Chereads / Bayang-Bayang Mantan / Chapter 8 - Malam yang tak diinginkan (Adult)

Chapter 8 - Malam yang tak diinginkan (Adult)

Alea merasa tak percaya dengan apa yang telah terjadi, Ayahnya telah pergi dengan cara seperti itu.

"Harusnya Ayah bilang dulu, jangan seperti ini," gumannya.

Erwin kemudian memeluk Alea, "Kamu harsu ikhlas, Ayah udah berada ditempat terbaik. Jadi ngga kamu ngga usah sedih, biar Ayah tenang disana."

Alea hanya menganggukan kepalanya setuju, kemudian ia segera menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya ini telah malam dan waktunya ia untuk beristirahat.

Alea hanya mengunakan handuk untuk menutupi tubuh polosnya keluar kamar mandi, sementara Erwin telah memakai baju dan celana boxer tengah tiduran dikamar Alea tentu saja membuat Alea terkejut, sejak kapan lelaki yang berstatus suaminya itu masuk.

Melihat hal itu, Erwin langsung menelan ludahnya berkali-kali Alea terlihat sangat seksi dimatanya. Tentu saja jelas, orang Alea hanya memakai handuk.

Erwin kemudian menghampiri Alea, yang tengah mematung dan sama terkejutnya.

"Jangan mengodaku, kamu masih berduka bukan." Bisiknya

Alea mengerjap, merasa tak seperti patung. "Ak—," Alea memekik kemudian.

Erwin telah membopongnya keatas kasur, "M..ass--,"

"Panggil aku Erwin, hilangkan nama itu aku tak suka mendengarnya," bisiknya.

Alea meronta karena belum siap untuk melakukannya malam ini, namun Erwin rupanya tak mau tau ia langsung mencium Alea dengan rakus bahkan memberikan jejak-jejak cinta diatas kulitnya.

Alea hanya melenguh merasakan hal seperi itu.

Tubuhnya tiba-tiba tak bisa bergerak terkukung oleh tubuh besar milik Erwin.

"Kamu cukup panggil namaku saja, dan nikmati setiap gerakan yang aku buat, "

Alea tentu saj tak bisa, mana mungkin ia memberikan semuanya kepada Erwin dan ia pun tak akan sudi pastinya.

Namun Erwin tak menerima penolakan, dengan hasratnya yang besar Erwin terus menyentuh titik-titik sensitif milik Alea hingga wanita itu pun pasrah membiarkan Erwin melakukan keinginannya.

Alea menjerit mencengkram pundah Erwin, merasakan ketika miliknya dirobek paksa sekaligus.

Perih dan sakit secara bersamaan, Alea meneteskan air matanya membuat Erwin puas.

"Pelan-pelan Erwin…" pinta Alea, setengah memohon karena Erwin dengan beruntalnya memainkan milik Alea.

Erwin seperti buta dan tuli, meskupun Alea kesakitan namun ia sama sekali tak menghentikannya.

Bahkan ia semakin bersemangat menusuk-nusuknya lebih dalam, tanpa ada belas kasihan sedikit pun.

Erwin menekan kedua tangan Alea dengan tangan miliknya, kini Alea semakin merintih hingga akhirnya Erwin puas dengan keinginannya.

Lelaki yang baru menyandang status sebagai suaminya itu pun langsung tertidur pulas, tak melihat sedikit pun kearah Alea yang memang tengah menangis pilu.

"Ayah.." rintihnya.

Alea tentu saja menyalahakan Hamzah, penyebab semua ini terjadi jika Hamzah tak memintanya untuk segera menikah mungkin hal ini tak akan terjadi.

*

Pagi harinya..Erwin terlebih dulu bangun, kemudian melihat Alea yang terlihat mengenaskan.

"Maaf.." bisiknya pelan.

Alea merasa terusik dengan sentuhan lembut Erwin, kemudian ia membuka matanya.

"Win..ada apa?" tanya Alea kaget, karena Erwin berurai air mata.

"Semalam aku pasti sangat kasar kepadamu, bukan?" tanyanya.

Alea mengeleng menutupi perasaanya semalam, "Aku baik-baik saja, mungkin karena semalam yang pertama untukku jadi rasanya belum biasa," Alea sengaja berkata seperti itu.

Erwin terus mengusap lembut rambutnya, kemudian menarik tubuh Alea yang polos dan memeluknya dengan erat.

"Kamu bilang kalo itu sakit," bisik Erwin.

