"Kamu udah bangun? Kamu gak apa-apa? Masih sakit? Pusing?" tanya Vero begitu melihat Kirana sadar dari pingsan.
Kirana memandang sekelilingnya. Ada Mita dan Yudhistira yang sedang menunggunya sadar di ruang UGD.
"Apa kepalamu masih pusing?" tanya Yudhistira dengan wajah cemas.
Kirana jadi merasa bersalah karena telah membuah sahabat-sahabatnya sangat cemas. Ia bangun dan duduk di ranjang UGD. "Aku baik-baik aja kok, Temen-temen," Kirana berusaha menenangkan para sahabatnya.
Vero langsung berkacak pinggang dan melotot ke Kirana. "Kan udah kubilang kamu terlalu sibuk kerja sampai bisa pingsan begini. Harusnya tuh kamu istirahat di apartemen 2 hari. Bukannya pulang sebentar terus balik ke rumah sakit lagi. Dasar keras kepala! Ckckckck"
"Udah, udah. Jangan marah-marah terus, Ver. Kirana kan baru bangun dari pingsan," Mita sekarang yang giliran menenangkan kemarahan Vero.
Sejujurnya Kirana setuju dengan ucapan Vero barusan. Sehabis diancam Vero, ia langsung bergegas pulang ke apartemen. Keesokkan harinya begitu mendapat telepon dari manajer rumah sakit, ia langsung berangkat. Dan beginilah kondisinya sekarang.
"Gini, kamu hari ini istirahat dulu, Kir. Habis ini aku minta ijin ke manajer rumah sakit supaya kamu besok istirahat di rumah dulu. Nanti malam aku juga bakal antar kamu pulang ke apartemen gimana?" Yudhistira mengajukan diri pada Kirana.
Kirana mengangguk setuju.
Mendengar ide Yudhistira, kemarahan Vero mereda.
….
Vero membawa makanan dari apartemen. Ia menyadari kalau makanan di rumah sakit hambar dan tidak menarik selera. Vero sering mengomel siapa sih koki rumah sakit tempat ini. Ia bahkan pernah mengancam Kirana akan memaki koki rumah sakit dan menggantikan posisi koki itu memasak. Gadis berambut panjang bergelombang ini yakin kemampuan masaknya bisa membuat Gordon Ramsay jatuh hati.
"Kir, lihat nih aku bawa apaan," senyum Vero mengembang sambil menunjukkan sekantong besar makanan. "Dokter pekerja keras sepertimu wajib makan makanan bergizi kayak gini."
Vero memamerkan bubur ayam, tumis tuna, sup ayam, pisang dan susu ke Kirana.
Kirana tertawa. "Makasi banyak ya, Ver."
Ponsel Vero berbunyi. Ada pesan yang masuk. Vero membuka dan membacanya. Sedetik kemudian ia melonjak kegirangan seperti orang yang menang lotre.
"Yaaa Tuhan aku lolosssss…. Aku lolossss!!!!" jerit Vero lebih kencang dari biasanya sambil meloncat-loncat.
"Ssstttt… suaramu bisa hancurin rumah sakit, Vero," kata Kirana khawatir.
"Aku gak peduli kalau rumah sakit ini hancur," ucap Vero acuh. "Aku lagi happy banget, Kir. Ya Tuhan mimpi apa sih aku sampai bisa lolos?"
Kirana menaikkan alisnya. "Lolos apaan sih?"
"Kirana," ia menciumi pipi sahabatnya kegirangan. "Aku lolos jadi model diperagaan busana Anne Avantie. Aku bakal ikut sesi latihan besok. Ya Tuhan aku bahagia banget."
Kirana bahagia mendengar pencapaian karir sahabatnya. Sejak mengenal Vero, Kirana selalu mendengar kalimat:
"Aku harap bisa menjadi model peragaan busana Anne Avantie."
"Aku ngefans banget sama Bunda Anne Avantie."
Dua kalimat itu selalu terngiyang di kepala Kirana selama 8 tahun terakhir. Tapi perkataan Vero bukanlah sebatas angan-angan saja. Sejak duduk di bangku kuliah, Vero sudah ikut berlenggak-lenggok di catwalk tingkat kota untuk desainer-desainer lokal. Selain menambah pengalaman sebagai model, ia juga menggunakan uang honor model untuk membiayai kuliah.
