Chereads / Bayang-Bayang Mantan / Chapter 9 - Tak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Chapter 9 - Tak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Alea pulang lebih dulu, sebelum Erwin tiba di rumah.

Merasa status hidupnya telah berubah, dan telah menjadi seorang istri Alea segera memasak untuk menyambut kepulangan sang Suami, tak peduli jika Alea masih lelah sepulang bekerja.

Dengan cekatan Alea segera menganti bajunya, melepaskan bau keringatnya yang menempel ditubuh.

Mengambil baju asal-asalan Alea segera menuju dapur, untuk segera memasakan sesuatu, agar nanti ketika Erwin pulang bisa makan bersamanya.

Alea membuka kulkas, dan melihat semua bahan-bahan yang ada. Kemudian ia mengambil satu potong besar ayam fillet dan membawa sayuran lainnya.

Malam ini Alea akan memasak ayam teriyaki dengan sayur capcay sebagai pelengkapnya.

Tangan Alea begitu cekatan, sepertinya ia sangat cocok disebut chef karena semua yang dilakukan olehnya sangat cepat seperti sedang ikut kompetisi memasak.

Tepat pukul 23.00 wib, semua masakan telah matang Alea segera menuju kamarnya untuk membersihkan tubuh, ketika Erwin pulang nanti ia tak akan lagi bau asam.

Kini ia telah tampil cantik, dan siap untuk menyambut kepulangan suaminya. Alea sedikit menahan kantuknya, ia memang baru saja pulang bekerja jam Sembilan malam dan langsung memasak untuk Erwin, beberapa pesan pun Alea kirim kan kepada Erwin namun tak ada balasan sama sekali karena mobil Erwin telah terdengar masuk kedalam pekarangan rumahnya.

Alea dengan cepat membuka kan pintu, menampilkan senyuman terbaiknya.

"Win.." panggilnya lembut.

Erwin lelaki itu tersenyum, kemudian memberikan sebuket bunga kepada Alea dan hal itu membuat Alea girang bukan kepalang.

Tak menyangka jika Erwin akan memberikan sebuket bunga kepadanya, "Aku udah masak, kita makan sama-sama yuk?" ajak Alea, sambil bergelayut manja.

Erwin tersenyum kemudian mencium puncak kepala Alea, "Aku udah makan tadi sama klien, masih kenyang banget," ujarnya.

Alea terdiam padahal sedari tadi ia menunggu Erwin untuk makan malam bersama, "Kalo kamu mau makan. Makan aja sendirian, nanti aku tungguin dikamar," sambungnya kemudian.

Alea semakin menahan napasnya, Erwin sama sekali tak memikirkan perasaannya seperti apa.

Semua Alea mengira jika sebuah buket yang diberikan oleh Erwin akan memiliki kelanjutannya, seperti makan malam romantis dan obrolan kecil sebagai sepasang suami istri.

Namun apa yang didapat olehnya, Erwin bahkan tak menyentuh masakan buatannya.'Tau gitu aku nggak bakalan masak' monolog Alea didalam hati, karena lapar Alea memilih menyantap makan malamnya sendirian. Ia sama sekali tak memanggil Erwin hanya untuk berbasa-basi, setelah perutnya terisi dan Alea merasa kenyang ia pun segera membereskan meja tersebut kemudian menyusul Erwin yang telah berada didalam kamar.

"Udah makannya?" tanya Erwin.

Alea mengangguk kemudian naik keatas ranjang, dan ikut berbaring disisi Erwin.

Satu tangan Alea terlebih dulu memeluknya, kemudian menyusupkan kepalanya diceruk leher Erwin.

Lelaki itu hanya terdiam sambil memainkan ponsel miliknya, Erwin tengah sibuk membalas pesan kliennya.

Lagi-lagi Alea berharap jika sang suami peka, ini adalah malam pengantin kedua mereka namun Erwin masih sibuk dengan ponselnya.

"Sibuk banget ya, Win?" tanya Alea berbasa-basi.

"Hmmm..banyak kerjaan, tidur duluan aja ya," balasnya.

Alea hanya memutar kedua bola matanya, ia telah mengode Erwin agar menyentuh dirinya namun Erwin sama sekali tak peka.

Alea melepaskan pelukannya kemudian merubah posisi tidurnya, membelakangi Erwin berharap jika Erwin akan sadar.

