Chereads / SYSTEM BREAKER / Chapter 3 - Chapter 2 : Pertandingan Pembuka

Chapter 3 - Chapter 2 : Pertandingan Pembuka

Dunia yang luas, daratan dan lautan membentang tiada batasnya, sedang langit seolah tak terengkuh– begitu tinggi di angkasa.

Setiap alam semesta memiliki cerita dan legenda masing-masing. Mulai dari seorang pemuda yang dikirim ke dunia lain atau seorang gamer yang terjebak dalam gamenya. Tapi hanya ada satu hal yang sama yang dimiliki oleh semua alam semesta itu, yaitu [ Sistem ].

Sejumlah orang terpilih dianugerahi [ Sistem ] dan memulai kisah mereka sendiri untuk menjadi legenda. Dan, setelah rampung semua tantangan itu kini datang lagi satu ujian terakhir bagi mereka.

Turnamen Penyelamat.

Layaknya sebuah quest darurat, ajang ini diperuntukan untuk mereka yang berhasil menembus batasannya dan hampir mencapai segalanya di alam semestanya.

Tidak ada hukuman bila seseorang menolak mengerjakan quest ini. Namun, siapa yang ingin melewatkan kesempatan langka ini begitu saja?

Tidak setiap makhluk abadi diundang dua kali dalam penyelenggaraan turnamen. Atau mungkin oranf itu bukan makhluk abadi dan tidak hidup cukup lama untuk mengikutinya lagi.

Semua orang pasti ingin mengikuti turnamen tersebut, terlepas motive dan alasan pribadi.

Kontestan bertarung berpasangan; pertandingan ditentukan dengan mengambil bola secara acak dari dalam sebuah kotak. Misalnya, peserta yang mengambil bola nomer 1 akan melawan peserta yang mengambil bola nomer 2 dan seterusnya.

Selepas pembagian bagan pertandingan berlangsung. Para peserta hanya tinggal menunggu pengumuman bermulainya pertandingan.

Berikut adalah pertandingan yang telah ditentukan:

1. Akito Kashiwagi vs Annem

2. Paixao vs Farren Maheswara

3. Mirahmedjan Muzepper vs Dragan Kuzmanovic

4. Kim Jong woo vs Alastair

5. Tooru Iwatani vs Biomasa

7. Altnoah Discordia vs Zexa Bagaskara

8. Ilham Bramasetyo vs Deus Alianza

9. Vanner vs Kurata Kazuo

"Tuan dan Nonya sekalian, selamat datang di arena semesta! Arena dimana para legenda bertarung, tempat dimana dewa, manusia, iblis sekalipun akan bersaing untuk menjadi juara dan berkesempatan untuk mengalahkan sang Raja Semesta! Di arena inilah anda sekalian akan menyaksikan, pertempuran mengagumkan dari para insan yang terpilih, para makhluk abadi dan pengguna [ Sistem ] yang terkuat."

Pembawa acara itu, dia adalah seorang demi-god dari alam semesta 9 yang bernama Varduoan. Suaranya yang lantang mampu memecahkan kaca di seluruh dunia. Namun, kekuatannya bagaikan debu dihadapan para kontestan turnamen.

"Dan sekarang, kita langsung saja menuju ke pertandingan pertama. Dari alam semesta 11 melawan Alam Semesta... "

Varduoan menjeda perkataannya, agak lama kiranya. Dia menaik-turunkan kacamatanya untuk membaca secarik kertas yang dia bawa.

"Aah... Alam Semesta 69."

Hening untuk sesaat, Varduoan kemudian langsung membacakan nama peserta yang akan bertarung pada pertandingan pertama ini.

"Mari kita sambut kontestan dari Alam semesta 11, Akito Kashiwagi!"

Seorang pemuda berambut hitam, berperawakan seperti seorang remaja 17 tahun dan mengenakan jaket hitam pun berjalan memasuki arena. Di pinggangnya tersarung dua buah pedang berwarna hitam dan putih.

"Dialah Akito Kashiwagi! Di dunia asalnya, dia terjebak di dalam sebuah Game yang mengharuskannya mengalahkan seluruh boss dalam game tersebut. Namun, setelah mengalahkan mereka Akito beserta teman-temannya malah terlempar ke dunia lain dan dianugerahi oleh [ Sistem ] semua skill, item dan stat yang mereka punya sewaktu di dalam game dulu!" terang Varduoan panjang lebar.

