"Hoon.. Hoon.. Cepat ambil ini dan berikan pada papa!" pinta Eun kecil sambil berlari menghindari kejaran mamanya, saat itu mereka masih duduk di sekolah dasar, Eun dan Hoon sedang menjahili mama, mereka mengambil sendok besar dan berkeliling rumah menghindari tangkapan mamanya. Hoon mengikuti perintah Eun, dia menyambar sendok besar dari tangan Eun dan lolos dari bawah kaki mama nya yang mengejar sembari tertawa riang. Kenangan hangat yang indah, Hoon masih mengingat jelas kenangan indah terakhir dalam keluarganya. Semua itu saat mamanya masih hidup, saat Eun dan Hoon masih bisa bermain bersama.
Tuan Jung dan Hoon bermain ps, sesekali keduanya ribut karena permainan yang tidak seimbang, Eun ikut bergabung di tengah, mengacaukan, hingga akhirnya Hoon dan Eun terlibat adu mulut, membuat tuan Jung tertawa lucu. Mama sibuk menyiapkan makanan di meja, dia mempersiapkan banyak makanan yang di masaknya sendiri, mama memanggil satu persatu hingga semua kompak menoleh.
"Papa, Eun, Hoon.. Mari makan.." suara lembut mama terus terngiang berulang ulang. Mereka duduk mengitari meja makan, saling berbagi cerita dan tawa, saling menjahili dan mengelus lembut, mama yang tertawa riang, papa yang penuh kata kata jahil, Eun yang ceria dan Hoon yang manja, semua kenangan indah itu, terus berputar dalam ingatan Hoon, dia merindukan semua itu.
Risa mengambil sesendok bubur yang masih mengepulkan asap panas, tak lama setelah Hoon bangun atau lebih tepatnya tersadar. Dia sempat mengigau dalam tidurnya.
"Kau bisa duduk?" tanya Risa sambil membimbing Hoon untuk bangun, aroma sedap dari mangkuk di meja membuat Hoon tersenyum. Wajahnya pucat, tatapannya masih sayu. Hoon mencoba untuk duduk dengan sisa tenaga yang kian lemah.
Risa meraih lagi sendokan bubur yang tadi urung dia suapkan. Risa meniup suhu panas bubur sebelum menyodorkan nya pada Hoon.
Hoon tersenyum, dia melihat raut wajah mamanya di wajah Risa, wajah lembut penuh cinta, Hoon tak bisa berhenti menatap wajah Risa dengan matanya yang sendu.
Risa tak menyadari tatapan Hoon, dia sibuk meniup bubur di depan mulutnya, ini baru saja matang, Risa bahkan tak sanggup menahan bawah mangkuk, dia menggunakan talenan untuk alas mangkuk.
Hoon masih enggan mengalihkan pandangan matanya, dia terus menatap Risa, gadis yang menyiapkan makanan, yang sering terlibat adu mulut, dan selalu menemaninya selama disini. Hoon sadar akan debaran kencang di dadanya. Dia bahkan segera turun saat tahu Risa akan kehujanan. Dia sangat mengkhawatirkan Risa. Hoon rela tidur di sofa, padahal dia tak pernah melakukannya seumur hidupnya, hanya Risa yang membuatnya melakukan hal konyol ini. Apapun yang Risa suruh, Hoon berusaha mengerjakan walau lebih sering gagal. Sebelumnya tak satupun orang yang bisa menyuruhnya, tak satupun orang yang bisa memerintah Hoon, bahkan tuan Jung harus menyewa asisten melaporkan semua kegiatan Hoon karena bagaimanapun anak ini tak bisa di bantah. Hoon banyak berubah. Risa membuat Hoon merasa nyaman, Risa seperti kehangatan yang hilang. Hoon menemukan tangan lembut, bibir cerewet, teman yang menenangkan. Risa seperti mama nya, yang sudah lama pergi. Hoon tak bisa lagi membendung perasaannya. Semua rasa seolah mendesak di dada, menyeruak ingin keluar. Kedua tangan Hoon terangkat, dia menggenggam pangkal lengan Risa, menyadari sentuhan lemah di lengannya Risa menatap Hoon.
