Zirah Akito nyatanya memiliki durability, efek buff, dan skill eksklusif yang semuanya begitu luar biasa. Barangsiapa memakainya akan mendapat 18% damage reduction, immune terhadap efek slow, immune terhadap segala macam bentuk penyegelan, serta peningkatan sebanyak 50 kali lipat dalam semua status.
Seharusnya, ditambah dengan skill milik Akito sendiri yang mampu meningkatkan pertahanan maka sebuah 'tambaran' tidak akan berarti apa-apa baginya.
Kecuali, jika tamparan itu dilakukan oleh Annem.
"Bagaimana? Sudah puas main-mainnya? Pulang saja ke mama sana." Annem berkata seraya bertolak pinggang.
Angkuh senyumannya, mengangkat dagu seraya memandang rendah Akito di tanah.
Si ahli pedang pun membangkitkan diri, sambil mengambil beberapa HP potion dari ruang penyimpanannya. Akito meminumnya, dan HP–nya pun terisi penuh kembali.
"Oooh... lihatlah dirimu. Berapa banyak item yang kau miliki di dalam ruang penyimpanan tak terbatasmu itu?" Annem bertanya.
"Kau banyak omong untuk seorang laki-laki," balas Akito yang kesal.
"Pffft, seperti tidak banyak lelaki banyak omong diluar sana. Sebagai contoh, politisi. Ya, mereka banyak omong dan selalu menebar kebohongan."
"Kau lebih buruk dari mereka," timpal Akito.
Tensi memanas. Annem menajamkan sorot matanya seketika.
"Oke, itu sangat tidak sopan. Maksudku... membandingkanku dengan mereka? Oh, ya ampun. Tolonglah, aku lebih baik dari mereka."
Clang!!!
Annem menahan laju pedang Akito yang terayun ke wajahnya. Gelombang kejut merambat ke seluruh penjuru arena karena benturan tersebut.
"Dan ini dia! Dasar bocah gamer tidak punya pergaulan," tutur Annem di depan wajah Akito.
"Spiral Slash!"
Akito memutar badannya seraya mengayunkan pedangnya. Annem hanya melangkah pelan ke belakang untuk mengelak. Akito pun menghunuskan pedangnya. Lagi-lagi Annem menghindar dengan memiringkan badan dan menendang perut Akito hingga membuatnya terjungkal.
"Serius, mama dan papamu benar-benar harus mengajarimu tata krama."
Akito bangkit dengan terengah, darah mengucur dari mulutnya. Bar HP di yang nampak di sudut kiri pandangannya tampak berkurang sebanyak 15%. Membuatnya kaget bukan kepalang.
"Apa yang terjadi? Kenapa efek yang kuterima dari zirahku seolah lenyap begitu saja? Aku seperti melawannya tanpa perlengkapan atau pun buff apapun," batin Akito.
Pemuda itu lantas menarik pedang putih di pinggang kirinya. Cahaya berpendar remang, muncul kerlap-kerlip kecil mirip kunang-kunang di sekitar gagang pegangannya.
Melihat hal demikian, mata Annem melebar sempurna. Girang anak itu. Dia menyunggingkan senyum dan langsung mengambil kuda-kuda bertarungnya.
"Activate skill: Healing Factor increase, Sense increase, Vigor Effect, Speed increase, Nightingale Art, Defence up 3×, Power up3×!"
Aura merah merebak dari tubuh Akito. Tanah di sekitarnya retak. Muncul sebuah kristal biru yang ditengahnya berwarna merah dikelilingi oleh pita cahaya yang berwarna putih.
Semua penonton terpana melihatnya.
"Akito... tidak biasanya dia tampil all-out secepat ini." Harumi berkata.
Di sebelahnya seorang teman, Tatsuo, pun menimpali, "Benar, selama ini dia tidak pernah secepat ini bertarung secara serius selain saat... "
Mereka bertiga, dan beberapa teman yang lain telah banyak bertarung melawan berbagai macam musuh dengan tingkat kekuatan yang tinggi. Namun, tak satu pun berhasil memaksa Akito tampil habis-habisan dalam waktu yang singkat. Terkecuali...
"Medrocosmica," ucap Harumi dengan nada yang agak cemas.
Hanya sang dewa dunia, Medrocosmica lah yang berhasil membuat Akito bertarung secara serius dalam waktu cepat. Pedang putihnya itu, Luminiare, belum pernah dicabut kurang dari 2 menit jalannya pertarungan selain saat melawan Medrocosmica.
Dan, kali ini. Dalam waktu yang jauh lebih singkat yaitu 1 menit 18 detik, Akito mencabut Luminiare. Pedang terkuatnya yang dapat menebas segala macam hal di dunia ini.
