Chereads / Bayang-Bayang Mantan / Chapter 27 - Wedding Day.

Chapter 27 - Wedding Day.

Sempat terbersit keraguan di hati Alea, namun Herdy mampu menyakinkan Alea bahwa hidup itu harus berjalan.

Melupakan masa lalu dan memulai hidup yang baru, meninggalkan kenangan buruk dan membuat kenangan indah bersama-sama.

Faktanya memang hidup harus seperti itu dan Alea sadar jika hidupnya harus berjalan, tanggal dan hari pernikahaan telah meninggalkan rencanakan.

Alea dan Herdy akan melangsungkan pernikahaan yang sederhana, hanya didatangi teman dekat dan beberapa anak buah Herdy yang dikelola sebagai bawahannya di perusahaan, untuk menambahkan jumlah tamu undangan Herdy mengundang beberapa kolega bisnis yang ia percayai untuk datang ke acara pernikahannya.

Sebuah tempat di pinggir pantai menjadi tempat pernikahaan, Alea dan Herdy memilih pulau dewata bali sebagai tempat acara pernikahannya di gelar.

Ah, bali memang menjadi tempat impian semua wanita sepertinya. Pulau cantik itu memang bisa membuat pernikahaan terasa semakin nyata.

Dua hari yang lalu, Alea dan Herdy telah berada di bali, pasangan pengantin itu sepakat untuk memutuskan hotel yang berbeda, Alea tinggal di hotel sementara Herdy memilih untuk tinggal di sebuah villa pribadi miliknya.

Alea ditemani oleh Hani, temannya dulu yang bekerja di sebuah bank swasta, hanya ada Hani yang akan hadir dan membawanya hadapan Herdy nanti.

"Calon pengantin cantik banget deh," puji Hani. Alea hanya bisa tersenyum kecil, kenapa ia malah dilanda gugup hari ini.

Apakah calon pengantin memang akan seperti ini jika bertemu dengan mempelai pria.

"Udah jangan gugup, lagian pernah kawin sekali juga," ledek Hani.

Alea hanya bisa melirik kesal, pernikahaan dulu dengan Erwin memang bukan hal yang impikan olehnya.

Acaranya begitu sangat dadakan, bahkan Alea hanya menggelar sebuah resepsi sederhana. Seorang penata rias memberikan kain tile kepada Alea, namun sebelum Alea memakai tudung tile Hani telah lebih dulu memakaikan sebuah mahkota.

"Kamu udah kayak ratu hari ini, Lea."

Hani memang sangat mengagumi wajah cantik sahabatnya itu.

"Jangan bilang kamu suka sama aku ya, inget kita itu sama-sama wanita," Alea langsung tertawa geli melihat ekspresi wajah Hani yang jengah.

Tentu saja Hani tau jika dirinya dan Alea sesama jenis, dan mana mungkin ia suka Alea.

Halo yang benar saja, Hani masih normal dan ia sangat-sangat normal.

Upacara pernikahaan Alea dan Herdy akan segera dimulai, Alea semakin gugup.

Kedua tangan mengenggam sebuket bunga dengan erat.

Menyalurkan semua rasa gugupnya tersebut, dari pembawa acara meminta informasi wanita untuk segera keluar.

Hani langsung saja mengulurkan kepada Alea, "Jangan gugup," bisik Hani pelan.

Alea menganggukan kepalanya, dengan dibantu penata rias Alea mulai berdiri dengan pelan.

***

Sosok Herdy terlihat begitu tampan, lelaki itu memakai jas warna putih senada dengan pakaiannya.

Tak lupa sebuah tuxedo tersemat di lehernya menambah kadar ketampanan Herdy berkali-kali lipat.

Alea hanya bisa menatap Herdy sambil berjalan, bibirnya terus saja menampilkan wajah tertutup oleh kain tile.

Hani mengantarkan Alea ke hadapan Herdy dengan selamat, lelaki itu lantas menggantikan tangan Hani dan membawa Alea ke hadapan pendeta.

Janji dan ikrar pernikahaan pun mulai di bacakan, kini Alea dan Herdy mulai diucapkan sumpah pernikahaannya.

Beberapa tamu undangan tampak dalam seksama, sampai dimana pendeta pernyataan jika Alea dan Herdy sah sebagai pasangan suami istri di mata hukum dan agama.

