Dorr Dorrrrr
Suara tembakan terdengar dimana-mana, Erwin kini telah terkepung oleh Bimo dan pengawal lainnya.
"Shittt.." Erwin menggeram sedikit kelimpungan untuknya, bagaimana Erwin harus kabur sedangkan situasinya telah terkepung seperti ini.
Dor..bunyi tembakan terdengar kembali, Erwin hanya bersembunyi di bawah kolong meja, beberapa botol minuman telah berserakan.Erwin melihat ke arah pecahan botol tersebut, sebuah ide terlintas Erwin menarik kain yang menutupi meja tersebut dan melemparkan beberapa pecahan serpihan botol tersebut.
"Sial! Kejar jangan sampai lolos!" teriak Bimo, wajahnya terkena lemparan kaca botol sementara targetnya Erwin telah kabur lebih dulu melompat keluar melalu jendela kaca.
Lima jam yang lalu, Erwin tengah bersenang-senang dengan para wanita penghibur yang di bayar olehnya.
Sehingga salah satu anak buah Bimo berhasil masuk sebagai pelayan, Erwin tentu saja tak curiga namun ketika Erwin hendak menengak minuman vodka, anak buah Bimo tersebut ketahuan jika sedang menyamar sebagai pelayan.
Alhasil Erwin langsung menari pelatuknya, bahkan beberapa wanita penghibur yang telah Erwin sewa terkena peluru tersebut hingga mereka berlarian keluar dari ruangan tersebut.
Suara tembakan pun terdengar, anak buah Erwin yang menyerang dari luar pun harus tewas karena anak buah Bimo yang telah lebih dulu menondongkan senjatanya.
Namun usaha Bimo itu harus sia-sia karena erwin belum bisa Bimo tangkap hidup-hidup, ponsel Bimo kembali bergetar Bimo segera menjawab panggilan tersebut.
"Kabur, Bos." Lapor Bimo.
Semua makian Bimo dengar dari Herdy, Bimo memang telah lalai kembali namun memang targetnya kali ini sangat sulit.
Erwin bukan orang yang mudah untuk ia tangkap, Erwin terlalu cerdik untuk menyerang dan melarikan diri.
Sementara itu Erwin sendiri membawa mobilnya dengan kecepatan penuh, ia telah berhasil menghindari kejaran anak buah Bimo.
"Alea.." guman Erwin.
Sudut bibirnya berkedut mengingat wanita yang ia siksa tempo lalu, apakabar nasibnya apakah ia masih bisa bernapas atau tidak.
Well Erwin tak peduli yang terpenting sekarang adalah, mencari tau siapa dalang yang sedang mengincarnya.
Mobil menepi di sebuah motel, Erwin segera memasuki motel tersebut dan langsung menuju kamar yang telah dipesan.
Saat ini Erwin tak bisa menyalakan ponselnya, bisa jadi jika anak buah Bimo sedang melacaknya lewat satelit.
Untuk itu Erwin menggunakan telepon umum yang di fasilitasi oleh motel tersebut, ia sedang menghubungi temannya meminta bantuan.
Permintaan Erwin dikabulkan oleh Delon, orang yang baru saja Erwin hubungi kini lelaki itu melihat tirainya.
"Fuck!" Erwin kembali mengumpat.
Anak buah Bimo memasuki motel tersebut dengan cepat Erwin kembali keluar dari motel tersebut lewat jalur belakang.
Salah satu anak buah Bimo melihatnya, Erwin berlari sekuat mungkin ia harus menemukan tempat pelarian untuknya agar aman dari kejaran anak buah Bimo yang beberapa kali menembakan peluru kepadanya.
Sebuah mobil tiba-tiba saja melewati Erwin lantas pintu mobil tersebut terbuka, Delon teman lama Erwin dan seorang penipu ulung itu datang membantunya.
"Thank, Man.." tawa Erwin terdengar kencang.
Delon hanya menyunggingkan senyumanya, Erwin bisa membantunya merebut apa yang ia mau.
Mobil melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan yang padat oleh kendaraan.
