"Hey Snorky," Naura memicingkan matanya kesal ke arah wanita berambut ikal panjang yang melambaikan tangannya antusias. Suara melengkingnya sungguh memekakkan telinga, belum lagi tatapan beberapa pengunjung cafe yang mengarah kepada mereka setelah kelakuan tidak tahu malu Imelda, temannya sesama karyawan di Cafe Lotus.
"Elo berisik banget sih, Mel," Naura berdecak kesal. "Kan gue udah bilang, jangan panggil gue Snorky lagi. Elo hobi banget sih bikin gue kesel."
"Elo PMS ya? Apa laper? Biasanya lo jadi sangar kalo lagi laper," Sahut Imelda dengan seringaian gelinya melihat tampang kesal Naura. "Lagian panggilan Snorky cocok banget buat elo, si tukang ngorok,"
Damn! Kejadian 2 bulan lalu ketika Naura menginap di kos Imelda karena terlalu malam pulang dari cafe dan tidak ada Raihan untuk mengantarnya pulang, selalu diungkit-ungkit Imelda untuk membalas ledekannya atau hanya sekedar ingin membuat Naura kesal.
"Ih. . gue gak ngorok Mel,"
"Gimana elo tau, elo tidur kayak lagi hibernasi gitu," sahut Imelda yang terkekeh geli melihat Naura memicingkan matanya kesal dan memanyunkan bibirnya.
"Gak lucu,"
"Ya maap kalo gak lucu, gue kan bukan Sule,"
"Hey. . hey. .hey, kenapa pada ribut sih? Lihat tuh, pelanggan cafe pada kabur," sahut Raihan melihat keributan kecil yang diciptakan kedua pegawainya itu.
"Mereka emang udah selesai kali boss makannya," ucap Imelda yang masih menyeringai geli.
"Udah kali dek keselnya, tambah jelek gitu mukanya," Raihan ikut terkekeh geli melihat wajah menggemaskan Naura.
"Tau tuh boss, mungkin Naura lagi uji coba berapa lama Dia harus manyunin bibir biar jadi seseksi bibir Angelina Jolie," tawa Imelda dan Raihan membuat Naura semakin memerah karena kesal.
"Ih. . rese banget sih," geram Naura sambil menyentakkan tangan Raihan yang dengan gemas mencubit hidung mancung Naura.
"Udah. .udah. Mel, kamu catat pesanan pelanggan itu dulu," Sahut Raihan menengahi yang disambut anggukan kecil Imelda. Tawa kecil Raihan kemudian berubah menjadi helaan nafas. She is perfect! She is who he ever imagined her before. Seperti merasakan tatapan intens Raihan, Naura mengangkat wajahnya. Beberapa helai rambut lelaki itu mulai terlepas dari ikatannya. Rahangnya tegas, alisnya yang tebal dengan mata hitam yang seakan bisa menelisik apa yang ada dalam pikiran Naura.
"Jangan cemberut, ntar gak ada yang naksir,"
DEG! Sentuhan tangan Raihan untuk menghilangkan kerutan-kerutan di dahi Naura membuat hatinya berdesir. Perempuan penyuka sesama jenis-pun akan mendadak menjadi lurus apabila mendapatkan perlakuan seintens itu.
"Apaan sih, Bang," elaknya untuk menetralkan respon tubuhnya yang mengkhianati keinginan hatinya. Get a grip, Naura! Jangan tergoda untuk mengenal cinta. Cinta hanya akan membuatmu semakin bersahabat dengan luka, batinnya.
"Nanti jangan pulang dulu ya, Abang yang anter,"
"Iya, Bang," Naura menatap punggung tegap Raihan sambil meletakkan tangannya di atas dada, merasakan hentakan jantungnya yang berdetak cepat. Sial!
~~~
Suara merdu Bruno Mars memecahkan keheningan dalam apartemen Naura, membuat kening gadis yang sedang bergelung dalam indahnya alam mimpi itu berkerut tidak suka. Dia menutupi wajahnya dengan bantal, mengabaikan siapapun itu yang sangat tidak sopan menganggu tidur nyenyaknya.
"Aaarrrghhh. ." teriak Naura frustasi ketika dering telponnya tidak kunjung berhenti.
"Halooo . ." sentak Naura kesal dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Dek, kamu baru bangun?"
"Bang Rai ganggu aja deh. Ada apaan sih Bang?" Sahut Naura sambil mengusap wajahnya lelah.
"Kamu gak tau ini udah jam berapa?"
"Naura gak peduli, hari ini Naura gak ada kelas jadi waktu untuk bangun tidur masih beberapa jam lagi,"
"Dek, sekarang udah jam 10,"
"Terus?"
"Lupa ya hari ini kamu ada janji sama Abang?"
"Janji?" Naura mengerjapkan matanya bingung. "Astaga. . " Naura berjengit bangun dan dengan tergesa-gesa melangkah ke kamar mandi.
"Aduh. ." Raihan di seberang telpon mengernyit mendengar suara beberapa benda jatuh dan rintihan Naura.
"Dek. .hati-hati, kamu. ."
"It's okay. I'm okay, Bang. Abang jemput Naura 1 jam lagi ya,". Klik.
"Dasar ceroboh," Gumam Raihan pelan yang tersenyum melihat Hp-nya seakan bisa melihat kelakuan Naura yang sembrono.
"Halo Abang," sapa Naura ketika memasuki Jeep Wrangler Rubicon berwarna putih itu dengan tatapan mata innocent-nya.
