Erwin tertawa berkali-kali, "Kerja bagus." Erwin meminum winenya kemudian.
Wanita malam yang telah Erwin sewa pun langsung meraba-raba dada milik Erwin.
Suara kekehan pun lantas terdengar dari mulut Erwin kembali.
Lelaki itu meskipun tidak mempertimbangkan Alea yang tengah tergolek lemah di rumah sakit.
Sang istri tengah berjuang antara hidup dan mati, belum lagi mentalnya yang hancur karena perbuatannya.
"Aku ingin ini sayang," wanita penghibur yang bernama Sesil itu pun menunjuk ke arah celana yang Erwin kenakan.
Tentu saja, "ujar Erwin dengan tawa yang menggelegar.
Anak buah Erwin yang berada di dalam ruangan tersebut seolah paham, mereka paham dengan keinginan Bos-nya.
Sesil langsung menurunkan celana milik Erwin, wanita itu kemudian langsung menghisap milik Erwin.
Sementara Erwin sendiri hanya tertawa, ia lebih suka dengan wanita yang seperti ini.
Liar dan lebih ganas, jika di bandingan kan dengan Alea.
Mungkin istri saja yang buangannya bisa menjadi pembohong, namun Erwin sama sekali tak berminat dengan tubuh Alea.
Suara Erwin menggeram, lelaki itu hanya butuh dua menit untuk memuntahkan lahar panas melepaskan.
Sesil hanya tersenyum kecil sambil melihat semua cairan itu, lelaki yang suka membayar mahalnya itu memang sangat lemah dalam berhubungan intim.
***
Herdy mengusap lembut tangan rapuh itu, wajah Alea masih saja pucat dan wanita itu masih belum sadarkan diri.
"Sampai kapan kamu akan tidur seperti ini hemm? Bangun, kamu butuh keluar untuk menikmati udara yang segar, "guman Herdy.
Usapan itu tak terhentikan sekalipun, meski Alea belum juga sadar namun Herdy masih tetap setia menunggu wanita itu bangun dari tidur panjangnya.
Herdy kembali menatap wajah pucat Alea, lelaki itu kemudian bangun dan mengecup lembut kening Alea dan berpamitan untuk keluar sebentar.
"Aku pergi dulu, kamu cepat bangun Lea. Ada hal yang ingin aku tunjukan kepadamu, "bisik Herdy.
Setelah membisikan hal itu, Herdy pun langsung bangun dari duduknya lantas pergi dari ruangan ICU tersebut.
Bukan tanpa alasan Herdy keluar dari ruangan Alea, Bimo telah menunggunya diluar untuk melakukan penyerangan kepada Erwin.
"Gimana, Mo?" tanya Herdy tanpa basa-basi.
"Semua siap, Tuan." Balas Bimo.
"Baik," Herdy tak sabar untuk mencintai Erwin dan menghabisinya.
"Bawa dia hidup-hidup, jangan bunuh dia, Mo." Pesan Herdy.
Bimo hanya mengangguk lantas segera menjalankan tugasnya itu, sementara Herdy hanya terdiam menatap kepergian Bimo anak buahnya.
Tak ada cara lain untuk Herdy, selain menghabisi Erwin dengan membantu sendiri.
Herdy percaya jika Bimo bisa melakukan tugasnya dengan baik, Herdy juga percaya jika Bimo akan bekerja keras untuk menangkap Erwin hidup-hidup.
Namun bagaimana dengan Alea, apakah wanita itu akan bertahan dan berjuangan? Herdy sangat cemas mengukurnya.
***
Suara musik terdengar menusuk gendang telinga, wanita-wanita dengan kain yang tipis itu tengah menari di atas meja.
Klub mewah dengan suara dentuman musik yang kencang membuat Bimo harus menutup telinga.
Bisa-bisa Bimo budeg jika harus berlama-lama di tempat tersebut, ini adalah klub kedua yang Bimo datangi setelah klub sebelumnya.
Namun sosok Erwin masih belum Bimo temukan juga, lelaki itu bak seekor belut yang susah di cari.
Licin dan mudah menghilangkan jejaknya, namun Bimo tak gentar sama sekali.
Sekalipun ke ujung dunia, Erwin akan ia cari dan akan Bimo bawa hidup-hidup kehadapan Herdy.
Seorang wanita dengan baju yang kekurangan bahan menghampiri Bimo, yang meneliti klub malam tersebut.
