Satu bulan telah berlalu, Rizal dan Ara semakin menampakkan kemesraannya, sehingga semua staf kantor mengetahui bahwa mereka sudah menikah.Rizal kini sikapnya semakin hangat, sehingga semua staf merasa sangat nyaman bekerja di kantornya.
" Pak Rizal sekarang beda ya dengan Pak Rizal yang dulu. Sekarang dia semakin hangat dan ramah,.." kata kata yang terlontar dari semua karyawan. Mereka terus menerus memuji Rizal, hingga terdengar oleh Tian, Tian sangat bersyukur bos nya sudah berubah saat ini.
Namun ada sepasang mata yang selalu memperhatikan mereka, tak lain ialah Leni, ia sudah merencanakan supaya dia bisa menjadi bagian dari keluarga Rizal. Dia sudah sepakat dengan kekasihnya untuk bisa mendapatkan gelar sang Ghibran Naufal Rizal.
"sayang.. apa kabar" Leni langsung menghampiri Rizal yang sedang sendiri di ruangannya dan langsung memeluknya. Sudah hampir satu bulan ia tak terlihat, kini ia menampakkan wajahnya namun dalam hatinya kini ia sedang merencanakan sesuatu.
" Leni..." Rizal melepaskan pelukan Leni. " ada apa lagi kamu kesini? sudah ku bilang, sekarang aku sudah nikah, jadi tolong jangan ganggu dan jangan datang lagi kemari. ok " tatapan yang sangat mengerikkan. Rizal tak bisa berubah dengan sikapnya terhadap Leni.
" ok.. iya.. tapi ada syaratnya. Aku mau kita makan malam hari ini juga. aku tunggu kamu di cafe x. Jika kamu tidak datang, aku akan terus ganggu kamu sampai kapanpun. Bye sayang...." tanpa ada jawaban dari Rizal ia langsung keluar dari ruangan Rizal.
Rizal hanya diam, ia takut Ara marah ketika ia sedang makan malam bersama Leni, hingga Rizal pun mau tidak mau menghubungi sang istri dan menjelaskan mengenai makan malamnya nanti.
"Tak apa mas, pergilah.. Selesaikanlah urusanmu, aku menunggumu di rumah" terdengar suara di sebrang sana yang sudah ia hubungi sebelumnya. Ara sangat yakin bahwa suaminya tidak akan mengecewakannya.
Rizal menepati janjinya, ia pun segera menghampiri Leni yang sudah ada di dalam cafe tersebut.
"sayang, ternyata kamu datang juga. aku menunggu lama loh, kirain kamu nggak bakalan dateng " Leni berdiri dari tempat duduknya, menggandeng tangan Rizal, Rizal segera menepisnya.
" cepatlah.. Ara sudah menungguku di rumah " ucapnya dengan dingin.
" ish kamu tuh.. iya Ok.. kamu mau pesen apa?" Leni memberikan daftar menunya.
"minum saja tak perlu makan" jawabnya tanpa melihat Leni, ia hanya memainkan ponselnya.
Leni segera memanggil pelayan dan segera memesan pesanan mereka berdua. Leni menikmati makanannya, namun Rizal sibuk dengan ponselnya, Leni tak menggubris, sebab ia hanya berharap Rizal meminum minumannya.
Minuman pun sudah di minumnya, tak berapa lama Rizal merasakan sangat pusing di kepalanya, ia tak sadarkan diri saat ini. Ada senyuman licik yang terlihat di bibir Leni.
"cepat kamu urus semuanya" ucap Leni kepada pelayan yang sudah dibayarnya. Sebelumnya Leni menghampiri pelayan disana yang sedang sibuk di dapurnya, ia berbisik meminta kerja sama dengan salah satu pelayan disana, ia menyuruhnya memasukkan obat tidur kedalam makanan atau minuman yang akan di pesan Rizal.Tak lupa ia memesan kamar di dekat cafe tersebut, sehingga ia bisa merencanakan apa yang sudah disepakati dengan kekasihnya.
" bagus sayang, kita mulai dari sini " ujar laki laki yang sudah bersamanya saat ini.
Leni tersenyum lebar kepada laki-laki itu.
Sementara di rumah, Ara menunggu suaminya , rasa tidak nyaman dihatinya membuatnya mundar mandir kesana kemari tak jelas, begitu pula dengan Oma. Oma sangat menyesal terhadap Leni yang sebelumnya ia jodohkan dengan cucu nya. Waktu menunjukkan pukul 04:00. Namun Rizal belum juga pulang. Ara menggelar sejadahnya, ia pasrahkan semuanya. Dalam do'anya ia berharap suaminya tidak apa-apa diluar sana.
........
Rizal mulai sadar, terlihat sinar mentari pagi yang mulai memasuki celah celah jendela. Ia mengingat apa yang sudah terjadi, ia hanya ingat saat dirinya merasakan sakit di bagian kepalanya saat makan malam bersama Leni, ia segera bangun dari tidurnya dan melihat Leni menangis menggulung selimut dibadannya, ia segera bangkit dan melihat tubuhnya yang hanya menggunakan celana kantornya yang dalam keadaan berantakkan.
" apa yang kamu lakukkan?" teriaknya.
" seharusnya aku yang bertanya mas, apa mas ingat semalam mas melakukkan itu terhadapku, mas pingsan dan setelah mas sadar mas memaksaku semalam. huu " Leni tak henti dalam tangisan palsunya.
" tidak.... tidak mungkin " Rizal menggeleng geleng kepalanya tak percaya. Seingat dia, ia tak melakukkan apa pun terhadap Leni. Badannya lemas setelah mendengar kata-kata Leni, ia teringat Ara istrinya, ia memegang dan menjambak kepalanya sendiri.
" tolong jangan sampai Ara tau masalah ini. Apapun yang kamu minta aku akan turuti, asalkan Ara tidak mengetahuinya" ucapnya kini yang membelakangi Leni.
" aku mau kita nikah. aku takut hamil mas.. hhuuu" ujarnya.
" soal itu aku tidak yakin. aku akan pikirkan lagi " Rizal segera memakai pakaiannya dan langsung meninggalkan Leni begitu saja.
Leni tertawa keras, rencananya kini sudah berhasil, ia pun langsung menelpon kekasihnya memberitahukan yang sudah terjadi. Kini ia memikirkan rencana berikutnya, entah apa yang akan direncanakannya lagi.. Entahlah