Chereads / Bayang-Bayang Mantan / Chapter 21 - Pelukan Hangat.

Chapter 21 - Pelukan Hangat.

Herdy mengedap-ngedap, sepelan mungkin ia keluar dari rumah. Herdy berharap jika Alea tak akan bangun.

"Jaga Alea, jika dia menanyakanku katakan bahwa aku keluar sebentar," Herdy langsung memperingati pekerja rumah.

Wanita paruh baya itu hanya menganggukan sebuah, lantas Herdy keluar dan masuk ke dalam mobilnya.

Tempat yang dituju oleh Herdy adalah gudang tua yang tertetak jauh dari kediamannya, Herdy akan menuju tempat tersebut untuk merobek mulu Erwin dan mengambil semua kekayaan Alea yang telah Erwin bantahan.

Dengan satu kali hentakan Hedry membawa mobilnya dengan kecepatan yang tinggi, mobil itu terlihat melesat membawa Herdy semakin menambah gudang tersebut.

Bimo langsung saja menyambut kedatangan Tuan, lelaki itu menunduk sopan.

"Dimana, dia?" tanya Herdy.

Bimo langsung menunjukan tempat Erwin berada, Bimo membuka kan pintu dan membiarkan Herdy masuk.

Beberapa penjaga keluar, Herdy meminta dirinya dibiarkan begitu saja bersama Erwin.

Erwin hanya berdecak menatap Herdy yang tengah berada dihadapannya.

"Masih hidup rupanya," suara Herdy terdengar seperti gumanan namun makna nyatanya Herdy tengah mengejek Erwin.

"Apa maumu, keparat ?!" maki Erwin.

Ia tak ingin berbasa-basi untuk Berbicara dengan Herdy, muak rasanya melihat Herdy yang tersenyum licik melihatnya.

Hahhaahhaha Herdy tertawa kencang, kenapa Erwin mendadak bodoh dan bertanya kepadanya.

Bukankah sudah jelas apa yang diinginkan olehnya, Herdy ingin meminta kembali semua harta kekayaan Alea yang telah dirampas oleh Erwin secara licik.

"Jangan berpura-pura bodoh, atau peluru ini menembus kepalamu .." desis Herdy.<

Erwin menarik sudut bibirnya, lelaki itu tau apa yang dimaksud oleh Herdy.

"Maaf… semua harta Alea telah habis," Erwin langsung berbicara.mengerutkan keningnya, tak percaya jika Erwin telah menghabiskan semua hak yang dimiliki oleh Alea.

Semuanya tak mungkin habis dalam sekejap, Herdy langsung menghampiri Erwin yang tengah duduk dengan kedua tangan dan kaki yang terhubung.

"Dimana semua harta milik Alea?" Herdy bertanya dengan penuh perhatian.

"Kenapa? Kau ingin memiliki juga?" kekeh Erwin.

Herdy langsung mencekik leher Erwin dengan kencang, tak sedikitpun Erwin berontak lelaki itu sengaja tersenyum ke arah Herdy membuat Herdy sangat geram.

"Brengsek!" maki Herdy sambil menekan lebih kencang.

Mata Erwin membulat, urat-urat yang berada di dalam tubuhnya mulai menengang.

"Lepa..ass…" Herdy rilis cekikannya.

Erwin bernapas terengah-engah, lelaki itu meraup oksigen sebanyak-banyak.

Herdy hanya terkekeh disamping Erwin, melihat lelaki yang dibenci olehnya akan memegang napas.

Sebuah senjata bahkan Herdy keluarkan, tak tanggung-tanggung Herdy meletakan moncong senjata di pelipis Erwin.

"Kenapa kau sakiti wanitaku?" Herdy kembali bertanya.

Erwin terdiam itu memang diluar rencananya, namun Alea yang begitu cantik membuat Erwin ingin sekali mempermainkannya.

"Kau merusak wanitaku," Herdy sama sekali tidak memberikan jeda kepada Erwin, pertanyaan demi pertanyaan Herdy lontarkan kepada Erwin.

Semua hal yang dioperasikan Alea, jika saja Herdy menahan amarahnya mungkin timah panas itu akan melesat dan bersarang di kepala Erwin.

Rupanya Herdy masih menunggu sedikit sampai Erwin mau membuka mulutnya, semua aset yang dimiliki Alea telah berada di tangan Erwin.