"Hmm, ini bakal jadi lebih asyik," seringai Annem ke Akito.
Tanpa basa basi Annem melesatkan dirinya. Tangannya terkepal, tinju pun dia luncurkan dengan kecepatan super cepat. Angin sampai terbelah oleh gerakan tangannya. Hingga akhirnya, tinju Annem dan pedang Akito pun saling berbenturan.
Bam!!!
Tertahan pukulan Annem oleh kedua pedang Akito yang dia silangkan di depan wajah.
"Release power!" Akito berteriak, seraya melepaskan gaya hantaman yang terkumpul dalam pedang hitamnya, Khaos Cleaver.
Alhasil, Annem terhempas jauh ke belakang. Energi hitam yang keluar dari Khaos Cleaver membawanya terbang menuju ke tribun penonton.
"Hahaha, Argh!" Annem merentangkan tangan dan kakinya, terhenti seketika dia di atas awang-awang, "Mengagumkan! Sekarang, giliranku!"
Annem menjentikkan jarinya, gelombang kejut tercipta dan mengarah pada Akito di bawah. Tahu kalau itu adalah sebuah serangan yang mematikan, Akito pun mengelak.
Booommm!!!
Tanah yang terkena gelombang kejut itu hancur seketika, lubang raksasa tercipta karenanya. Para penonton terkesima, kagum pada kekuatan Annem yang luar biasa.
"Anak ini... dia bahkan hanya menggunakan kekuatan fisiknya saja," komentar seorang peserta berpakaian seragam putih di tribun peserta, Altnoah Discordia, sang raja iblis di dunianya– Maoulfeihm.
Akito mengkertak, tak dia sangka betapa kuatnya serangan Annem yang barusan. Dia tahu kalau serangan tersebut bukanlah skill atau semacamnya, sebab dia tak merasakan gelombang mana keluar dari tubuh Annem saat anak itu melakukannya.
"Kekuatan fisiknya luar biasa, apa dia tahu kalau dia dapat dengan mudah mengalahkanku? Sial, dia bahkan tidak berniat menggunakan skill yang ada pada sistemnya!" Akito menggeram kesal.
Annem turun dari awang-awang, seakan burung yang hendak pulang menuju sarang. Namun, belum sempat kakinya menapak tanah, Akito menyerangnya dengan Release power.
"Haha!" tawa Annem bahagia.
Anak itu melentingkan tubuh untuk menghindari serangan pertama, lalu melompat seraya menundukkan badan guna mengelak dari serangan kedua yang beruntun.
Akito tiba-tiba melaju dan menyerang secara langsung. Annem tahu, dan menangkis Khaos Cleaver yang diayunkannya dengan punggung tangan.
"Luminiare: Forbid Slash!"
Pedang putih itu terayun, garis bening mengikuti arah lintasan pedang tersebut mengayun. Namun, Annem tiba-tiba menghilang dari hadapan Akito.
Terbelalak pemuda itu. Tanpa dia sadari Annem telah berada di belakangnya dan memukul telak wajah Akito dengan amat kerasnya.
[ Perhatian! HP host hanya tersisa sebanyak 20% ]
Suara sistem Akito mengagetkannya. Tak bisa dipungkiri, Akito kehabisan kata-kata saat melihat ke arah bar HP–nya.
"Bagaimana bisa?! Kenapa dia bisa mengurangi HP–ku sebanyak itu hanya dengan sekali serang?!"
Bingung dan heran, Akito membuka sistemnya dan mengecek status milik Annem.
_______________
Nama: Annem
Kelas: Pugilist–Range Irrelevant
Level: 12
Klasifikasi entitas: Manusia
Tingkatan Kekuatan: Mid–Super Human
Hp: 50
Mp: 50
Str: 5
Spd: 5
Daftar Skill: – 1000 Pukulan Beruntun
– Ultra Sense ( Passive )
– Damage Increasinator ( Passive)
– Ignoral ( Passive )
– Dimension Warp
– Ultimate skill : I'm The System Breaker ( Active )
Gelar: [ The Nonsense ] [ Bitch Slapper ]
_______________
Status yang dilihat oleh Akito tampak begitu berbeda, terkesan normal dan biasa. Namun, dengan status demikian pun tetap tak masuk akal Annem bisa menimbulkan damage yang luar biasa pada Akito.
"B–Bagaimana mungkin?"
Akito mengetuk sejumlah skill yang ada. Kagetlah dia saat membaca penjelasan skill milik Annem tersebut.
