Sudah sebulan waktu berlalu dengan cepat, menyisakan cerita-cerita kecil yang ada.
Adi melakukan rutinitas biasa, bangun sebelum matahari terbit, melakukan meditasi dan berlatih Kanuragan di malam hari.
Hubungannya dengan Denok semakin menjadi dalam, hampir setiap beberapa hari sekali dia pergi kerumah Denok untuk berkunjung.
Sayangnya Seminggu yang lalu orang tua Denok telah kembali, karena merasa malu terlalu sering main Adi menjadi mengurangi kunjungannya ke rumah Denok.
Seperti hari ini Adi melakukan ritual Kanuragan, menyucikan Kembali Roh dan fisiknya di sungai Bengawan.
Berendam di dalam air dan memusatkan pikiran dan rohnya ke dalam alam. Hingga waktu mulai menunjukan senja, baru kemudian kakeknya menyudahi latihannya.
" ayo bangun Le, sekarang sudah selesai untuk hari ini dan ada hal penting yang kakek sampaikan kepada kamu".
Melangkahkan kakinya menuju pinggir sungai, adi mendatangi kakeknya. Setelah mengeringkan badannya dan terasa Yaman dengan posisi duduknya, Adi dengan patuh mendengar kakeknya berbicara.
" le sekarang, pondasi kamu sebagai Penjaga Dasar sudah stabil dan kini saatnya kamu untuk mengolah nafsumu. Tiga hari dari sekarang terhitung malam ini, kamu harus puasa Mutih, nyaitu puasa untuk memakan yang segalanya Putih. Sebagai contoh kamu hanya Boleh makan nasi putih, singkong putih, tahu putih, dan air putih untuk kamu minum. Dan kamu harus melakukan puasa ini selama 3 hari, makan sebelum matahari terbit dan buka ketika matahari terbenam dan ingat kamu cuma boleh buka ketika matahari terbenam selama satu jam, sementara sisanya kamu harus melanjutkan puasa selama 3 hari. Sanggup kamu le"? .
" Adi sanggup ke, Adi ga akan setengah dalam menjalankan puasa ini", Dengan raut wajah serius Adi menjawab.
" Bagus setalah kamu puasa 3 hari, kita akan pergi untuk bertapa menguji nafsumu di Goa Bolong, di belakang bukit desa.