Chereads / Bukan cinta yang salah / Chapter 47 - Mencuri kesempatan

Chapter 47 - Mencuri kesempatan

"Aissshh" decak Hoon kesal "sudah ku bilang sana ke kamar mandi!" Risa jelas mendapatkan wajah merona Hoon, apa dia kedinginan? Batin Risa mengejek.

"Pakaian dalam mu terlihat jelas.." gumam Hoon membuat Risa terkejut, dia segera menundukkan kepala dan benar saja, bra berwarna pink jelas terlihat di bawah kaosnya yang basah, Risa berusaha menutupi dadanya dengan kedua telapak tangan, wajahnya merah padam, sekarang tanpa di suruh lagi, Risa segera berlari ke kamar mandi.

"Fiuuh" Hoon menghela nafas lega. "seharusnya aku bisa saja tak peduli, tapi bentuknya sangat mengganggu pikiran ku!" gerutu Hoon menahan tawa. Dia tertawa karena tingkah Risa dan lekukan gadis itu memang menawan, entah lah. Tapi Hoon jelas ingat jika Risa memiliki seseorang istimewa di dalam hatinya. Tawa kecil itu segera terhapus. Hoon meraih susu dan memanaskannya.

"Bagaimana menyalakan ini?" dengan bingung Hoon memilih milih tombol di kompor. "Kenapa tak ada keterangan lengkap di kompor ini, aku kesulitan harus menekan yang mana" Hoon meraih satu dari empat tombol power, hanya ada keterangan gambar saja di sana. Dia menekan beberapa kali dan api tak juga menyala. "Kenapa tidak menyala sih!" gerutu Hoon kesal bercampur bingung.

"Kau sedang apa!" suara Risa yang tiba tiba mengejutkan Hoon.

"Kau mengejutkan ku!" ketus Hoon dengan wajah kesal. Risa mengangkat bahu tak peduli, dia segera memutar knop kompor dan tara.. Menyala!

"Oh ternyata di putar bukan di tekan" ucap Hoon mencoba mengerti. "kau pikir ini layar sentuh!" tukas Risa mengejek.

"Di rumah ku semua layar sentuh sih!" balas Hoon tak mau kalah.

"Jangan sama kan istana mu, dengan apartemen ini!" sungut Risa memaksakan kalimat, dia tak mau kalah kata dengan Hoon, harga dirinya akan hancur. Sudah tadi memperlihatkan pakaian dalam, sekarang kalah karena peralatan yang dia kuasai ternyata sudah tidak di pakai di rumah Hoon. Apa dia sekaya itu? Batin Risa tak percaya, dia tidak tahu saja siapa kekasih ku! Dengan bangga Risa menyombongkan diri, di dalam hati. Dia hanya bisa sombong dan angkuh di dalam hati, kenyataanya Risa tetap memanaskan susu, membuat roti selai untuk sarapan kesiangan mereka. Cuaca dingin membuat keduanya lapar.

Risa meletakkan piring besar berisii roti selai dan susu hangat, keduanya bersiap menyantap makan pagi mereka.

Hoon serius menikmati menu seadanya, dia mengunyah dengan lahap, sepertinya Hoon sudah sangat lapar. Risa memperhatikan tingkah Hoon, dia menambahkan gelas kosong Hoon tanpa komando.

"Hoon.." panggil Risa pelan. Hoon menghentikan suapan dan menatap Risa heran, nada suara lembut dari bibir Risa membuat Hoon berpikir aneh.

"Apa!" jawab Hoon curiga, Risa mendelikkan mata, dia kesal dengan respon ketus Hoon.

"Kau memanggilku dengan nada seperti itu, kau membuatku merinding tahu!" Risa mengacuhkan kepalan tinju pada Hoon, keduanya terkekeh bersama.

"Ada apa?" tanya Hoon kemudian. Risa berpikir sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Mm.. Aku ingin bertanya padamu sebagai laki laki" Hoon mengangkat kepala, menyimak kalimat Risa.

"Seandainya kau punya pasangan dan dia berkhianat, kau akan memutuskan hubungan atau memperbaiki hubungan?" tanya Risa hati-hati. Hoon berpikir sejenak lalu mengigit kembali roti di tangannya.

"Meninggalkan!" jawab Hoon singkat

"Kenapa?" tanya Risa menyelidik

"Karena sudah berkhianat, lagian wanita bukan cuma dia saja kan!" ah, jawaban Hoon terlalu logis, dia hanya berpikir tanpa perasaan.

"Memangnya kau tak ingin tahu kenapa pacar mu berkhianat? Pasti ada alasannya kan!" Hoon menggeleng menjawab pertanyaan Risa, lagian menu di meja makan lebih menggiurkan daripada pembahasan yang mereka bicarakan.