Herdy tak mau membuat Alea harus kehilangan harta kekayaannya, bukan karena Herdy sendiri gila harta namun Alea berhak memiliki apa yang dia miliki.

"Jika kau ingin menembakku, tembak saja," Erwin malah menantang Herdy.

Rencana Erwin memang telah matang, ia tak peduli jika harus mati saat ini juga.

Herdy terkekeh mendengar permintaan Erwin, Herdy sendiri pun bukan orang bodoh yang bisa dibohongi begitu saja.

Erwin pasti sesuatu perumahan, "Cepatlah katakan, nyawamu akan melayang jika kau menutup mulutmu," kata Herdy.

Erwin hanya menyunggingkan senyumannya, "Ahh .." mata Erwin terpejam.

Herdy mendengus lantas menarik pelatuknya dan mengarahkan senjatanya itu ke bagian bahu Erwin.

Dor… dalam stau tarikan timah panas itu telah bersarang di bahu kanan Erwin.

"Ukhh…" mata Erwin terbuka terbuka, lelaki itu meringis menahan sakitnya.

"Kau pikir aku akan membunuhmu dalam satu tarikan, kau salah besar! Jika mulutmu masih tertutup rapih yang bisa menangani setiap anggotamu akan mendapatkan timah panas, "Herdy langsung pergi setelah mengucapkan hal itu.

Emosinya semakin meledak-ledak, ia kesal dan murka mendengar Erwin yang tak ingin membuka mulutnya ..

Soal perihal Alea pun Erwin tak banyak bicara tentu saja Herdy semakin geram, jika saja tak ada hal lain mungkin Herdy akan memotong-motong organ tubuh Erwin.

Ah soal itu Herdy seolah punya rencana selanjutnya, "Jangan beri makan! Jangan obati lukanya!" Bimo langsung menundukan kepalanya.

Herdy langsung menuju keluar dan masuk ke dalam mobil, ia terlalu lama meninggalkan Alea di rumah.

***

Bergelung di dalam selimut membuat tubuh menjadi begitu nyaman, wanita itu terus saja memejamkan matanya.

Suara perut yang keroncongan pun terus terdengar, ah andai saja jika ia tak lapar mungkin matanya tak akan terbuka.

Dengan malas yang luar biasa Alea menyibakan selimutnya, ada yang aneh untuk hari ini Alea tak mendapati Herdy yang selalu membangunkannya.

"Kemana perginya Herdy?" guman Alea dalam hati.

Tak ingin tinggal hal sebegitu, Alea keluar dari kamar dan langsung menuju lantai satu dimana makanan tersedia.

"Selamat pagi Nona," sapa salah satu pekerja rumah.

Alea hanya menganggukan sebuah, namun terus mencari keberadaan Herdy.

"Tuan muda sudah keluar, tadi menitipkan pesan kepada Nona untuk makan lebih dulu," pekerja rumah tersebut.

Alea hanya mengangguka kepalanya tak lupa terima kasih, kini Alea hanya seorang diri duduk di kursi.

Beberapa makanan telah tersaji namun mendadak perutnya Kehilangan napsu makan.

"Kenapa tak makan, hmm?" suara bariton yang Alea terdengar pun terdengar.

Alea langsung membalikan tubuhnya tanpa sadar Alea langsung mengatur Herdy dengan erat.

"Kemana kamu pergi?" tanya Alea, bibirnya sedikit bergetar jujur ​​saja Alea mendadak mengkhawatirkan Herdy.

Lelaki itu terkekeh mendengar permintaan seperti itu, begitu pula dengan pelukan hangat yang tiba-tiba saja Alea berikan.

Herdy hanya bisa tersenyum dan tersenyum, sekujur tubuhnya mendadak merasa hangat karena pelukan erat dari Alea.

"Aku hanya keluar sebentar, Lea." Herdy tak ingin membuat Alea-nya khawatir.

Wanita itu telah kesusahan seorang diri akhir-akhir ini, bahkan untuk jiwanya saja Alea harus sering membentuk denga pskiater.

Setelah ucapan Herdy, Alea langsung melepaskan pelukan eratnya mendadak Alea jadi salah tingkah karena mengikuti Herdy secara tiba-tiba.

"Maaf .." cicit Alea pelan.

Suara tawa renyah Herdy terdengar dengan jelas entah kenapa Alea semakin kikuk dibuatnya.

**

Bersambung.