"Ada apa?" tanya Risa bingung. "Apa kau merasakan sesuatu?" tanya Risa panik. Dia meletakkan lagi mangkuk ke meja, memeriksa dahi Hoon. Masih sangat panas.
"Maafkan aku.." ujar Hoon lemah, seperti sinar matanya yang juga redup. Hoon mendekatkan kepala ke wajah Risa, mata sayu Hoon tampak jelas di mata Risa, dia hanya tak mengerti apa yang akan Hoon lakukan, pria ini sangat lemah kini.
Cupss..
Hoon mendaratkan bibirnya di atas bibir Risa, panas, rasanya panas. Seolah mengalirkan suhu tubuh Hoon. Risa hanya bisa bengong, membatu, kepala nya tiba tiba blank, kosong! Hoon menciumnya? Risa tak membalas tapi juga tak menolak. Bibir Hoon terasa kering dan panas, uap mulutnya menerpa kulit wajah Risa dan lebih panas lagi daripada bibirnya. Tubuh Hoon terjatuh di atas tubuh Risa. Membuat risa segera tersadar dari pikiran kosongnya. Hoon tak merespon gerakan Risa.
"Hoon!" panggil Risa kian cemas. Dengan penuh tenaga Risa mencoba merebahkan Hoon kembali ke sofa.
"Zzzzz" suara dengkur Hoon membuat Risa kesal.
"Dia tertidur?" ujar Risa tak percaya.
"Aah, apa sih yang dia lakukan!" geram Risa kesal. Setelah menciumku dia tertidur? Bahkan bubur yang sudah ku persiapkan pun belum di makan! Risa menggeleng kan kepala kesal.
Risa beranjak dari posisi jongkoknya. Dia memeriksa dahi Hoon dan sudah mereda, Risa tersenyum kecil, dia menatap lantai dan menyembunyikan senyuman senangnya, dada Risa berdebar kencang, ujung jarinya menyentuh bibir meyakinkan jika tadi sungguh Hoon telah menciumnya. Mengingat sentuhan bibir kering dan panas membuat Risa tersadar. Dia segera beranjak dan menghentakkan kaki.
"Bisa bisanya dia menciumku!!" geram risa marah. "Awas aja kalau kau bangun!" ancam Risa, dia mengacuhkan kepalan tangan ke arah Hoon.
Risa membereskan rumah, mencuci piring dan mengepel lantai sambil sesekali memperhatikan Hoon, Risa merasa lega menyadari suhu tubuh Hoon perlahan turun. Padahal dia belum minum obat, tapi demamnya sembuh dengan sendirinya, Risa mengangkat bahu tak mengerti, yang penting Hoon sudah kembali sehat, risa menghela nafas lega.
Rasanya sepagi ini sudah banyak sekali kejadian yang Risa alami, bertemu Bunga, mandi hujan, mengajukan pertanyaan sensitif, Hoon yang menjemputnya dan sekarang demam. Risa melirik Hoon dan merasa lega karena keringat dingin sudah tak tampak lagi pada wajah Hoon, raut wajahnya pun sudah lebih segar. Risa beranjak dari ruang depan menuju kursi makan. Dia sudah menyiapkan beberapa masakan untuk makan bersama Hoon. Risa meregangkan otot, merebahkan kepala berbantal pergelangan tangan, Risa tertidur di kursi meja makan.
