ketakutan bahkan para lelaki merasa tertantang kepadanya.
Faysa duduk di dekat jendela bersama seorang siswa bernama Rio, Rio yang duduk disebelahnya pun menengok ke arah Fay.
"Kenalin, nama gue Rio." Sapa nya sambil mengulurkan tangannya.
"...." Tak ada jawaban.
Rio pun mengedik kan bahunya mencoba acuh akan sikap teman sebangkunya. Dia seakan baru teringat bahwa seseorang di sampingnya pindahan dari USA. Apa dia harus berbahasa inggris? Tapi saat perkenalan dia menggunakan bahasa Indonesia.
Di lain tempat, Cloe berkenalan dengan teman sebangku nya bernama Morgan, dia adalah cowok yang sama tampan dan juga kaya, bahkan pintar, namun sangat di sayangkan karena sikap dinginnya kepada setiap perempuan membuat dia di juluki pangeran es.
"Hey ... Gue Cloe, Lo?"
"Gue Morgan."
Cloe mengangguk kan kepalanya, dan saat itu ia melihat ke samping kanannya dimana Fay menduduki tempat duduknya bersama seorang siswa.
"Pasti itu orang susah punya teman."
"Huft ... padahal gue pengen kenal dia juga." Batinnya seraya menatap Faysa yang ia yakini tengah tertidur.
Morgan tak hanya diam, ternyata ia pun sama. Ia melirik ke arah Faysa dengan tatapan yang ....
"Entah kalian bisa mengartikannya apa."