Bos Glen membuang pandangan dan menelan ludah.
"Eh.." Risa mencoba mencari kata-kata. Tapi suaranya malah mencuri perhatian bos Glen. Sekali lagi mereka saling menatap dalam. Suara bergetar di dada masing-masing terasa amat jelas dan semakin kian jelas.
Kkkriiiuuuuuu…
Risa memejamkan mata menyadari suara perutnya yang jelas terdengar.
"Hahahaaaa..!!" Bos Glen tertawa pecah. Risa menahan wajahnya yang merona merah. Duh, ini memalukan sekali. Bos Glen sampai kesulitan menghentikan tawanya. Pria itu sungguh terhibur dengan suara perut Risa. Baiklah setidaknya itu lebih baik daripada momen akward mereka tadi. Risa menahan senyum. Pada akhirnya dia pun ikut tertawa.
Kedua tangan bos Glen bertengger di pundak Risa. Pria itu sedikit mendorong Risa hingga duduk di kursi kayu. Dengan cepat bos Glen menuangkan nasi goreng ke piring. Pria itu menambahkan potongan tomat dan telur dadar di atasnya. Semua sudah dirasa pas. Glen segera menaruh dua piring di meja makan. Satu di depan Risa. Satu lagi untuknya. Tentu saja!
"Lucu sekali" ucap Risa mendapati saos di atas telur dadarnya dibuat menyerupai mata dan senyum
"Mari kita makan" ajak bos Glen tak sabar mencicipi masakan Risa
Mereka berdua berdoa sesaat lalu bersiap menyendok. Alangkah terkejutnya Glen merasakan masakan Risa diluar ekpektaksi nya. Yah, ini diluar dugaan Glen. Risa sampai bingung harus memasang wajah seperti apa melihat reaksi bos Glen.
"ini enaaak sekali!" dengan cepat Glen menyuap tanpa jeda. Risa memperhatikan dengan seksama. Melihat Glen yang sangat cepat menikmati makanannya membuat Risa khawatir.
"Bos, makan perlahan, nanti tersedak" ujar Risa mencoba menghentikan sendokan cepat Glen. Melihat wajah perhatian Risa membuat Glen sadar.
"maaf, ini enak sekali. Saya jadi lupa diri" ujar Glen lalu menikmati kembali makanannya dengan sedikit lebih santai. Risa merasa senang mendapati pria dihadapannya menyukai masakannya. Daripada rasa makanan ini. Melihat tingkah bos Glen justru lebih mencuri perhatian Risa. Entah dia sadar atau tidak. Risa terus memperhatikan tingkah bos Glen.
Risa melebarkan senyumannya. Bos Glen yang dewasa terlihat seperti anak-anak yang gembira karena mendapatkan permen. Risa tersenyum sendiri. Dia terhibur dengan tingkah lucu bos nya itu.
"Saya suka Risaaaaa!!!" Teriak bos Glen. Risa melebarkan matanya. Dia tak percaya dengan teriakan barusan. Risa semakin tak mengerti ketika bos Glen berkali kali mengulang kalimatnya.
"Saya suka Risa, suka sekali, Risa pintar, saya suka!" Risa mengerutkan dahi tak mengerti. Kalimat barusan terdengar sangat ambigu. Risa paham jika bos Glen tak fasih berbahasa Indonesia. Tapi kalimat barusan membuat badan Risa panas dingin seketika. Gadis itu seperti sedang menerima pernyataan cinta dari pria tampan impian gadis jaman now. Siapa yang akan menolak jika sosok tampan, menawan dan kaya seperti bos Glen ini.
"sst.. bos, mungkin maksud bos, suka masakan Risa kan!" Risa berusaha meralat kalimat bos Glen. Tapi pria itu bangkit dari duduknya dan segera membungkuk mendekati wajah samping Risa.
"tidak. Saya suka Risa!" ujarnya jelas
Deg.. Deg… Deg..
Jantung Risa berdetak kencang. Kalimat barusan? bagaimana mungkin. Risa tak mau percaya begitu saja. Ish ini lelucon konyol. Tapi jika pria tampan seperti ini yang membuat lelucon tentu saja membuat Risa ge-er
"Bos, sepertinya sudah selesai makan. Biar saya bereskan" dengan kikuk Risa meraih piring bos Glen. Tapi tangan kekar Glen segera menangkap tangan Risa.
"Risa, saya suka wanita sepertimu"
Risa hanya bisa mematung. gadis itu mencoba membalas tatapan serius wajah bos Glen. Tangan mereka yang bersentuhan. Glen mempererat tangkapan tangannya. Wajah tampannya menatap lurus ke dalam bola mata Risa. Pria itu jelas bisa melihat tingkah gugup gadis dihadapannya ini. Ya, Glen merasakan jika Risa juga menyukainya. Secepat ini? iya. Glen menyukai semua tentang Risa walau baru sesaat saling mengenal. Glen percaya Risa tak akan menolaknya. Dia tak pernah ditolak wanita seumur hidupnya.