Diundangnya Akito Kashiwagi untuk mengikuti turnamen sendiri karena dia adalah petarung dan pengguna [ Sistem ] terkuat di dunianya. Julukannya adalah 'Si Ahli Pedang Surgawi'. Dikarenakan kemampuan berpedangnya–belum lagi skillnya–yang mampu mengalahkan dewa.

Dalam kata lain, Akito sangatlah kuat. Meski demikian, tingkat kekuatannya adalah mid–stellar. Tingkat menengah dalam peta kekuatan para peserta dalam Turnamen Penyelamat.

"Akito!"

Seorang gadis melambai dari bangku penonton, rambutnya coklat terurai panjang sebatas pinggang. Pakaiannya mirip dengan seorang ksatria. Dialah teman, sekaligus kekasih dari Akito, namanya Harumi.

Akito membalas lambaian tangan itu. Senyum dia lepaskan pada Harumi.

"Harumi, tenang saja. Aku akan memenangkan turnamen ini! Aku akan membawa kita semua pulang ke rumah!" Akito berseru.

"Berjuanglah, Akito!"

Yang keduanya lewati selama ini sungguh melelahkan agaknya. Dimulai dari terjebak dalam game dimana kematian adalah sebuah konsekuensi yang harus diterima, lalu terlempar ke dunia lain tanpa sebab yang jelas.

Mereka sudah mengalami begitu banyak kejadian mengerikan dan mengenaskan. Hingga akhirnya, setelah Akito mengalahkan Dewa di dunia baru tempatnya dipanggil, dia diundang untuk mengikuti Turnamen Penyelamat.

Tahu kalau tidak ada jalan kembali selain menjadi Raja Semesta, Akito pun menerima undangan tersebut.

"Dan, disisi lain! Dari Alam Semesta ke-69, Annem!"

Bangkit dari kursi di tribun peserta, anak itu melangkah menuruni tangga memasuki arena.

Dirinya bertelanjang kaki, pakaiannya yang terkesan biasa itu begitu mencolok diantara para peserta–bahkan penonton–yang memakai armor atau pakaian kebangsawanan.

Tentu saja, dalam turnamen ini pun ada entitas yang menyebut dirinya sendiri sebagai Raja Iblis atau Dewa Surgawi dan semacamnya. Di tribun penonton sendiri, ada dewa Zeus dan beberapa saudaranya tengah menonton.

"Hmph, jika aku juga pengguna [ Sistem ] mereka pasti mengundangku untuk ikut. Bukankah begitu, Poseidon?" Zeus dengan sikap angkuhnya.

"Sayangnya, kau bukan pengguna [ Sistem ] saudaraku," balas Poseidon.

"Hah! Ini memuakkan. Dimana Odin?"

Beberapa dewa lainnya dari penjuru dunia pun hadir sebagai penonton. Tentu saja, karena tak satu pun dari mereka adalah pengguna [ Sistem ]. Meskipun, jika mereka ikut bertarung, maka kekuatan dewa-dewa itu sanggup menyamai atau bahkan mengalahkan para pengguna [ Sistem ].

Akito dan Annem saling berhadapan. Jarak keduanya kurang dari 5 meter.

Sorot mata sang ahli pedang begitu percaya diri, namun tak disertai rasa tinggi hati. Dia pun tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Annem.

"Namaku Akito, salam kenal," ucapnya.

Annem menaikkan sebelah alisnya, "Kau... mengajakku berkenalan?"

"Iya, aku ingin kita mengenal satu sama lain."

"Kita akan bertarung, tahu? Pada dasarnya kita ini musuh sekarang." Annem membalas dengan dinginnya.

Akito menarik pelan uluran jabat tangannya, "Kalau begitu, tidak masalah. Aku hanya ingin bersikap ramah terhadap sesama peserta turnamen."

Annem menyeringai. Tampaklah deretan gigi tajam seumpama gigi hiu dalam mulutnya.

"Okey! Pertarungan akan segera dimulai. Untuk kedua kontestan, apa kalian siap?"

Akito mencabut pedang hitam di pinggang kanannya. Wajahnya menunjukkan rasa kepercayaan diri yang tinggi.

"Siap!" jawabnya.

Varduoan menoleh pada Annem, "Apakah kau siap?"

Anak itu tak mengucapkan sepatah kata apapun. Hanya sebuah anggukan kecil yang dia gunakan sebagai balasan.

"Okey, kalau kalian berdua telah siap... "

Arena menjadi hening sesaat, para penonton menjadi senyap dalam hikmat menantikan bermulainya pertandingan.

"MULAI!" seru Varduoan memulai pertarungan Akito dan Annem.