"Cari siapa?" Bisik wanita malam tersebut, sambil menempelkan tubuhnya di dada Bimo.
Bimo hanya tersenyum kecil, lantas mencolek dagu wanita malam tersebut.
"Aku gay! Dan maaf, "Bimo langsung pergi begitu saja.
Wanita malam itu hanya menyeringai, banyak lelaki tampan namun kenapa harus suka sesame jenis.
Sedangkan lobang wanita adalah kenikmatan surga dunia bagi lelaki hidung belang.
Bimo mengirimkan sebuah pesan kepada anak buah yang lainnya, mencari tau apakah Erwin ada di klub tersebut atau tidak.
Namun Bimo belum mendapatkan kabar, anak buahnya maish sibuk mencari ke berbagai tempat tersebut.
Erwin tak ada di klub tersebut, Bimo mengumpat kesal dan segera keluar dari klub tersebut.
He Bimo terkena tipuan, mendatangi klub adalah hal yang mencampakkan waktunya.
Kini Bimo percaya jika Erwin ada di suatu tempat, dan itupun memiliki pengawalan yang ketat.
***
Herdy masih terus menatap Alea, beberapa kali suster dan dokter menyarankan agar beristirahat di tolak olehnya.
Selama Alea belum sadarkan diri, Herdy tak ingin memejamkan matanya sedikitpun.
Seolah Herdy tidak peduli dengan dirinya sendiri.
Suara jam dinding berbunyi, saling bersahutan dengan ventilator.
Retina mata Herdy menatap sebuah gerakan dari tangan Alea, wanita itu mengerakan berkat terlihat lemas namun Herdy bisa melihatnya.
Lelaki itu segera mendesak tombol, meminta dokter untuk segera datang melihat kondisi Alea.
Butuh beberapa detik, Dokter dan Suster pun masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Tangannya bergerak, Dok." Herdy terlihat sangat senang.
"Saya coba periksa ya," Herdy memberikan ruang kepada Dokter tersebut untuk memeriksa kondisi Alea.
Beberapa kali Dokter itu mengerutkan keningnya, Herdy pun langsung bertanya-tanya.
Apa yang terjadi kepada Alea, "Apa ada masalah, Dok?" tanya Herdy.
Dokter segera menyelesaikan pemeriksaan, kemudian segera memberitaukan hasilnya.
"Pasien telah sadar, namun kondisinya masih sangat lemah." Dokter pun memberikan beberapa saran kepada Herdy.
Terutama jika Alea nanti siuman, hal apa yang harus Herdy lakukan agar Alea tak kembali shock.
Herdy menganggukan sebuah kepalanya, trauma yang Alea alami memang tak mudah.
Terlebih perlakukan Erwin begitu membuat Herdy murka, jika saja waktu bisa di ulang mungkin Herdy tak akan membiarkan Alea pulang waktu itu.
Setelah kepergian Dokter, Herdy kembali mengusap lembut tangan Alea.
Lelaki itu dengan lembutnya ajakan Alea untuk berbicara, hal itu dilakukan Herdy atas saran drai Dokter agar Alea mau bangun dan buka matanya.
Mata Alea pun slow open, orang pertama yang Alea lihat adalah Herdy dengan senyumannya.
Lelaki itu menyapa Alea yang baru saja terbangun, "Hai .." sapanya lembut.
Alea hanya menatap Herdy, otaknya tengah berpikir hal apa saja yang terjadi padanya.
Tak lama kemudian Alea ingat, jika kemarin ia melihat hal yang tak ingin ia lihat.
Bayangan itu kembali muncul membuat Alea meringis dan memejamkan matanya.
Herdy yang melihat hal itu langsung siap siaga, lelaki itu yang mengusap lembut tangan Alea dan menangkannya.
"Jangan takut, ada aku disini," suara lembut Herdy seperti mantra bagi Alea.
Wanita itu kembali membuka matanya dan menatap Herdy yang tengah menatapnya.
Alea ingin sekali membuka mulutnya, namun karena lemas ia susah sekali untuk berbicara.
Kini hanya jari-jari Kebebasan Yang bergerak, Herdy pun langsung menggenggam tangan Alea, membiarkan wanita itu mengeggam erat.
Hati kecil Herdy merasa bahagia, cemasnya telah tergantikan dengan ketenangan melihat Alea yang telah sadar drai tidur panjangnya.