Chereads / Bayang-Bayang Mantan / Chapter 22 - Alasan Erwin Melakukannya.

Chapter 22 - Alasan Erwin Melakukannya.

Dua tahun yang lalu seseorang datang menemui Erwin, lelaki paruh baya dengan wajah yang sangat angkuh itu menawarkan sesuatu.

"Lupakan lah, cari orang lain yang bisa melakukan hal gila itu," Erwin menolak untuk ketiga kalinya.

Lelaki tua itu hanya terkekeh pelan, bagaimana pun juga tawaran itu akan terus ditawarkan meskipun Erwin menolaknya berkali-kali.

"Kau akan menyesal jika tak mengambil semua pekerjaan yang aku berikan," lelaki tua itu duduk dan mengambil sebuah minuman yang telah tersaji.

"Aku hanya tak ingin menyakiti anak perempuanmu satu-satunya," Erwin mengambil sebatang rokok kemudian menyalakan pematik dan mulai menghisapnya.

"Lagi pula kau tau, kan? Kalo aku mempunyai wanita," sambung Erwin kemudian.

Lelaki tua yang tengah duduk itu hanya tersenyum dan menatap Erwin, entah apa yang ada dipikirannya.

Seorang ayah yang tega membuat rencana busuk demi harta, Erwin tau jika Hamzah ingin memiliki semua harta warisan Alea.

Anak tiri dari wanita yang ia nikahi beberapa tahun yang lalu itu, namun sebelum Hamzah mengambil seluruh hartanya.

Wanita itu meninggal dunia dan mewariskan semuanya kepada Alea, jalan satu-satunya yang Hamzah lakukan adalah.

Mengambil semua harta milik Alea dengan cara tersebut, bekerja sama dengan Erwin dan berpura-pura.

"Aku bahkan sangat heran, nyawamu sebentar lagi akan melayang namun masih sempat-sempatnya memikirkan harta," sindir Erwin.

Hamzah melemparkan sebuah map di atas meja, Erwin hanya mengerutkan keningnya melihat map tersebut.

Dagu Hamzah terangkat memberikan kode kepada Erwin untuk membuka map tersebut.

Tanpa ragu Erwin mengambil map tersebut dan mulai membacanya, sekilas Hamzah bisa melihat bagaimana semua harta atas nama Alea yang tertera didalam map tersebut.

Luar biasa itulah yang Erwin ucapkan dalam hatinya, tanpa sadar Erwin ingin memiliki harta milik Alea namun bagaimana caranya.

"Bagaimana cara memilikinya?" Erwin yang semula meremehkan dan menolak untuk bekerja sama dengan Hamzah pun kini berbanding terbalik.

Lelaki itu menjadi gelap mata, "Kau hanya perlu mengikuti semua kata-kataku," ujar Hamzah.

Erwin mendengarkan semua rencana Hamzah yaitu mulai dengan menjadi menantunya padahal Alea sendiri telah memiliki seorang kekasih.

"Kenapa harus repot-repot untuk menjadi calon menantumu?!" Erwin sungguh tak percaya.

Jalan pemikiran Hamzah sangat berbeda dengannya, Erwin pikir Hamzah akan memintanya untuk melenyapkan Alea.

Itu adalah cara yang lebih mudah daripada harus menjadi suami dari Alea.

Hamzah memincingkan matanya kepada Erwin, melenyapkan Alea sama saja dengan melepaskan semua hartanya begitu saja.

Di dalam surat kuasa yang telah mendiang istrinya katakan, semua harta akan jatuh ke tangan Alea namun jika sesuatu hal terjadi kepada Alea maka harta tersebut akan disumbangkan ke sebuah yayasan.

Hamzah tentu saja berpikir dua kali, dulu ia pun sempat berpikir jika ia akan menggunakan cara tersebut namun setelah membacanya Hamzah langsung memikirkan cara yang lain.

Erwin hanya mengangguk-nganggukan kepalanya, "Bagaimana dengan wanitaku?" Erwin telah mencintainya dan ia tak ingin menghianti wanita yang ia cintai itu.

"Wanitamu akan aman, sembunyikan dia di tempat yang telah disepakati, itupun jika kau mau membantuku," kata Hamzah.

Erwin langsung mengulurkan tangannya, tak masalah selama wanitanya aman.

Ia akan membawanya pergi jika nanti semua hal telah Erwin dapatkan, toh Hamzah akan mati sebentar lagi.

Dan tentu saja semua harta itu akan menjadi miliknya, urusan Alea itu adalah hal yang gampang.