***
Alea diperbolehkan pulang oleh Dokter, namun dengan berbagai syarat Alea tentu saja menganggukan kepalanya.
Mau mengikuti semua peraturan yang Dokter buat, Herdy meminta seorang perawat untuk membantu Alea di rumah nanti.
Namun dengan tegas Alea menolaknya, senyuman nakal tercetak jelas dari wajah Herdy jika Alea menolak perawat untuk membantunya berati Herdy akan leluasa untuk membantu Alea melakukan apapun.
"Aku akan pulang ke rumah, Her," kata Alea.
Herdy melajukan mobilnya ke arah tempat yang dituju hal membuat Alea membuka suarany.
"Aku mau pulang, Her.." suara Alea terdengar kencang.
"Rumah kamu udah Erwin jual, bahkan semua aset yang kamu punya," Herdy kembali melajukan mobilnya.
Alea terkejut mendengarnya banyak hal yang telah Erwin rampas darinya, harta tahta dan kesucian yang Alea miliki.
Sekuat mungkin Alea menahan tangisannya, air matanya terus ia tahan agar tak tumpah sedikitpun.
"Menangislah jika kamu mau, apapun itu jangan kamu tahan jika itu sakit," suara pelan Herdy membuat ulu hati Alea terasa ngilu.
Perlahan air mata Alea mulai tumpah membasahi pipinya, wanita cantik itu terus mengeluarkan air matanya dengan deras.
liquid bening itu seperti air hujan yang deras, Alea seolah tak peduli lagi dengan Herdy yang berada di sampingnya.
Bahkan mobil yang Herdy kemudikan pun Alea tak tau melajunya kemana.
Alea terus menangis sambil menunduk, sementara Herdy hanya duduk di samping mobil kemudi.
Tak ada usapan lembut, tak ada pelukan hangat Herdy membiarkan dulu air mata Alea keluar.
Meskipun di dalam hatinya Herdy sangat tak tega, namun hanya cara itulah cara satu-satunya agar Alea tak menahan rasa sakitnya lagi.
Semua beban semua penderitaan semua kesakitan biarkan keluar lewat air mata.
Puas menangis Alea menarik tisue dan membersihkan sisa-sisa lelehan air matanya.
"Aku kecewa..aku kecewa dengan semua takdir dan hidupku yang telah berlalu," lirih Alea suaranya masih terisak karena air matanya masih saja menetes.
Herdy memiringkan tubuhnya menatap Alea yang masih saja meneteskan air matanya yang telah kering.
"Semua itu bukan salahmu, semua itu karena kamu terlalu baik untuk disakiti," kini tangan Herdy mulai terulur mengusap lembut surai panjang itu.
"Angkatlah kepalamu, lihatlah bagaimana ombak menerjang batu karang dengan kuat, mereka terlalu sakit hati dengan sikap batu karang yang selalu angkuh menodai dan meremehkan ombak yang selalu saja menerjangnya," ucapan Herdy terjeda sedikit.
Itu semua hanya perumapanan, Alea bisa bangkit Alea bisa meneruskan hidupnya tanpa kesakitan.
"Kamu jangan mengkhawatirkan apapun, soal urusan Erwin adalah urusanku," sambung Herdy kemudian.
"Apa yang akan kamu lakukan, Her?" tanya Alea.
Herdy mengepalkan satu tangannya yang tak terlihat, kenapa Alea masih memikirkan si brengsek yang telah menyakiti bahkan menyiksanya.
"Aku bukan peduli, Her. Aku hanya ingin tau saja," Alea pun tak ingin ada kesalah pahaman dengan Herdy.
Mantannya itu memang telah membantunya, membantu Alea yang telah dicampakan oleh Erwin.
Bahkan dengan teganya Erwin melayangkan surat perceraian ketika ia tengah koma.
"Aku hanya ingin membalaskan dendamku, itu saja Lea," Herdy mengambil satu tangan Alea dan menciumnya lembut.
Alea hanya bisa terdiam, ia gugup ketika mendapatkan perlakuan seperti itu.
Apakah boleh jika Alea mengartikan lain dari sikap Herdy itu, Alea takut jika tersakiti dua kali.