"Boss…" Suara Risa tertahan saat telunjuk Glen menempel di bibirnya. Mata mereka yang bertemu. Saling menatap lama.
"Saya suka wanita ceria dan lucu. Saya suka wanita bisa memasak dan menyenangkan. Saya suka Risa" Mulut Risa hanya bisa menganga. Dia tak sedang bermimpikan. Wajah serius bos Glen membuat Risa semakin yakin jika semua ini nyata. Tangkapan tangan Glen di punggung tangannya. Genggaman yang semakin erat membuat panas telapak tangan bos Glen seolah menjalar memenuhi tubuh Risa. Membuat gadis itu berdesir hebat dan merinding.
"Saya suka wanita sepertimu"
Risa tak bisa berkata-kata. Saat kepala bos Glen kian dekat di depan wajahnya. Mata dengan sudut tajam yang kecil. Hidung mancung dengan bentuk sempurna. Bibir tipis berwarna merah jambu alami. Risa tak mengerti apa yang sedang mereka lakukan. Yang Risa tahu saat ini di dalam dadanya bergemuruh hebat. Jantungnya berpacu cepat. Aliran darah terasa kian deras. Dan aroma dari tubuh di hadapannya ini begitu menggoda dan menyenangkan. Risa menarik nafas dengan hati-hati, dia menikmati wangi tubuh bos Glen. Apa dia akan menciumku? harap batin Risa sedikit takut dan gugup.
Glen menarik bibir tipisnya, dia tersenyum.
"Kamu wanita yang sempurna dimata ku" bisik bos Glen di telinga Risa. Gadis itu seketika meremang. Apa-apaan tadi. Bos Glen memujinya dengan suara selembut itu. Risa mengelus kedua pangkal lengannya, dia merinding. Takut? entahlah, ada rasa gembira di hatinya.
Bos Glen segera beralih pada piring kotor di meja. Pria itu segera memakai sarung tangan karet, dia bersiap mencuci piring.
"Biar aku saja bos" pinta Risa segera berdiri di sisi bos Glen menghadap wastafel. Tapi pundak pria itu segera menggeser tubuh mungil Risa.
"Kau sudah memasak, biar aku yang mencuci piring" balas bos Glen sambil memicingkan matanya. Risa menahan senyumannya. Apa-apaan lagi itu. Ketampanan dan kelembutannya juga belum lengkap, tadi dia memasang wajah yang imut. Pria ini terlalu sempurna untuk seorang manusia, puji Risa dalam hati.
***
Risa heboh sendiri. Dia melompat ke atas kasur. Bergelut dengan selimutnya. Kakinya tak henti menghentak hentak permukaan kasur. Gadis itu gregetan sendiri.
"aaahhhhhk!!" Teriak Risa kasmaran. Dia kembali bertingkah tak karuan hingga seprai dan selimut ranjangnya tak berbentuk lagi. Risa menghentak hentakkan tak hanya kedua kakinya. Kedua tangannya juga terus menepuk permukaan kasur. Dadanya masih terus bergetar hebat.
"aiishh.." Risa mengangkat wajahnya sebentar. Lalu tenggelam lagi ke dalam permukaan kasur. Bagaimana tidak. Gadis itu gregetan sendiri dengan tingkah salah tingkah yang berusaha di tahan nya dari tadi. Ya. Risa dan bos Glen across the line. Mereka melewati batas sebagai rekan kerja. Keduanya melewatkan makan siang bersama. Lagi.
"Ah bos Glen sempurna sekali. Dia tampan, baik, lembut dan menggemaskan!" gumam Risa terpesona
Risa bangkit dari posisinya. Gadis itu duduk bersimpuh di atas ranjang. Wajahnya yang bersemu kini termenung. Gadis itu kembali membayangkan wajah bos Glen yang lembut saat mendekati wajahnya. Bibir yang tipis dengan sudut tajam. Ahh.. Risa gila sendiri. Ya gadis itu sepertinya gila karena mengharapkan ciuman dari pria itu.
"Kupikir dia tadi akan menciumku" wajah Risa kian memerah. Sepertinya pesona bos Glen sudah merasuki hati Risa. Semua tentang pria itu terasa panas dan terus membekas di memorinya. Bagaimana tidak. Ini cinta pertama Risa. Ya, Risa sudah jatuh hati pada bis Glen
"Ah, bos Glen benar-benar tampan. Ramah. Lembut dan perhatian" Raut wajah gadis itu berubah datar. Jangan sampai bos Glen melihat wajah polosnya yang seperti ini -dia terlalu cantik dan menggemaskan. Jika pria melihat wajah cantiknya dengan pikiran mengambang seperti ini. Mereka pikir Risa sedang penuh hasrat. Risa memiliki wajah yang bisa membangkitkan gairah jantan pria secara instan. Dia tak menyadari jika Risa salah seorang gadis populer di kantornya. Hanya saja gadis ini terlalu fokus pada pekerjaannya. Dia belum pernah jatuh cinta seperti ini.