***
POV Hoon
Aku bisa melihat jelas jerih payahnya, dia seharian merawat dan mengerjakan pekerjaan rumah. Aku sangat bersyukur Risa yang menemaniku selama di sini, aku gak mengerti kalau itu bukan Risa. Dia melakukan apapun dengan tulus, dia gak pernah berpikir buruk pada orang lain, bagiku Risa gadis yang istimewa. Akh mengingat bagaimana wajah terkejutnya tadi. Ya aku sudah tak bisa membendung perasaan ku, aku sadar telah menciumnya. Aku sadar aku telah jatuh cinta padamu. Kau mengingatkan ku akan rumah lama kami, akan keluarga hangat yang sudah hilang. Kau membuatku kembali merasakan bagaimana memiliki teman hidup yang benar an hidup. Kau terkadang tertawa, tersenyum dan marah. Kau memberi warna dalam hidupku selama di sini. Kau seperti mama ku, dia juga selalu membuat keluarga kami berkumpul dan ceria, aku merindukanmu. Sangat merindukannya.
Aku melangkah mendekati meja makan dimana Risa terlelap dengan posisi tak nyaman, Hoon menggendong Risa seperti sebelumnya.
Menyadari kau sudah memiliki kekasih sungguh sulit, aku ingin egois tapi kau begitu mencintainya. Kau tak pernah membuat wajah sedih, tapi kau merindukannya dengan raut wajah yang begitu kehilangan, aku tahu wajah seperti apa itu. Dulu papa juga begitu, beliau sulit menerima kepergian mama. Kami sulit menerima kepergian mama. Separuh semangat hidup seakan hilang saat mama tak lagi bersama kami. Rumah ceria seakan berubah dingin. Candaan dan tawa seakan padam untuk selama lamanya. Hanya ada keributan, pertengkaran antara kami bertiga, hingga Glen hyung hadir, dia bisa merebut hati Eun nuna, dia bisa mendekati papa, dia mencoba menjalin kembali hubungan kami yang sudah lama merenggang. Glen hyung membantu membangun kembali keluarga yang runtuh, meski tak bisa seperti sedia kala setidaknya itu lebih baik daripada pertengkaran dan perdebatan yang setiap hari ku dengar. Entah sejak kapan nuna dan papa selalu saja bertengkar setiap kali bertemu.
Kau pasti lelah menghadapi ku, banyak pelayan menyerah saat mengurusku dulu, papa sampai beberapa kali mencari pelayan di internet. Aku memang tak bisa melakukan apapun, meski nuna menyebalkan tapi aku mengakui kalau nuna jauh lebih cerdas dan sukses, nuna yang menyebalkan itu memang sedikit membanggakan.
Sementara aku? Kurasa aku harus mencari sesuatu untuk masa depanku nanti. Aku memeriksa suhu tubuh Risa, sepertinya dia memiliki kekebalan tubuh ekstra, meski aku menciumnya dalam keadaan demam tapi suhu tubuhnya normal saja. Risa hanya perlu beristirahat, dia terlalu lelah hari ini.
Aku membetulkan posisi Risa, biarkan dia menikmati tidur siangnya. Aku mengelus dahi nya sebentar, ingin sekali lagi meninggalkan kecupan di sana, tapi aku berusaha menahan diri. Sadarlah Hoon, Risa sudah memiliki kekasih! Batinku terus mengingatkan. Ya aku harus sadar diri. Aku bangkit dari ranjang, meninggalkan risa yang tertidur pulas.
Aku kembali ke belakang, memeriksa apa yang bisa aku bantu kerjakan. Risa sudah memasak dan mencuci piring, dia tadi juga sudah mengepel. Apa yang harus aku lakukan lagi? Aku melihat keranjang baju kotor, mungkin aku harus mencuci pakaian? Baiklah, aku harus mencari tahu terlebih dahulu. Membuka browser, mengetik, bagaimana cara mencuci pakaian.
Aku membaca dengan seksama langkah langkah mencuci pakaian di layar ponsel.
"Baiklah kalau begitu!" ayoo semangat!
***
Yakin Hoon bisa membantu pekerjaan Risa? Pengen tau kelanjutan pasangan baru Glen dan Eun, mereka sudah memiliki rencana lain. Kirimkan komentar, review bintang 5 dan hadiahnya, supaya novel ini bisa mendapat sedikit perhatian kalian.. trims..