MASIH DI DALAM RUANGAN PRIBADI RIZAL
Leni belum meninggalkan ruangan Rizal, ia sedang menelpon seseorang diluar sana.
"apa kamu tau Rizal sekarang sudah menikah, bagaimana aku mendekatinya sekarang? berantakkan semua rencana kita" dengan raut wajah yang sangat kesal.
(kamu harus tetap mengejarnya sampai dia mau menikahimu, kita atur rencana baru. Setelah kamu menikah dengannya baru kita kuasai hartanya, setelah itu kita susun rencana baru) sahut suara di sebrang sana. ia adalah kekasih Leni yang sudah lama ia pacari bahkan sebelum Oma menjodohkannya dengan Rizal. Awalnya Adit tidak setuju pacarnya di rebut, namun Leni pun merencanakan rencana busuknya, dan itu membuat Adit yakin jika kekasihnya hanya ingin memanfaatkan Rizal demi harta yang ia punya. Mereka pun melanjutkan hubungannya tanpa sepengetahuan Rizal, rencana pun dilakoni keduanya. Sehingga nantinya hanya merekalah yang mendapatkan kekuasaan yang di miliki Rizal
"ok, ini demi kamu sayang, dan aku juga nggak mau rencana kita selama ini jadi sia sia" Leni menutup telponnya. Tak diketahuinya ternyata sudah ada yang mendengarnya di luar sana, sebab pintu ruangan tersebut tidak ditutupnya sejak Rizal meninggalkan tempat itu.
Ya... tak salah lagi itu Tian sang asisten. Tian mengetahui semuanya, akal busuk Leni yang selama ini mengejar bosnya, semata-mata ia ingin mengambil hartanya.. Tian segera pergi, dan Leni pun keluar tanpa melihat kanan kiri depan belakang.
SEMENTARA DIKEDIAMAN GHIBRAN NAUFAL RIZAL
Rizal dan Ara sudah sampai dikediamannya. Rizal menggandeng Ara dengan senyuman hangatnya, Oma melihat mereka berdua dengan tatapan herannya.
" kok sudah pulang nak? ada apa ini, wajah kalian sepertinya sedang bahagia, apa Oma melewatkan sesuatu?" tanya nya yang melihat cucu nya dengan raut wajah bahagianya.
" tidak Oma, hanya saja kita berdua sedang merencanakan sesuatu. kita kekamar dulu ya Oma" ujar Rizal. Mereka berlalu meninggalkan Oma yang mengernyitkan kening dan sedikit senyum kecut nya.
" aahh sudahlah" Oma kembali ke ruang tamu meneruskan urusannya bersama televisi kesayangannya.
Sesampainya di kamar, Rizal membuka kerudung Ara dan mulai menciumnya, Ara dengan senang melayani suaminya. Rizal tak berhenti meminta izin atas perlakuannya terhadap sang istri. sebab tanpa seizin Ara ia pun tak akan melakukkannya.
Di sore hari yang sangat damai, terlihat awan yang mulai memerah, dengan angin yang tak begitu terasa, menandakkan sudah hampir maghrib. Ara segera bangkit dari tempat tidurnya untuk segera membersihkan badannya. Namun terasa sangat lemas, sakit di area miliknya tak bisa membuatnya berdiri dengan benar. Rizal membantunya untuk bisa berjalan menuju kamar mandi.
" sakit sayang? mas bantu ya.." kata kata yang dilontarkan Rizal membuat Ara tercengang kaget ketika mendengar itu.
" nggak usah mas ngga papa," Ara mencoba bangkit dengan menyelimuti tubuhnya dengan selimut sebab ia merasa sangat malu di depan suaminya. "aaaww" Ara kembali meringis.
"maafkan mas sudah melakukkannya " Rizal memeluk Ara dan menggendongnya menuju kamar mandi.
"mas bicara apa? ini sudah kewajibanku melayani mu. mas tunggu di luar saja, aku bisa sendiri" ucapnya dengan lembut. Rizal membuka selimut yang menutupi tubuh istrinya namun di tarik kembali oleh Ara.
" jangan mas, aku malu" ujar Ara menundukkan kepalanya.
" kenapa malu, mas sudah tau semuanya" Rizal kembali membuka selimut dan menggendong Ara ke arah bathtub. Rizal mulai menyabuni Ara, dengan penuh rasa sayangnya yang mulai tumbuh ia membantu istrinya membersihkan seluruh badannya.
Mereka pun segera bersiap untuk menunaikan sholat maghrib. Rizal dengan pakaian lengkapnya, ia mulai belajar memulainya yang sudah sekian lama ia tinggalkan, Dengan Ara yang mengapingnya. Rizal sangatlah beruntung memiliki Fatimah Azzahra yang kini adalah istri sahnya. Ia tak mau menyakiti hatinya sedikit pun. kini ia sangat mencintai wanita yang telah menemaninya dan melayaninya dengan sangat baik.