Chereads / The Oldest Land / Chapter 52 - Hutan Ujung Kulon IV

Chapter 52 - Hutan Ujung Kulon IV

Saat adi dan denok masuk ke dalam hutan ujung kulon, mereka disajikan dengan pemandangan yang indah, wajar jika orang luar tidak dapat melihat vegetasi di dalam hutan ujung kulon, karena harus ada kunci untuk bisa masuk, serta lebat dan rapatnya pohon palem yang menutupi bagian luar hutan sehingga kerahasiaan dan keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang ada tetap terjaga dan secara umum menjadi misterius karena sangat jarang bagi seseorang untuk bisa masuk ke dalamnya.

Saat kereta membawa mereka masuk mereka disuguhkan oleh hamparan pohon beringin, yang tumbuh lebat di sekitar jalan dan memayungi jalan bagi pengunjung yang ada dari terik panas dan hujan. Adi dan denok sangat kagum dengan jumlah dan usia dari pohon beringin di dalam hutan, yang memiliki tinggi puluhan meter dan diameter yang besar-besar butuh 3-4 orang untuk keliling dari pohon-pohon beringin ini.

Memasuki lebih dalam kini adi dan denok disambut oleh hamparan bunga dengan tiga warna yaitu merah, putih, dan unggu yang sangat kontras namun enak dipandang. Hamparan bunga ini terasa seperti karpet permadani, yang disusun dengan rapi dan tampak membentuk pola yang cantik dengan merah, putih, dan unggu berjejer rapi membentuk harmonisasi.

Semakin dekat dengan hamparan bunga adi dan denok baru sadar, bahwa warna yang ada pada bunga berasal dari jenis bunga yang berbeda yang tumbuh di dalamnya, merah mewakili mawar, putih mewakili melati dan ungu mewakili anggrek. Yang ketiganya tampak istimewa dan mempunyai ciri khas yang berbeda dengan bunga-bunga yang sama jenisnya di luar hutan.

Mawar cantik merah di dalam hutan ujung kulon ini tidak memiliki duri di tangkainya dan tampak kelopaknya lebih besar dari pada yang ada di luar.

Sedangkan untuk bunga melati di dalam hutan memiliki, ukuran yang lebih besar dan tampak berbunga berkelompok tidak terpisah seperti yang ada di luar.

Sedangkan untuk anggrek di dalam hutan memiliki tangkai yang tebal dengan kelopak yang lebih kecil namun memiliki harum yang lebih banyak ketimbang bunga anggrek yang ada di luar hutan.

Saat melewati taman bunga adi dan denok sekali lagi harus takjub, dengan apa yang mereka liat, mereka melihat sebuah sungai kecil yang membatasi antara taman bunga dengan jalan yang menuju lebih dalam ke hutan. Takjubnya mereka dengan sungai kecil itu adalah karena warnanya yang tidak jernih tetapi berwarna ungu kebening-beningan dengan aroma yang sangat harum yang terpancar dari airnya.

Layaknya seperti anggur minuman yang memabukan dan beraroma, adi tidak bisa menahan untuk berhenti dan mencoba mencicipi rasa dari air yang ada di depannya. Dengan langkah yang bergegas memarkirkan kereta di sisi jalan dan dengan semangat bergegas turun untuk segera mencicipinya.

Denok yang melihat tingkah adi lebih terkendali, dalam sikapnya tetapi juga tidak bisa menahan rasa penasaran untuk mencoba meminumnya juga seperti adi. Adi yang telah turun dari kereta kemudian bergegas ketepi sungai, menangkupkan kedua tangannya dan mencoba mengambil airnya, mencium aroma yang sangat enak adi menenguk air yang tertampung di tangannya.

Saat air itu masuk ke dalam mulut adi, dia bisa merasakan rasa manis dan segar dengan sedikit rasa asam yang ada didalamnya. Mengkombinasikan semua rasa yang ada di dalamya, adi tidak dapat menahan perasaan melayang akan rasa yang sangat tak terlukiskan yang ia rasakan dari meminum air sungai.

Terlebih saat air mencapai perut, perutnya terasa hangat dan seakan pori-pori yang ada dalam tubuhnya terbuka dengan semnagat, untuk menyerap aura yang ada di sekitarnya, adi yang berlatih kanuragan dan tahu bahwa air ini memiliki fungsi yang lebih dari sekedar minuman yang enak dan menyegarkan.

Karena ia sadar air sungai ini mampu mempercepat latihan dan ada efek menguatkan tubuh, yang secara bersamaan yang ia rasakan saat ia mencoba menjalankan latihanya. Denok yang menyusul adi melihat adi yang seperti orang mabuk, tidak bisa mengalihkan matanya ke arah air sungai, dan dengan berjongkok ia ikut serta mencicipi rasa air itu, dan tak pelak ia merasakan hal yang sama seperti apa yang adi rasakan.

Bedannya ia hanya merasa tubuh dan pikirannya terasa hangat dan yaman, tetapi tidak bisa merasakan perbedaan dalam hal kemampuan dalam berkultivasi, karena dirinya tidak ikut mengolah ilmu kanuragan.

Adi yang telah bangun dari rasa mabuk ya, memandang denok yang berada di sampingnya dan menatap wajahnya yang manis dan cantik, dengan sentuhan kemerahan akibat dari meminum air sungai tidak bisa menahan untuk mencium pipi denok yang lembut.

Denok yang sedang asik dengan mabuknya terbangun oleh rasa basah yang berasal dari pipi kirinya, dia terbangun dan melihat adi yang tersenyum dengan jenaka seakan telah melakukan sesuatu yang nakal.

"ehhh mas genit nih, cium pipi denok" tersipu karena senang dengan tindakan adi

"" hahah mas ga tahan sayang, liat ekspresi kamu yang manis saat minum air ini, jadi mas cium kamu"" tersenyum dan tertawa senang saat menjawab denok

Dengan perasan bahagia yang ia rasakan adi merangkul denok dengan tanganya dan duduk di tepi sungai untuk memandang pemandangan dan mengagumi apa yang mereka lihat dan rasakan.

"" mas kalo kita bisa tinggal di tempat ini alangkah bahagianya, tempat yang begitu indah, membuka hari dan menutup hari dengan hamparan bunga yang cantik dan wangi, pasti akan sangat menyenangkan dan romantis"" tersenyum dengan bahagia sambil merangkul erat adi

" ya, apa yang kamu pikirkan mas juga pikirkan, cuma mas ingat pesan kakek bahwa di perjalanan kita mengelilingi dunia ini, pasti akan banyak tempat yang indah dan tak kalah dengana apa yang kita saksikan ini, jadi mari kita keliling dulu dan hingga kita menemukan tempat yang benar-benar pas baru kita tinggal, dan tak lupa kita juga punya kampung halaman yang indah yang menunggu kita bukan?"

"iya mas benar, denok tidak sabar untuk segera mengunjungi tempat-tempat indah tersebut, dan saat kita merasa cukup dan lelah kita bisa kembali ke kampung halaman kita"" .