Alea hanya memutar kedua bolanya, kenapa laki-laki yang memeluknya itu seperti orang pikun bahkan lupa dengan apa yang dilakukan olehnya semalaman.

Alea hanya mengusap lembut dada Erwin, tak sama sekali membalas pertanyaannya.

Mungkin karena Alea belum melakukan hubungan intim, ia tak tau jika hal itu membuat hasrat didalam tubuh Erwin bangun.

Alea kembali menjerit kala Erwin mengukungnya, lelaki itu tampak menyeringai memperlihatkan aset miliknya yang telah berdiri tegak.

Dengan cepat Alea menutup wajahnya, merasa malu bukan main serta merasa geli kala melihat wujud dari benda tersebut.

Pikirannya pun melayang jadi semalaman benda tersebut masuk kedalam miliknya, Alea pernah mendengar jika benda tersebut mampu membuatnya terbang melayang namun hal tersebut Alea anggap mitos karena yang ia rasakan semalaman bukan kenikmatan yang ada seperti penyiksaan.

Erwin menarik satu tangan Alea, menuntunnya untuk menyentuh miliknya tentu saja Alea kembali menarik tangannya.

Ia merasa geli dan sedikit jijik karena tak terbiasa, "Come on baby.." pinta Erwin.

Alea membuka matanya, kemudian menatap mata Erwin yang diselimuti kabut gairah kemudian ia pun terbawa insting mengusap lembut wajah tersebut membuat Erwin memejamkan matanya.

Alea tak ingin kesakitan seperti semalam, jika ia dijinkan ia akan medominasi pagi ini.Namun lagi-lagi Alea harus tertunduk lesu, kala Erwin kembali menyerangnya Alea hanya bisa mendesis wajahnya kadang-kadang tertahan karena ia sama sekali tak mendapatkan pelepasannya.

Entah Erwin paham tau tidak, bahkan permainan terhenti kala Alea baru saja ingin melepaskan badainya namun Erwin telah lebih dulu keluar.

Alea bisa apa jika begini, setidaknya ia juga wanita normal dan memiliki fantasi sendiri.

"Puas?!" tanya Erwin.

Alea memamerkan senyumannya, kemudian memuji Erwin habis-habisan membohongi suaminya itu jika Alea sama sekali tak puas.

Jangankan puas, Erwin hanya menyentuh titik sensitif miliknya sekilas dan bermain langsung diintinya tentu saja Alea tak merasakan getaran hebat seperti kata orang-orang.

Erwin turun dari ranjang terlebih dulu kemudian membersihkan tubuhnya, sedangkan Alea langsung memunguti baju dan mencepol rambutnya segera turun menuju dapur untuk memasak sesuatu untuk Erwin. Mereka berdua sengaja tak melakukan upacara-upacara kematian lainnya, Alea ingin kembali bekerja kemudian Erwin pun sama mereka akan kembali sibuk dengan aktifitasnya.

"Pulang jam berapa nanti malam, Win?" tanya Alea.

"Mungkin jam dua belas," balasnya.

Itulah aktifitas pertama suami istri tersebut, tanda harmonis-harmonisnya bahkan terkesan cuek.

Erwin memang lelaki seperti itu, kadang-kadang ia romantis kadang-kadang ia bersikap cuek dan masa bodo.

Padahal Alea tak suka lelaki seperti itu, namun lagi-lagi ia harus ingat pesan Hamzah dan tak mungkin jika Alea meminta cerai dengan pernikahan yang baru mereka lalui sehari.

Erwin makan terlebih dulu, kemudian segera berangkat kerja sementara Alea yang baru tiba di meja makan pun hanya melonggo melihat Erwin yang pergi tanpa pamit tersebut.

"Istrinya belum makan kenapa dia udah pergi! astagaa lelaki macam apa suamiku," rutuknya kesal.

Alea kemudian memakan sarapannya, dengan hati yang sangat dongkol.

Perkenalan yang singkat, kebaikannya pun baru terlihat sedikit, apakah kedepannya akan baik-baik saja Alea sendiri pun bingung.

Memikirkan hal itu membuat Alea pusing sendiri, setelah menyelesaikan sarapannya Alea kemudian segera keluar tak lupa mengunci pintu dan segera berangkat bekerja.

Meskipun jalanan terasa aneh, namun Alea sama sekali tak memperdulikan rasa perih tersebut ia tetap melangkah menuju sebuah Bank untuk segera memulai pekerjaannya.