Erwin memang telah memiliki rencana, berpura-pura baik dan menjatuhkan di akhir adalah caranya.

Tak peduli jika cara yang mereka lakukan itu akan menimbulkan masalah suatu hari nanti, Erwin dan Hamzah bahkan menyusun rencana agar Herdy kekasih Alea bisa pergi untuk selamanya.

Hamzah pun menambahkan satu hal, urusan Herdy telah ia selesaikan bahkan lelaki itu telah pergi ke negeri sakura jepang untuk sebuah pekerjaan.

Erwin semakin menyeringai senang, perlahan ia akan menunggu Hamzah untuk melakukan rencananya.

***

Erwin hanya tersenyum getir membayangkan masa lalu sialan itu, jujur saja Erwin merasa menyesal.

Hal yang erwin sesali adalah, bagaimana dengan wanitanya kini yang telah mengandung buah hatinya akan ia selamat dari kejaran Herdy.

Erwin merasa telah melakukan kesalahan besar, alih-alih ia mendapatkan harta Alea namun yang Erwin dapatkan adalah.

Ia mengahancurkan hidupnya sendiri, bukan hanya hidupnya wanita dan anak yang sedang di kandung oleh wanita yang Erwin cintai itupun tak tau bagaimana nasibnya.

Braak..suara pintu terbuka, Erwin langsung melihat ke arah pintu tersebut.

Bimo datang membawa sebuah suntikan, dan Erwin yakin jika hari ini ia akan disiksa habis-habisan oleh Bimo.

"Hh-hh..kau mau duel? Jangan menjadi pengecut dengan menyuntikan suntikan beracun itu," kata Erwin dengan seringainya.

Bimo hanya melirik sekilas, lelaki itu tak meladeni semua ucapan Erwin jika terpancing dengan kata-kata Erwin mungkin Bimo akan mendapatkan hukuman dari Herdy.

Bimo langsung menancapkan suntikan tersebut di lengan Erwin, tak peduli dengan suara pekikan Erwin yang terdengar sangat nyaring.

"Itu balasan untuk orang yang menyakiti tuan-ku, nikmatilah..dan jangan lupa, wanitamu sedang dalam pencarian kami," Bimo menampar keras wajah Erwin membuat lelaki itu mengerang kesakitan.

Rasanya ia ingin sekali berontak namun tangan dan kakinya di ikat dengan sangat kuat, Erwin tak bisa melawan sama sekali ia hanya merasakan sesak yang luar biasa.

Semakin ia bernapas rasa sesak itu semakin menyerangnya, Erwin ingin sekali berteriak namun entah kenapa suaranya tak bisa keluar sama sekali.

Shit! Rasanya Erwin ingin sekali mengumpat namun itu semua hanya bisa Erwin lakukan di dalam hatinya.

***

Alea hanya bisa melirik ke arah Herdy lalu kembali memalingkan wajahnya, mendadak rona merah melingkupi kulit wajahnya.

Kenapa pelukan tadi membuat Alea hampir gila namun berbanding terbalik dengan Erwin yang biasa saja.

"Kamu belum makan?" tanya Herdy.

"Hah?!" sahut Alea.

Herdy mengerutkan keningnya, lantas mendekati Alea yang sedikit terkejut.

Alea menringsut mundur ke belakang, ia ingin sekali menghindari Herdy yang semakin mendekatinya.

hingga Herdy langsung menangkap tubuh Alea yang terpelanting akibat kakinya menyenggol anak tangga.

"Nakal sekali.." bisik Herdy.

Lelaki itu telah mengingatkan kepada Alea untuk tak menghindarinya, tadi Herdy ingin mengajak Alea untuk menuju meja makan dan makan bersama.

Namun Alea malah menghindarinya tiba-tiba, bahkan ketika Herdy meminta untuk Alea tak menjauh.

Kini adegan manis itu terpampang nyata, Alea semakin terkejut dibuatnya ketika Herdy mengangkat tubuhnya.

"Kenapa tak mendengarkan ucapaku sama sekali," omel Herdy.

Alea hanya menyembunyikan wajahnya di dada Herdy, jujur saja ia sangat malu saat ini.

Andai saja tadi Alea tak melamun, mungkin saja kejadian memalukan ini tak akan pernah terjadi namun mau bagaimana lagi.

Sekarang semua hal tak bisa Alea ulang ia hanya pasrah ketika Herdy membawanya menuju meja makan..

.

.

.

Bersambung.