"Ultra sense: semua bagian tubuh akan bereaksi terhadap segala macam rangsangan dengan sendirinya. Terlepas host tahu atau tidak. Kategori: passive. Cooldown: none."
Akito beralih ke skill lainnya.
"Ignoral: Serangan yang host berikan akan mengabaikan segala macam bentuk pertahanan; pengurangan damage, penyerapan damage, konversi damage dan anti efek yang ada pada diri musuh. Kategori: Passive. Cooldown: none."
Akito menganga tak percaya. Namun, dia masih mengetuk salah satu skill yang Annem miliki.
"Damage Increasinator: Host dapat memanipulasi damage serangan Host sebanyak mungkin. Kategori: Passive. Cooldown: none."
Tangan Akito langsung menutup sistemnya, dalam pikirannya tidak ada gunanya lagi melihat skill yang Annem miliki lainnya. Tiga skill passive yang anak itu miliki saja sudah membuatnya terbelalak tak percaya. Akito pun yakin kalau skill lain yang dimilikinya, terutama skill ultimatenya tak kalah hebat.
"Ada apa, Akito? Sudah menyerah?" Annem mendekat.
Melirik ke arah anak itu, Akito bertanya dengan nada pelan.
"Siapa kau sebenarnya?"
"Haha... aku hanya seorang manusia. Aku bukan dewa atau iblis. Dan yang pastinya aku bukan orang lemah."
"Bagaimana kau mendapat semua skill ini? Bagaimana bisa kau mendapatkannya pada level serendah itu?"
Berdiri di depan Akito, Annem meletakkan tangannya di atas kepala pemuda itu. Angin terasa bertiup menuju telapak tangannya.
Hening berkuasa. Tak terjawab pertanyaan Akito, Annem memilih bungkam.
"Argoth Aura's!"
Mata Akito yang menyalang, memberikan kengerian terhadap semua makhluk yang lebih lemah dan berada dalam radius 25 meter di sekitarnya bersimpuh ketakutan. Putus asa segera merasuk dalam sanubari mereka. Para penonton adalah korban dari skill Akito yang barusan.
Namun, Annem di depan Akito tak merasakan apa-apa. Dirinya tetap berdiri tegap seraya mengacungkan tangannya pada Akito.
"Bahkan dengan Argoth Aura's, kau tidak merasakan keputusasaan," tutur Akito.
Pasrah?
Itukah keputusan yang akan diambil oleh Akito? Menyerah dan mengurungkan niatannya untuk menjadi Raja Semesta agar bisa kembali bersama teman-temannya ke dunianya semula?
Batin Akito terus berusaha memacu semangatnya.
Keputusasaan, penderitaan, kelelahan, kesengsaraan dan rasa sakit yang di alaminya selama terjebak dalam game beserta dunia lain seketika mengalir mengarungi sanubarinya.
Teringat dia pada kata-kata mereka yang mati dalam petualangannya untuk mencari jalan pulang. Janji dan impian, angan-angan dan kerinduan untuk kembali ke dunia asal mereka.
Hati Akito yang lelah, serta impian Harumi dan Tatsuo serta teman-teman yang lainnya untuk pulang. Itulah yang mendorongnya untuk mengikuti turnamen ini, meski kematian adalah resikonya.
"Akito! Bangkitlah, terus berjuang untuk kami!" seru Harumi dari tribun.
Harapan Harumi, Tatsuo serta yang lainnya kepadanya begitu tinggi. Di pundaknya teremban tugas yang harus dia selesaikan.
"Enhance Power Up!"
Akito perlahan bangkit berdiri, matanya berubah menjadi merah. Aura emas menyelimuti sekeliling tubuh pemuda itu. Luminiere bercahaya, terang seperti bintang. Sedangkan, Khaos Cleaver menyeruakkan energi hitam yang pekat.
"Luminiere–Khaos sword skill: Forbid Release slash!"
Cahaya terang muncul menyinari segala sisi arena.
Garis panjang berwarna putih tercipta melewati tubuh Annem dengan kecepatan tinggi. Ruang terbelah kala Luminiere Akito ayunkan, energi pekat Khaos Cleaver memangsa segala macam hal yang dia tebas.
Angin bertiup kencang dan menghempaskan debu serta kerikil di atas arena. Cahaya menyilaukan itu perlahan redup dan menampakkan pemandangan yang menakjubkan.
Annem terdiam membeku, di depannya bekas tebasan tercipta membelah ruang yang ada. Energi hitam Khaos Cleaver tampak di sekujur tubuhnya.
Terlihat Akito telah berada di belakang anak itu seraya memegang kedua pedangnya.
"Hahaha... menyenangkan juga."
Annem berkata, dan melirik ke belakang.