Hingga malam berlalu pun Erwin tak sama sekali menyentuh atau memeluknya, lelaki itu langsung meletakan ponsel dan segera tertidur disisinya.

Kini Alea hanya bisa merutuki dirinya sendiri, pernikahan macam apa yang dilalui olehnya kini.

Sesibuk apapun lelaki pasti akan memikirkan kebutuhan biologisnya, namun tidak dengan Erwin sepertinya ia sangat tak peduli dengan kebutuhannya.

Sepanjang malam Alea sama sekali tak memejamkan matanya, jujur saja malam ini ia ingin sekali disentuh meskipun hari kemarin ia tak menikmati rasa dari permainan itu.

*

Pagi telah menjelang, Alea masih terlelap tidur, mungkin karena semalaman memikirkan hal yang tidak-tidak ia tertidur ketika pukul empat subuh, dan wajar saja jika kini ia masih terlelap.

Erwin segera turun dari ranjangnya setelah mendengar bunyi alaram dari ponsel milik Alea berkali-kali, ia segera membersihkan tubunya secepat kilat semalam ia mendapatkan informasi jika hari ini akan diadakan metting mendadak.

Sehingga ia pun tak membangunkan Alea sama sekali, hanya mengecup kening Alea sekilas kemudian pergi terlebih dulu.

Waktu pun semakin cepat berlalu dan Alea pun membuka matanya, dan terkejut setengah mati kala melihat jam telah menunjukan pukul Sembilan.

"Asataga..kesiangan..!" pekiknya.

Alea kocar-kacir masuk kedalam kamar mandi hanya mencuci muka saja, ia melupakan mandi dan gosok gigi 15 menit lagi Bank mulai buka, namun ia belum sama sekali memakai apapun.

Alea mengumpat sejadi-jadinya, ia menyumpahi Erwin dengan sejuta kalimat-kalimat kasar bagaimana mungkin sosok lelaki yang menjadi suaminya itu tak membangunkannya.

Bahkan meninggalkan Alea seorang diri, tanpa pamit sekalipun didalam hati Alea, Erwin seperti bukan sosok laki-laki yang ia kenal sebelumnya bersikap manis dan perhatian.

Namun itulah hidup, sifat aslinya terbongkar saat hidup bersama.

Alea kembali mendengus, hubungannya baru dua hari dan bukan dua tahun, namun alih-alih menikmati pagi yang indah ia malah terkena apes.

Alea berlari sekuat tenaga, keluar dari dalam rumah dan menaiki ojeg yang kebetulan lewat didepan rumahnya.

Beberapa kali Alea mengoceh karena tukang ojeg tersebut sangat lelet, membuat Alea geram.

"Sial!" makinya.

Alea terlambat 10 menit, dan antrian pun telah panjang membuat Alea pusing lebih dulu.

"Lea cepetan…" teriak Hani.

Alea mengangguk kemudian segera menaruh tasnya, dan mulai duduk dikursinya meminta para nasabah menunggu sebentar lagi karena ia tengah mempersiapkan semuanya.

"Calon pengantin kesiangan..abis enak-enak ampe lupa bangun pagi," ledek Hani.

Alea hanya mendelik kesal, "Boro-boro, Han. Yang ada jadi kacung doang," sebal Alea.

Hani terkekeh kembali mengoda Alea, agar mau membocorkan kegiatan malam keduanya.

"Ayolah, jangan malu-malu kambing. Kan kita udah sama-sama gede,"

Alea hanya mengedikan bahunya acuh, tak sama sekali merespon Hani baginya apa yang dirasakan olehnya saat ini telah cukup.

Cukup kecewa dengan semua tindakan Erwin, yang sama sekali tak peka minimal sadar jika istrinya masih seorang wanita karier.

Jam istirahat pun telah tiba, Alea mengirimkan pesan kepada Erwin menanyakan lelaki itu berangkat jam berapa.

Tak lama kemudian Erwin membalas pesan Alea, ia bangun pukul tujuh pagi dan segera pergi.

Erwin bilang ia tak tega untuk membangunkannya, karena tidur Alea terlihat sangat nyenyak.

"Ini dia sadar nggak sih sebenarnya? Kenapa jadi orang dongo sih!"

Alea membanting ponselnya, kemudian segera meninggalkan mejanya keluar dari ruangan tersebut.

Tak peduli dengan tatapan nasabah, atau Hani kekesalan Alea semakin memuncak saat ini.