Pendeta meminta izin Herdy memasangkan cincin terlebih dahulu, pun dengan bergantian Alea yang menyematkan cincin di jari manis Herdy.

"Silahkan cium istri anda," titah pendeta tersebut.

Suara tepuk tangan mulai terdengar riuh, terlebih ketika Herdy mulai membuka kain tile yang digunakan oleh Alea.

Istrinya terlihat sangat cantik, Herdy bahkan sampai tertegun melihat kecantikan Alea.

Aura wajah pengantinnya begitu terlihat, tak salah memang jika Alea pantas disebut ratu pengantin di muka bumi ini.

Dengan pelan Herdy mulai mendekatkan bibirnya, mengecup singkat bibir Alea.

Suara tepuk tangan terdengar lebih riuh dari sebelumnya, Herdy memang sengaja mengecup singkatnya bibir istrinya itu.

Ia takut jika tiba-tiba saja khilaf dan langsung kebablasan, setelah semua dokumen dan hal lain-lainnya telah selesai Herdy dan Alea tanda tangani.

Kini pasangan baru mulai menikmati pesta pernikahannya, beberapa tamu yang datang langsung bersalaman dan ucapan selamat kepada Alea dan Herdy.

Musik live pun mulai terdengar, beberapa orang langsung menikmati pesta pernikhaan Alea dan Herdy yang begitu meriah.

"Kamu sangat cantik," bisik Herdy diatur istrinya.

Alea hanya tersenyum mendengar persetujuan dari Herdy suaminya, lengan Herdy terus saja merengkuhnya sedari tadi.

"Kamu juga sangat tampan, rasanya aku lebih suka melihat suamiku memakai jas seperti ini," kini giliran Alea balas di sini Herdy.

Mendengar hal tersebut, Herdy merasa sangat pongah.

"Setiap hari kamu akan lihat ketampanan suamimu ini, lihat saja bahkan aku akan meminta kamu memasangkan dasi setiap pagi,"

Obrolan ringan itu harus terhenti karena ada beberapa bisnis yang datang, Herdy memang mengundang banyak orang.

Namun sepertinya kolega bisnis-nya itu ingin sekali berbincang dan ucapan selamat datang.

Herdy tak melepaskan tangannya dari pinggang Alea, jika Alea merasa mulai tak enak.

Herdy langsung melepaskan rengkuhannya itu dan mengenggam tangan Alea.

Semua tamu yang datang di pernikahan Herdy pun melihat bagaimana seorang Herdy yang memperlihatkan jika miliknya tidak boleh disentuh oleh siapapun.

Kini waktu mulai berjalan, bahkan senja mulai menunjukan warnanya.

Satu persatu tamu undangan mulai berpamitan satu sama lain, hingga Herdy pun memutuskan untuk membawa Alea ke dalam sebuah vila.

"Capek?" tanya Herdy.

Alea hanya menganggukan tubuhnya, tubuhnya terasa sangat lelah karena seharian harus berdiri dan menyalami beberapa tamu undangan.

Bukan hanya itu saja, Alea harus tersenyum sepanjang acar di mulai dan itu membuat wajahnya terasa sangat kaku.

Herdy yang melihat kerutan dari wajah sang istri langsung menggendong Alea ala bridal sower.

Sebagai pasangan Herdy mana mungkin tega membiarkan Alea berjalan menuju vila, meskipun jarak dari pantai tempat acara mereka tadi tak terlalu jauh.

Namun tetap saja Herdy tak akan membiarkannya, "Aku bisa jalan sendiri," ucap Alea.

"Aku mana mungkin membiarkan kamu kecapean, sayang." Bisik Herdy sambil menggendong Alea menuju villa.

Alea hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Herdy, lantas Alea mulai mengalungkan di leher Herdy yang tengah membawanya ke villa.

"Aku butuh berendam," kata Alea.

Herdy langkahnya langkahnya, lantas tersenyum penuh arti membuat Alea bergidik ngeri.

"Jangan aneh-aneh deh," kesal Alea.

"Aku nggak mungkin aneh-aneh, tapi enak-enak mungkin," balas Herdy.

Alea Hanya Bisa Mencebikan Bibirnya, Apakah Ada Hal Yang Akan Terjadi Saat Ini.

Jika ia akan seperti apa nanti, pikiran kotor Alea tiba-tiba saja muncul.

***

Bersambung.