Chereads / Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO / Chapter 37 - Ingin Melindungi

Chapter 37 - Ingin Melindungi

Setelah setengah jam berlalu, Anya masih terduduk di kursi ruang keluarga. Ia tidak bergerak sedikit pun dari tempat duduknya. Tangannya masih memegang kertas yang sama, seolah berharap jika ia memandangi kertas itu lebih lama, ia bisa lebih mengerti isi kepala Aiden.

Sayangnya, ia masih tidak mengerti …

Ia tidak bisa memahami apa yang baru saja terjadi. Otaknya seolah kesulitan untuk mencerna kejadian yang begitu mendadak ini. Tiba-tiba saja, Aiden ingin meminta untuk bercerai. Ia bersedia melupakan semua hutangnya dan bahkan memberikan uang kompensasi.

Apakah ini sebuah ujian untuknya? Apakah Aiden sedang mengujinya?

Harris menyaksikan semua itu dari kejauhan. Ia tidak berniat untuk mengintip dan ikut campur, tetapi ia merasa khawatir. Ia mengkhawatirkan Tuannya sejak mereka pulang dari perjalanan mereka.

"Nyonya …" Harris berjalan menghampiri Anya yang duduk dengan lesu di ruang keluarga. Seiring dengan langkah kakinya, Harris berusaha untuk memantapkan tekadnya. Saat ini, ia melampaui batasnya dengan ikut campur pada urusan Tuannya. Ia tidak tahu apakah ini tindakan yang benar atau tidak, tetapi mengkhawatirkan Tuannya.

Panggilan itu membuat Anya menengadah dengan tatapan linglung. Ia bahkan tidak sadar siapa yang menghampirinya hingga Harris tiba di hadapannya.

"Hmm … Ada apa?" tanya Anya pada Harris. Ia sedang tidak ingin berbicara pada siapa pun. Saat ini pikirannya sedang kalut. Ia sedang ingin sendiri.

"Nyonya, saya tidak bermaksud ikut campur, tetapi…" kata Harris dengan ragu-ragu.

Kata-kata Harris itu seolah menarik perhatiannya. Baru pada saat itu lah, Anya sadar. Ia langsung menatap Harris, memusatkan seluruh perhatiannya pada pria itu. Harris ikut pergi bersama dengan Aiden selama seminggu terakhir sehingga ia pasti tahu apa yang telah terjadi. Ia tahu apa yang menyebabkan Aiden bersikap seperti ini.

"Apa apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Ceritakan kepadaku!" tanya Anya lagi. Kertas yang ada di tangannya itu seolah terlupakan. Ia menyadari bahwa bukan dari kertas itu lah jawaban yang ia cari, melainkan dari pria di hadapannya. Harris mengetahui semuanya.

Harris berdeham, berusaha melegakan tenggorokannya yang terasa tercekat. "Nyonya, selama seminggu ini, Tuan tidak pergi untuk urusan pekerjaan. Ia mengunjungi seorang dokter untuk pengobatan matanya."

"Lalu, apa yang terjadi? Mengapa Aiden tiba-tiba bersikap seperti ini?" tanya Anya dengan khawatir.

Aiden bukan pergi ke luar kota untuk bekerja? Aiden pergi untuk mengunjungi dokter, untuk menyembuhkan penglihatannya. Itukah sebabnya Aiden kembali dengan suasana hati yang buruk? Apakah pengobatannya gagal? Apakah Aiden tidak akan pernah bisa melihat lagi?

Tidak mungkin Aiden tidak kembali selama satu minggu tanpa memberi kabar jika keadaannya baik-baik saja. Tidak mungkin Aiden kembali dengan suasana hati yang buruk jika pengobatannya berhasil. Hanya ada satu jawaban yang memungkinkan …

"Kondisi mata Tuan sedang tidak baik," jawab Harris dengan menggertakkan giginya, berusaha untuk menahan kekesalan yang ia rasakan di hatinya. "Pengobatannya belum selesai, tetapi ada seseorang yang membunuh dokter itu. Semua resep obatnya telah dibakar. Mata Tuan Aiden masih tetap sama seperti sebelumnya. Ia tidak bisa disembuhkan," tangan Harris terkepal dengan erat di sampingnya.

Harris tidak hanya menganggap Aiden sebagai Tuannya. Ia tumbuh bersama dengan Aiden sehingga ia juga menganggapnya sebagai sahabat. Bisa dibilang, Aiden adalah saudara yang tidak pernah dimilikinya. Perasaannya itu tulus pada Aiden, tidak mengharapkan Aiden membalasnya dengan perasaan hal yang sama.