Risa menepuk kepalanya sendiri. Dia sungguh lepas kendali tadi. Mengingat betapa dekatnya wajah mereka tadi membuat bibir Risa terus mengukir senyum.
"Ah, bos Glen.. Aku cinta padamu!" Teriak Risa dengan suara tertahan. Tubuhnya jatuh ke kasur. Dia tak bisa melupakan wajah tampan bos nya. Klien barunya sungguh membuat Risa terlena.
Tok.. tok.. tok
cklek!
Wajah rekan kantornya mengejutkan Risa. Sebisa mungkin Risa membuat wajah biasa. Dia merapi kan sisi rambutnya yang berantakan. Dia tak mau ada yang menyadari kasmarannya saat ini.
"Ris, lu ga rapi-rapi?" Risa mengerutkan dahi mendengar pertanyaan heran rekan kantornya. Temannya itu menyapu ruangan Risa. Tak ada tanda tanda tas yang siap dibawa bepergian. Risa mengikuti sorot penasaran temannya yang menatap sudut kamar.
"Lu ga ikut ke puncak?" tanya rekannya sekali lagi. Risa terkejut sesaat lalu menggeleng.
"ah ga seru. Ikut dong!" Rengek rekannya. Risa bingung harus jawab apa. Tubuhnya sungguh lelah karena tadi membantu membersihkan rumah bos Glen. Dia bahkan memasak dan.. ah lupakan. Risa merasa enggan ikut acara party department kantornya di luar kota.
"Aku pengen ikut tapi badan ku cape baget" Risa memberi alasan. Dia memijat pundaknya sendiri. Rekan nya itu bukannya menyerah malah ikut masuk dan duduk di sisi ranjang kamar Risa.
"Lu ngapain sih repot-repot bantuin bos itu" ujar rekannya khawatir. Dia membantu Risa memijat bahunya. Risa menggertakkan tulang lehernya. Gadis itu memang lelah. Mungkin menahan pesona tak berujung dari bos Glen siang tadi membuat otot nya pegal.
"gue denger orang Korea tuh perfeksionis. Mudah marah. Banyak maunya" pendapat rekan Risa asal. Risa mengangguk angguk kecil. Dia hanya mendengarkan saja pendapat rekannya itu. Anggaplah itu usaha temannya untuk menghibur Risa.
"Dia sih ganteng. Tapi ganteng aja ga cukup shay. Lu harus sabar-sabar ya Ris" Risa hanya mengerutkan dahi. Bos Glen tidak seperti itu bisik hati Risa menyanggah. Tapi kepalanya manggut-manggut saja.
"Berhubung doi klien lu. Nih work sheet bagian gue. Tolong minta acc sama doi ya beb"
Risa hanya bengong mendapati lembaran pekerjaan di tangannya. Ada desain pant dengan varian Fabric yang belum di tanda tangani bos Glen. Bukan nya worksheet ini sudah seharusnya selesai? Risa tak percaya. Kenapa masih ada yang dipegang oleh bagian merchandiser? harusnya semua sudah ditandatangani klien. Pasti Bunga teledor lagi. Risa seketika kesal. Pantas gadis itu membantu memijit punggungnya. Ternyata ada yang dia inginkan.
"Bungaaa!!"
Teriakan Risa dibalas tawa cekikikan dari balik daun pintu. Bunga sudah kabur lebih dulu.
"Thanks Ris. Byeeee…!!"
"Byee.. Risaa!!" sahut yang lainnya menimpali.
Risa segera meraih handle pintu. Dia mendengar suara sandal menuruni tangga tanpa bisa melihat lagi sosok rekan-rekannya.
"Woooiii!!" Tak ada sautan dengan teriakan kesal Risa. Mereka sudah pergi meninggalkan mess. Tersisa Risa seorang kini. Niat selonjoran dan rebahan full time harus ter-distrak oleh lembaran worksheet di tangannya.
"ish!!" Risa berdesis kesal.
Bagaimana tidak. Dia harus meminta tanda tangan bos Glen di akhir minggu. Bahkan ini bukan jam kerja. Belum lagi tanggung jawab karena keteledoran pekerjaan ini. Semua harus beres karena senin pagi akan ada rapat setiap divisi. Bagaimana bisa Bunga teledor seperti ini. Bahkan ini bukan kali pertama. Gadis itu harus bertanggung jawab senin nanti! janji Risa menahan amarah. Sekarang, bagaimana pun menjadi tugas Risa untuk menghadap bos Glen. Damn! tadi dia bahkan di ambang batas menahan diri. Lalu bagaimana dia harus berhadapan lagi pada bos Glen. Bagaimana dia harus bersikap setelah menyadari perasaanya. Risa galau sendiri.
"Inikan malam minggu. Apa bos Glen tidak ada rencana lain?" Risa menggaruk kasar kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung sendiri menatap work sheet di tangannya.
"Akkkhh!! sumpah Bunga rese!"..