"Don't you dare 'halo' me," sahut Raihan dengan tatapan yang memicing tajam.
"Maap Bang, Naura lupa. Bener! Suwer!" ucap Naura yang menangkupkan kedua tangannya ke depan dengan tatapan meminta belas kasihan.
"2 jam, Kecil. Katanya tadi 1 jam lagi,"
"Can we just go now?" Sahut Naura dengan senyum polos andalannya. Biasanya, Abangnya yang satu ini tidak akan melanjutkan omelannya ketika Naura sudah mengeluarkan jurus andalannya.
Raihan hanya mendesah pasrah dan mulai menjalankan mobilnya.
"Pasang seat belt kamu,"
"Siap, Bang. Emang Bang Rai mau ajak Naura kemana?"
"Ya ampun dek, kamu bener-bener lupa?"
Naura menoleh dengan pandangan bertanya. "Emang Abang. . "
"Yes, if you wanna say that, Abang udah kasih tau kamu kemana kita akan pergi hari ini," Sahut Raihan dengan tatapan mengerling ke arah Naura.
"Ya . .maaf, Naura lagi banyak pikiran,"
"Banyak pikiran kenapa?"
"Biasa Bang, tugas kampus," Sama gara-gara Abang, tambahnya dalam hati. Tentu saja Raihan tidak perlu tahu mengenai jantungnya yang seringkali berdetak di atas normal jika berdekatan dengan Raihan.
"Kalau lagi banyak tugas, jangan lupa makannya, okay?" ucap Raihan dan mengelus puncak kepala Naura dengan sayang.
See! Dia harus segera memeriksakan kondisi jantungnya jika Raihan terus memperlakukannya seperti ini. Sekian tahun Naura sudah mampu menghalau laki-laki yang menunjukkan ketertarikan terhadapnya, Naura meyakinkan dirinya bahwa sekarangpun Dia juga bisa menetralkan perasaannya terhadap Raihan.
Mobil sudah terparkir di depan salah satu restoran jepang, tempat makan favorit Naura sejak 5 menit yang lalu. Tetapi, adik kecilnya itu masih tenggelam dalam lamunan, entah apa yang ada dalam kepala cantiknya itu.
"Dek, you okay?" suara Raihan yang sarat kekhawatiran menyentakkan Naura dari lamunannya.
"Huh?"
"Kamu lagi mikirin apa sih, Dek?"
"Um. .nothing," sahut Naura mengangkat bahunya acuh.
"Yea, nothing, sampe kamu gak sadar kalau kita udah sampai dari 5 menit yang lalu," sahut Raihan sarkatis disertai tawa gelinya melihat ekspresi bingung Naura.
"Oh, kenapa Abang gak bilang dari tadi?" ucap Naura yang menundukkan wajahnya malu dan segera membuka pintu mobil, meninggalkan Raihan yang semakin tertawa melihat kelakuan Naura.
'Sial, kenapa ngelamunin Bang Rai sampe segitunya sih,' rutuk Naura dalam hati. Naura merasakan beban berat di bahunya dan melihat Raihan menyampirkan lengan besarnya di bahu Naura, menahan senyum dengan mengatupkan bibirnya.
"Kalau Abang ngetawain Naura lagi, mending Naura pulang aja," ucap Naura yang memicingkan matanya tajam dan menyedekapkan tangannya. Seketika tawa Raihan pecah. Naura menghentak-hentakkan kakinya bosan dan menunggu hingga Raihan berhenti tertawa.
"Kamu gemesin banget sih," ucap Raihan dengan mencubit gemas pipi tembam Naura. Naura sudah akan melanjutkan omelannya sebelum Dia ditarik ke dalam restoran Jepang 'all you can eat' itu.
Masakan Jepang adalah masakan favorit Naura, tetapi entah kenapa Dia sudah tidak bersemangat untuk mencoba segala jenis makanan seperti yang biasanya Dia lakukan ketika berkunjung ke restoran ini dengan Alysa. Sudah dari 10 menit yang lalu, Raihan yang notabene-nya yang mengajak Naura kesini, malah meninggalkannya sendirian.
Raihan sedang sibuk menggoda wanita semampai setengah bule. Mereka tampak tertawa-tawa dengan akrab, seperti tidak ada orang lain saja di sekitar mereka. Seperti ada tangan tak kasat mata yang meremas hatinya melihat Raihan bisa tertawa lepas dengan wanita setengah-setengah itu..
'Aku tidak cemburu, aku tidak cemburu. Aku hanya kesal karena Abang meninggalkanku sendirian, ya hanya itu,' batin Naura.
"Kenapa makanannya gak dimakan Dek? Sampe gosong gini? Ngelamun lagi ya?" tanya Raihan yang melihat Naura hanya memegang sumpitnya dengan pandangan kosong.
"Huh? Nggak. .gak apa-apa Bang, Naura makan kok," Naura mengerjap bingung ketika Raihan tiba-tiba datang dan membombardirnya dengan pertanyaan.
"Yakin? Apa kita pulang aja Dek?"
"Naura gak apa-apa, Bang. Naura cuma lagi banyak pikiran aja,"
Raihan hanya menghela nafas pasrah. Dia tau Naura bukan hanya sekedar memikirkan tugas kuliah. Pasti ada yang sedang mengganggu pikiran Naura, dan Raihan akan menunggu sampai Naura mengatakan sendiri padanya.
~~~
~I hope, it's not that bad~ 😐☺
~~151216~~