Hal ini menjadi semakin menarik buat adi, dia mulai mengitari sambil mengamati dengan seksama ada kah hal yang dapat dia temukan untuk menjelaskan rasa ketertarikan yang besar, yang dia rasakan terhadap pohon itu.
Tapi setelah mengelilinginya dan bahkan mengulangi untuk kedua kalinya, dia tidak dapat menemukan apa yang ia cari, hanya perasaan menarik itu yang tidak dapat hilang dan terasa sangat dekat ketika dia berdiri di depan pohon tersebut.
Adi terdiam untuk sementara dan hanya menatap pohon mahoni itu dari atas ke bawah, seakan sedang mengamati apa ada hal yang tak terlihat, ketika dia mengitarinya sehingga dia tidak bisa menjelaskan perasaan ini.
Hanya waktu yang berjalan secara perlahan tanpa disadari oleh adi, dan hanya ketika panggilan denok memanggilnya, adi kembali sadar dari renungannya.
"Oh iya sayang sebentar mas kesitu" membalas denok dengan teriak, takut denok tidak mendengar suaranya karena agak jauh dari tempat mereka berkemah.
Menatap untuk terakhir kali ke arah pohon mahoni besar itu, adi berjalan perlahan ke arah perkemahan sambil mendesah karena sedikit kecewa.
"Mas kamu ngapain disana ? denok liat ko mas kayak orang bengong" bertanya denok karena merasa seperti ada yang salah dengan tingkah adi dan kawatir akan apa yang dia pikirkan.
"Engga ko sayang, cuma mas merasa kaya tertarik sekali dengan pohon mahoni besar itu, tapi setelah mas dekati dan cari penyebabnya mas ga ketemu alesannya, jadi agak sedikit kecewa, udah kamu ga usah kawatir itu bukan sesuatu yang jelek ko" membalas denok dengan membelai wajahnya lembut.
"Kamu masak apa sayang buat makan malam kita? Mas udah laper nih""
Tersenyum sambil bertanya kepada denok untuk menghilangkan kekawatirannya
" Mas udah laper, tenang denok udah masakin makanan buat mas, denok masak ikan asin, sambel, sama sayur sop, plus buah buahan yang tadi siang kita petik sebagai pencuci mulut" dengan senang menjelaskan kepada adi.
"Wah itu makanan kesukaan mas, yaudah ayo tunggu apalagi saatnya kita cicipin masakan denokku"" tertawa sambil menarik denok menuju tempat makan.
Setelah menghabiskan makanan dengan aroma romantis ikan asin, adi dan denok berbincang-bincang tentang penglaman mereka hari ini selama perjalanan.
Hingga tidak terasa saat malam semakin dingin dan bulan semakin meninggi, dengan sesekali kunang-kunang terbang di antara rerumpuran di pinggir sungai.
Adi dan denok menuju tenda untuk istirahat, dengan tidak lupa adi menambah kayu bakar keperapian agar api tetap menyala lebih lama selama tidur dan tak lupa membuat pembatas agar api dan arang tidak keluar dari perapian dan menyebabkan kebakaran.
Keduanya masuk kedalam tenda, saling mengucapkan salam dan berpelukan dibawah selimut hangat, seolah saling meremas kehangatan yang ada di tengah dinginya udara malam yang menusuk.
Saat malam menjadi semakin dingin dan saat suara binatang dan jangkrik mulai sepi, saat itu seketika sebuah asap kehijauan, yang terbang keluar dari pohon mahoni besar, melayang menuju tenda adi dan denok.
Seolah-olah memiliki kesadaran sendiri, asap itu datang dengan perlahan dan senyap, sedikit demi sedikit mengitari tenda adi seolah-olah mencoba memperhatikan kondisi dari orang yang berada di dalam tenda.
Memperhatikan bahwa keduanya terlihat tidur dengan nyaman, dan seolah-olah tidak akan sadar dengan gangguan yang ada diluar, asap itu perlahan menembus celah yang ada di dalam tenda memasuki tenda dengan begitu halus, sehalus air yang meresap ke dalam tanah.
Adi yang berlatih ilmu kanuragan, selalu menjaga kewaspadaanya meskipun ketika tidur, tetapi yang anehnya malam ini, dia seperti dibuai oleh rasa yang sangat nyaman yang membuatnya untuk terlelap dengan pulas.
Tampa menghawatirkan lingkungan sekitar atau tanpa merasakan kewaspadaan yang seharusnya dia alami saat merasakan bahaya.
Yang ia tahu, dia hanya merasa sangat yaman, yaman sekali seolah-olah dia tertidur di rumah di kampung halamannya, merasa nyaman karena ada kakek yang menjaganya.
Dan perasaan yang kini dia rasakan, hampir sama dengan perasaan yang ia rasakan ketika ia berada di desa Lawang Sewu, atau dengan kata lain kondisi yang ia rasakan dalam pikirannya membuatnya benar-benar merasa seperti di rumah.