Rizal yang kini sudah memasuki mobilnya, pikirannya sedang kacau ia tak henti membanting kepalanya diatas stir mobil. Ia menangis, mengingat apa yang telah ia lakukkan terhadap Leni, namun yang diingatnya hanya dirinya yang pingsan di malam itu. ia segera melajukan mobilnya menuju rumah, hatinya sangatlah kacau, mengingat sang istri yang sangat dicintainya dan seseorang yang akan menghancurkan rumah tangganya.
Ara menyambut kedatangan Rizal, Ara melihat Rizal dengan keadaan kacau. Rizal memeluk Ara dengan sangat erat, ia menangis di belakang bahu Ara.
" maaf sayang... maafkan mas.. mas bodoh.. " Rizal semakin memperdalam tangisannya.
" hey, mas kenapa? sudah.. Ara tak apa-apa, hanya menunggu mas sampai pagi saja kok, jangan ditangisi begitu. Mas istirahat yuk " Ara membawa Rizal ke kamarnya. Setelah tiba dikamar, Ara menemukan bekas lipstik di kerah suaminya dan sedikit bau parfum yang menempel di bajunya. Rizal tidak sadar akan hal itu, Ara mengeluarkan butiran bening di matanya, ia mulai curiga terhadap Leni yang membawa suaminya tadi malam.
"mas minta maaf sayang." tak hentinya Rizal meminta maaf, membuat Ara semakin bertanya tanya terhadapnya.
"apa mas melakukkan sesuatu? tolong ceritakan kepadaku, aku tidak mau jika mas menyembunyikan masalahmu. Apapun itu, Insya Allah aku menerimanya" ujar Ara yang sudah curiga dengan bekas lipstik di kerah bajunya.
Awalnya Rizal ragu untuk jujur kepada istrinya. Namun Ara sudah memaksanya untuk berbicara, akhirnya Rizal menceritakan semua yang terjadi di malam itu. Hati Ara seakan hancur mendengar pengakuan dari suaminya, jika Rizal memang melakukkan itu semua bagaimana dengan dirinya? apa Ara akan menerima jika suaminya menikahi wanita lain. Ara hanya percaya terhadap suaminya bahwa semua yang dilakukkan suaminya tidak benar, ia percaya Rizal tidak akan melakukkan itu, Rizal hanyalah korban dalam hubungannya bersama Leni, itulah yang dipikirkan Ara saat ini.
..............
Rizal kembali memulai harinya seperti biasa. Ia mulai melupakan kejadian yang menimpanya 1minggu yang lalu. Dengan dukungan dari sang istri, kini Rizal mulai bangkit kembali. Rencananya yang akan membangun cabang perusahaannya, kini sudah disepan mata. Hanya Rizal dan Tian lah yang tau soal perusahaannya yang baru. Rizal punya pirasat bahwa ada yang mau menghancurkan kantornya saat ini. Ia tak mau perusahaannya bangkrut begitu saja, sehingga ia membangun cabang nya yang baru tanpa sepengetahuan siapapun.
" bos, semuanya sudah hampir 90% " ucap Tian
" alhamdulillah... kamu atur semuanya. palsukan sementara identitasku terhadap kantor cabangku yang baru." ujar nya
" siap bos.." Tian kembali ke urusannya untuk mengurus semuanya.
(jangan sampai usahaku selama ini dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab) gumamnya dalam hati.
..............
tok
tok
tok
Pintu diketuk dengan sangat keras. Ara membukanya, ia mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang. Seorang wanita sexy dengan membawa tas cassualnya memasuki rumah tanpa permisi.
" hemmmm.. Dimana calon suamiku?" ujar sang wanita yang sudah duduk diatas sofa.
" siapa yang datang nak?" tanya Oma yang menghampiri Ara dan melihat Leni sudah duduk di atas sofa kesayangan Oma."mau apa kamu? jangan kotori sofaku dengan badanmu yang sangat busuk itu" Oma sudah mengetahui apa yang dilakukkan Leni terhadap cucu nya.
" Oma sayang, bukankah sebelumnya aku yang Oma pilih untuk menjadi istri cucu kesayangan Oma. Dan sebentar lagi aku akan menjadi nyonya baru di rumah ini."
" apa katamu? jangan harap kamu bisa menjadi nyonya disini, karna sampai kapan pun, cucuku tidak akan menikahimu" tegas Oma.
" Oya... ooohhh tidak.. aku sedih... huuu.." melagakan wajah mengejeknya."hahahaha... apa Oma tau, cucu mu itu sudah menghamiliku. Dan ini buktinya" Leni melempar alat tes kehamilan di depan Ara.
Ara mengambil dan melihat hasil tes itu. Dan benar saja, ada garis 2 di sana, Ara menggenggam erat tangannya yang memegang alat tes itu. Air matanya berderai sangat deras.
" kasihan istri tua ku.. haha.. aku tinggal ya.. semoga mas Rizal segera menikahiku dan menceraikanmu secepatnya" Leni berlalu pergi dengan tawanya yang sangat puas.