Lina agustin adalah seorang siswa baru di salah SMA favorit di surabaya. Ospek baru saja berlalu, namun hari-hari Lina masih begitu padat. Semua ini dikarenakan dia mengikuti ospek ke dua, yaitu seleksi memasuki organisasi jurnalistik di sekolah. Seleksi ini dibilang cukup rumit, sekolah bekerja sama dengan majalah ternama di salah satu universitas paling bergengsi yang menjadikan calon anggota jurnalistik harus benar-benar mendedikasikan diri selain sekolah juga kepada jurnalistik.
"Ah..... ini adalah ospek kedua ku... " kata Lina cemberut.
"kamu juga siswa baru ya?" seorang gadis cantik namun tidak terlalu tinggi datang menghampiri Lina.
"ia... ah.., kenalkan namaku Lina" kata Lina seraya menjabat tangan gadis itu.
"hai.. Lina..., namaku Novi, aku juga siswa baru disini" tersenyum sembari menjabat uluran tangan Lina.
sejak saat itu Lina dan Novi berteman. Pertemuan semua anggota baru jurnalistik dengan para senior terjadi besok sore selesai pembelajaran.
"Lin, besok kita akan bertemu dan berkenalan dengan para senior. Bagaimana menurutmu?" tanya Novi.
"Menurutku biasa saja Nov"kata Lina cuek.
"Kamu tidak penasaran dengan para senior?" tanya Novi penasaran.
"Penasaran? tidak tuh" jawab Lina. "Memang ada apa dengan para senior itu Nov?" kata Lina bingung dengan kata-kata temannya.
"Kamu beneran tidak tau Lin?" tanya Novi tidak percaya temannya ini sangat cuek dengan lingkungan sekitarnya.
Lina hanya menggelengkan kepalanya. Tidak tau dan tidak mengerti apa yang dipikirkan temannya.
"Aduh Lina..., kamu jangan terlalu cuek dengan sekitarmu dong.., aku dengar ada senior kelas XI yang jenius di bidang jurnalistik. Bukan itu saja, dia terkenal karena ganteng dan tinggi bak artis korea!" seru Novi yang sangat bahagia.
Lina menggelengkan kepalanya lagi melihat tingkah laku temannya yg sangat lebay menurutnya.
Keesokan harinya Lina pergi ke sekolah bersama dengan Novi. Sepanjang jalan Novi selalu bercerita tentang kakak senior ganteng yg akan mereka temui nanti sore. Dilihat dari dia bercerita, Novi memberikan kesan seorang fans yg sangat mengagumi sang idola. Setiap kali dia menceritakan tentang kejeniusan dan ketampanan sang kakak senior rona wajah Novi benar-benar cerah dan merona. Lina hanya bisa tersenyum tulus mendengarkan celotehan temannya tersebut.
'apakah senior itu benar-benar setampan dan sejenius seperti yang Novi katakan? menurutku itu terlalu berlebihan' batin Lina.
Bel pertanda pelajaran akan dimulai pun berbunyi. Lina dan Novi bergegas duduk ditempat mereka masing-masing. Saat ini guru mata pelajaran Matematika sudah memasuki kelas dan memulai pelajarannya.
Lina sangat serius saat belajar. Dia sangat berusaha untuk memahami semua mata pelajaran. Dia ingin membuat Almarhum ibunya merasa bahagia di sana.
Tak terasa bel istirahat pun berbunyi semua siswa bergegas keluar dari kelas. Ada yg langsung nongkrong di kantin, ada yg bermain di lapangan, bahkan ada yg langsung menuju perpustakaan.
Novi menarik tangan Lina untuk segera ke kantin. Dia beralasan bahwa dirinya belum sempat sarapan tadi pagi.
"Lin.. kamu mau makan apa? biar aku traktir hari ini." kata Novi
"G udah deh Nov aku masih kenyang" tolak Lina dengan tulus.
"Beneran nih kamu g mau? aku traktir lo?" tanya Novi memastikan
"ia.., aku masih kenyang" jawab Lina.
"ya sudah deh. Aku pesan makan dulu ya. kamu tunggu disini jangan kemana-mana" perintah Novi.
Lina mengangguk. Novi langsung menuju ke tempat bu Sari untuk memesan makanannya. Disaat Lina sedang duduk sendirian di kantin, dari kejauhan ada sekelompok pria sedang duduk di taman. Tatapan mata mereka tertuju ke arah Lina.
"Bro lihat, cewek yg duduk sendirian itu. Bagaimana menurutmu?" Tanya Dio seorang cowok yg pintar, kulit sawo matang, wajah seperti orang Jepang dengan tinggi badan 179 cm lebih tinggi 4 cm dari pada Lina.
"Maksudmu Lina, Murid baru di tim Jurnalistik kita yo?" kata Frans cowok blasteran Inggris yg memiliki kulit putih dan tinggi 180 cm.
"kamu tau namanya?" tanya Dio kaget.
"ya jelas tau..., dia kan gadis yg udah nyuri perhatian si Andre sejak pertama kali daftar di tim. Ya kan Dre?" tanya Frans, namun cowok yang bernama lengkap Andre Purnama itu tidak menjawab. Pandangannya menatap lurus ke arah Lina. Wajah tampan, jenius dengan tinggi 185 cm, retina yang berwarna gelap, dan tubuh putih menambah kesan maskulin seperti artis korea.
Frans dan Dio saling berpandangan. Mereka kompak menggelengkan kepala mereka.
"Dre.., kali ini kamu serius kan?" tanya Frans. Dia tau sahabatnya yg satu ini sedikit playboy dan bisa dibilang tidak percaya Cinta sejati.
Andre mengangkat alisnya mendengar pertanyaan sahabatnya. Alih-alih menjawab dia alah tersenyum dan beranjak pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Dio dan Frans segera menyusulnya.
Disisi lain, Lina dan Novi sedang asik mengobrol setelah Novi menghabiskan 1 porsi bakso dan segelas es teh. Dia tidak menyadari tatapan Andre dan teman-temannya.