Sejak kuliah juga Kirana sudah melihat Vero berjuang menurunkan berat badan dengan gym, diet makanan sehat, keliling dari satu kota ke kota lainnya dan harus menghadapi kerasnya dunia model.
Di dunia model penampilan dan koneksi adalah hal yang utama. Begitu penampilanmu tidak oke sudah banyak orang yang siap menghina ataupun mengkritikmu. Kirana tidak ingat lagi berapa kali Vero menangis di kamarnya karena ucapan pedas dari pihak agensi ataupun dari rekan sesama model.
Mencari koneksi agar dapat bertahan di dunia model juga tidaklah mudah. Vero blak-blakan bercerita kalau rekan modelnya banyak yang menjadi simpanan pengusaha kaya agar punya kesempatan menjadi model iklan. Tidak sedikit model yang menjadi simpanan pengusaha kaya supaya punya koneksi ke geng pengusaha ataupun desainer ternama.
Adapula model yang sudah tidak terkenal tapi gaya hidupnya serba mewah. Akhirnya ia memilih terjun ke dunia hiburan malam untuk bertahan hidup. Bahkan banyak model yang pekerjaannya mulai sepi beralih profesi menjual obat-obatan terlarang. Beberapa rekan Vero sudah ditangkap polisi dan beritanya sudah muncul di media massa tahun ini. Itulah cermin kehidupan model yang dari luar nampak indah dan cantik tapi menyimpan sisi gelap.
Untungnya selama menjadi model, Vero tidak terjerumus hal-hal seperti itu. Vero termasuk tipe model yang berjuang dari nol, berusaha mengumpulkan koneksi dari orang-orang yang profesional dan bekerja keras agar dipercaya oleh klien serta agensi. Dan akhirnya setelah melewati perjuangan menjadi model yang berat, Vero berhasil mengejar mimpinya. Memperagakan busana desainer kondang Anne Avantie!
"Menurutmu apa aku agak gemukan?" tanya Vero tiba-tiba sambil memperhatikan badannya.
Kirana menggeleng. "Enggak kok."
"Yakin?"
Kirana menghela napas. Vero memiliki tinggi 175 sentimer, tangan kaki yang kecil, pinggang langsing dan perut yang rata. Setiap hari ia olahraga selama 2 jam dan tidak pernah makan nasi sejak 8 tahun terakhir. Bagaimana mungkin Vero gemuk dengan bentuk tubuh dan pola hidup seperti itu?
"Aku rasa kamu terlalu parno. Kamu sempurna, Vero. Aku yakin Anne Avantie gak akan menyesal memilihmu," hibur Kirana.
Vero menggigit bibirnya. "Semoga. Aku benar-benar gugup sekarang. Aku takut penampilanku tidak cukup pantas untuk show Anne Avantie."
"Kamu udah bekerja keras selama ini. Kamu pantas, Ver."
Vero hanya tersenyum lega.
"Tunggu. Kalau aku show keliling Indonesia selama 2 minggu terus gimana nasibmu selama aku pergi?" Vero memandang tajam ke sahabatnya.
"Apa kamu pikir aku anak kecil?"
Vero memutar bola mata. "Kirana, aku sadar kamu itu dokter. Kamu udah menyelamatkan ratusan nyawa. Tapi kamu benar-benar gak becus sama sekali merawat tubuhmu sendiri. Siapa yang biasanya mengoleskan krim malam ke wajahmu? Aku. Siapa yang mengupaskan buah untukmu? Aku. Siapa yang…"
"Udah, udah," Kirana memotong omelan panjang Vero. "Kamu gak perlu khawatir berlebihan deh. Aku bisa menjaga diriku sendiri kok. Lagian ada Mita sama Yudhistira yang bakal bantuin aku selama kamu show keliling Indonesia."
"Tapi…"
"Cepat kamu pulang dan packing barang-barangmu untuk latihan persiapan show. Anne Avantie gak akan mau nunggu kalau kamu terlambat di sesi latihan," Kirana mulai mendorong tubuh Vero menuju pintu keluar UGD.
"Oke oke baiklah. Kamu harus janji bakal jaga kesehatan, oke? Aku akan sering-sering chat kamu selama keliling Indonesia," katanya sambil keluar dari ruang UGD meninggalkan Kirana sendirian.
Akhirnya Kirana bisa bernapas lega. Vero tidak lagi mengganggunya dengan omelan panjang lebar soal kesehatan dan kecantikan selama 2 minggu ini. Ia bisa bebas bekerja dan menginap di rumah sakit, batinnya senang.