Itu sebabnya, Harris merasa sangat marah saat mengetahui pengobatan Aiden gagal. Ada seseorang yang sengaja membunuh sang dokter agar Aiden tidak bisa melihat lagi. Harris menggertakkan giginya dan tangannya terkepal semakin erat hingga buku-buku jarinya memutih. Tidak ada yang bisa menggambarkan betapa besar kemarahan yang ia rasakan saat ini. Kalau saja, ia mengetahui siapa yang melakukan semua ini, ia pasti sudah membunuh orang itu. Kalau saja …

Mulut Anya ternganga. Ia tidak bisa mempercayai yang baru saja didengarnya. Seseorang telah membunuh dokter Aiden. Seseorang sengaja menggagalkan pengobatan Aiden agar Aiden tidak bisa melihat lagi.

Tanpa sadar, tangannya yang memegang dokumen cerai itu terkepal dan gemetaran, membuat kertas itu menjadi lecek. Siapa orang yang tega sekali melakukan hal ini pada Aiden?

"Apakah ia tidak akan bisa sembuh selamanya? Apakah Aiden tidak bisa melihat lagi?" tanya Anya. Suaranya lirih dan terdengar sedikit gemetar.

"Tuan harus mencari cara lain untuk melakukan pengobatan. Ia harus mencari dokter lain yang bisa membantu agar penglihatannya membaik. Tetapi itu butuh waktu yang cukup panjang," jawab Harris sambil berusaha untuk menenangkan diri.

Saat melihat wanita di hadapannya, Harris bisa melihat bahwa Anya juga sedang berusaha untuk menahan emosinya. Wajah wanita itu sedikit memerah dan matanya berkaca-kaca menahan air mata yang akan menetes dari pelupuk matanya.

"Tuan Aiden ingin melindungi Anda. Itu sebabnya ia mau menceraikan Anda," jelas Harris. Ia ingin Anya tahu bahwa di saat-saat seperti ini pun, Aiden masih memikirkannya.

"Melindungiku?" Anya tertegun mendengar hal itu.

"Ada orang yang berusaha untuk menggagalkan pengobatannya. Orang itu tidak ingin Tuan bisa melihat lagi. Ia bahkan sampai membunuh dokter tersebut," jawab Harris.

Anya termenung saat mendengarnya. Seseorang berusaha untuk mencelakai Aiden. Entah apa tujuan orang itu, tetapi orang itu tidak ingin Aiden melihat lagi. Ia tidak ingin Aiden bahagia. Itu artinya, siapa pun yang berada di dekat Aiden pun tidak aman, terutama Anya yang memegang status sebagai istri Aiden. Sebagai orang terdekat dengan Aiden, Anya juga bisa menjadi sasaran dari musuh-musuh Aiden. Orang itu bisa saja mencelakai Anya untuk membuat Aiden tidak berdaya.

Itu lah mengapa Aiden ingin menceraikannya …

Aiden bukan sedang mengujinya. Aiden juga bukan membuangnya karena Anya sudah tidak berguna. Aiden ingin melindunginya. Pria itu ingin menjaganya agar tetap aman …

Hati Anya terasa sakit saat menyadari semua ini. Tangannya terangkat untuk memegang dadanya, seolah berusaha untuk mengurangi rasa sakit di hatinya. Air mata menggenang di pelupuk matanya saat menyadari apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Aiden.

Di saat-saat seperti ini pun, Aiden masih sempat memikirkannya. Seharusnya, pria itu lebih memikirkan kondisinya, kondisi matanya. Aiden pasti merasa sakit hati dan kecewa berat setelah menyadari bahwa pengobatannya gagal. Anya tidak bisa membayangkan betapa marah dan kecewanya Aiden saat mengetahui bahwa pengobatan kali ini gagal dan ia tidak bisa melihat lagi. Namun, pria itu malah memikirkan Anya, mengkhawatirkan keselamatan Anya. Ia mementingkan Anya di atas segala kondisinya …

Anya merasa dirinya benar-benar tidak pantas untuk Aiden …

Ia bahkan tidak bisa melakukan apa pun untuk Aiden, tetapi Aiden selalu memperlakukannya dengan sepenuh hati. Tangannya terkepal semakin erat sehingga membuat dokumen di tangannya menjadi rusak.

Tatapan Harris mendarat pada dokumen surat cerai yang masih dipegang oleh Anya. Ia bisa merasakan betapa Aiden sangat mencintai Anya. Meskipun pria itu seharusnya memikirkan kondisi matanya, Aiden malah memikirkan keselamatan mengenai Anya. Ia takut Anya berada dalam bahaya. Ia takut ada seseorang yang akan mencelakai Anya.

Sebegitu besar rasa cinta Aiden pada Anya …

Harris mengalihkan pandangannya dari dokumen itu dan menatap Anya lurus-lurus. "Tuan bersedia memberikan kebebasan untuk Anda. Apakah Anda akan meninggalkan Tuan?"