"Kau setidaknya bertanya dulu sebelum memutuskan untuk meninggalkan" ujar Risa kemudian "kalau kau mencintai kekasih mu, bukannya cukup sulit untuk langsung pergi meninggalkan, apalagi jika kalian sudah menjalin hubungan begitu dalam" Risa masih ingin mendengar jawaban Hoon sebagai laki-laki, perihal kejadian tadi, saat Amar dan Bunga memutuskan semobil lagi, itu mengganggu pikiran Risa, dia tak bisa mengerti kenapa harus seperti itu, harusnya Bunga logis, tapi nyatanya dia malah terhanyut, Risa takut jika hal seperti itu juga akan menimpanya, Risa ingin mencari tahu bagaimana menghadapi situasi sulit seperti Bunga tadi.

"Kau yakin akan meninggalkan hubungan kalian begitu saja!" Risa masih terus berbicara walau Hoon jelas tak tertarik.

Hoon menghela nafas panjang.

"Kau sedang ngomongin apa sih, satu roti pun belum habis di tangan mu!" omel Hoon menunjuk roti Risa yang tak banyak berkurang.

"Aku cuma bertanya" gerutu Risa kesal.

"Kau bertanya pada orang yang salah!" ketus Hoon, mata Risa membesar tak percaya. " ya, kau benar!" lanjut Hoon memalingkan wajah. "Aku belum pernah menjalin hubungan serius, aku tidak pernah terlibat dengan seorang gadis, jadi aku tidak tahu perihal aneh semacam itu!" Risa tertawa, semakin membuat Hoon marah. Dia melempar serpihan roti ke arah Risa.

"Jadi kau belum pernah pacaran?" tanya Risa, Hoon mengangguk pelan, wajahnya merona merah, ah, harga diri sebagai laki laki seketika hancur di hadapan Risa, batin Hoon berteriak kesal.

"Jadi, kau tak punya kekasih?" Hoon mengangguk

"Kau tak pernah pacaran sekalipun?" Hoon mengangguk lagi. Risa tertawa kecil

"Upss.." dengan wajah meledek Risa menutup mulutnya. Dia berusaha menghentikan tawa. Hoon mendelikkan mata kesal.

"Jadi, kau bahkan belum pernah berciuman?" pertanyaan Risa membuat Hoon menatap tajam. Risa menyadari ada yang salah dengan kata katanya, dia salah tingkah sendiri dan segera menyeruput susu di hadapannya. Hoon masih terus menatap Risa, tatapan yang mengandung banyak arti, walau berusaha menghindari tetap saja tatapan Hoon mengganggu konsen Risa.

"Kau tak percaya?" tanya Hoon, risa tak mau peduli, dia segera membereskan piring dan gelas di atas meja, dia buru buru mengangkat menuju wastafel. Telapak Hoon menahan punggung tangan Risa. dia menggenggam, membuat dada keduanya berdebar kencang. Hoon bangkit dari kursi dan mendekati Risa.

Tatapan matanya tak berubah, masih saja tajam seperti menguliti wajah Risa, meski terus menghindar, Risa akhirnya kalah dan membalas tatapan mata Hoon dengan ragu. Hoon mendekatkan wajah mereka perlahan lahan, memangkas jarak antara keduanya hingga menyisakan sedikit di antara hidung mereka. Hembusan hawa panas mengenai kulit masing masing, nyaman. Hoon menyoroti mata Risa dan gadis itu seperti membatu. Telapak mereka masih saling bertaut, walau Hoon Menggenggam erat Risa tak membalas tapi juga tak menolak. Sorot keduanya yang berbeda, Hoon menatap tajam penuh arti, sementara Risa pasrah tak bisa menghindari, kedua bibir saling bergetar seakan saling mengerti apa yang selanjutnya Terjadi.

"Aku merindukannya.." kalimat itu terbayang di kepala Hoon, kalimat rindu dan wajah sendu Risa, dia menarik kepala nya segera, menjauhi Risa.

Hoon menjatuhkan diri di sofa. Risa menghela nafas lega. Tadi itu begitu dekat, hampir saja. 

Risa memegang dadanya yang berdebar, memegang wajahnya yang panas dan pasti merona merah. Hoon melirik sejenak ke arah Risa yang sibuk mencuci piring.

"Aku bilang belum pernah mencium wanita, kau lihat kan!" Risa tak berani menjawab, dia bahkan tak berani membalas lirikan Hoon, Risa berpura pura fokus pada Pekerjaannya.

Hoon melirik sekali lagi. Ah Risa mengingatkan nya pada sosok mama nya yang sudah lama meninggalkan, Hoon tersenyum. "walau jelek dia wifey material banget!" gumam Hoon berpura pura fokus pada layar ponselnya.

****

Kirimkaj review bintang lima, komentar, dan hadiah kalian yaa..

Hoon bucin buciin bububu ciciciiiinnn...