***
Risa baru saja menyelesaikan ritual mandi sorenya. Dia mengoles handbody dengan cepat dan asal. Rambut panjangnya bahkan tak sempat di sisir. Risa mengikat bulat di atas kepalanya. Dia menghadap kaca meja rias. Menyadari wajahnya yang pucat Risa bergidik sendiri. Tangannya meraih lip balm dengan warna pink. Sebelum memoles bibir mungilnya Risa menatap bibirnya di kaca.
Dia tersenyum sendiri mengingat ciuman yang dia bayangkan tadi siang bersama bos Glen. Saat kepala bos Glen begitu dekat dengannya, saat bibir pria itu begitu mencuri mata Risa, dia mengharapkan sebuah ciuman. Walau ternyata tidak ada! Risa mencoba membuang memorinya sesaat. Dengan cepat dia memulas lip balm dan mengulum bibirnya. Risa menambahkan sedikit pada bagian pipi. Ya dia rasa wajahnya terlalu pucat. Warna pink lipbalm dengan oil di pipinya membuat wajah polos gadis itu berubah merona dan berkilau. Gadis dengan kulit putih bersih tak memerlukan banyak polesan. Dengan begitu saja sudah membuat wajah pucat Risa berubah semakin mempesona.
Kaos putih polos dengan bordir nama perusahaan di punggungnya. Celana legging hitam sangat pas untuk kaki rampingnya. Dengan ragu Risa meraih worksheet yang ditinggalkan Bunga. Risa meneliti tiap tulisan di sana. Dia mengecek sekali lagi. Desain celana pendek. Empat macam warna Fabric yang akan digunakan. Perkiraan ukuran dan pemakaian untuk menentukan batas harga. Risa yakin semua sudah terisi dengan baik. Gadis itu menarik nafas panjang. Dia melirik jam di dinding. Pukul setengah tujuh malam. Mungkin masih pantas untuknya bertamu. Risa menguatkan tekad.
Sekali lagi Risa menatap bayangan tubuhnya di cermin. Kenapa dia begitu peduli dengan tampilannya kali ini. Biasanya dia sangat cuek dan polos dalam berpakaian. Risa mengkeyit kan dahi. Dia sendiri tak mengerti kenapa dia harus memperhatikan penampilannya sebelum menemui bos Glen. Risa menggelengkan kepalanya lalu meraih sendal jepit dan mulai meninggalkan ruangannya. Gadis itu menarik handle pintu. Menuruni anak tangga dan menutup pintu besar gedung mess nya.
Suasana sepi karena penghuni mess menghabiskan waktu weekend mereka dengan kesibukan di luar pekerjaan. Ada yang pulang ke rumah. Ada juga yang menghabiskan waktu nongkrong bersama teman. Yang pasti hampir semua rekan Risa bergabung ikut berlibur di puncak. Sisa Risa sendiri di gedung mess nya. Langkah cepat Risa mempersingkat waktu jarak tempuhnya. Kompleks rumah tamu perusahaan juga sepi. Kebanyakan klien memilih apartemen atau hotel untuk tempat tinggal mereka. Dari tiga rumah yang disediakan hanya bos Glen saja yang mau tinggal di sini.
Risa mengetuk pintu perlahan
"permisi.." ujar gadis itu sembari melongok ke celah tirai jendela kaca. Dia tak mendengar jawaban ataupun derap langkah seseorang yang akan membuka pintu. Risa sedikit tak sabar. Tangannya memutar handle pintu. Dan ternyata tak terkunci. Risa mengintip ragu.
"Bos.." panggil Risa sekali lagi. Tak ada sahutan.
"Sesuatu terjadi kah?" Risa tak percaya melihat koper yang mengeluarkan isinya di lantai. baju-baju yang berantakan. Sesuatu terjadi di sini? mana mungkin. Risa tahu betul jika satpam jaga di pos depan tidak akan lengah. Apalagi untuk menjaga keamanan tamu perusahaan. Lalu kenapa semuanya berantakan? Risa menggaruk kepalanya. Dia sendiri bingung dengan pemandangan di bawah kakinya. Gadis itu sudah masuk tanpa izin mpunya.
"Bos.." sekali lagi Risa ingin memastikan jika tak ada hal buruk yang terjadi pada bos Glen. Masih tanpa sahutan. Risa berjongkok. Tangannya mencoba memasukkan isi koper asal. Dia akan melintasi ruangan dan memeriksa ruangan lain tapi pakaian yang berserakan menghalangi jalannya. Baru sebentar Risa meraih baju-baju di lantai.
Sepasang kaki dengan selop plastik mengejutkan Risa. Dengan ragu gadis itu menaikkan pandangannya. Dia tak bisa berkata-kata mendapati sosok bos Glen dengan handuk di pinggangnya. Bos Glen menatap Risa. Keduanya terlihat bingung dan terkejut.
"Haaa!!" Risa menutup mulutnya yang menganga. Bos Glen hanya membesarkan matanya tak percaya jika gadis ini sudah di dalam rumahnya lagi. Risa memutar badannya. Dia tak berani menatap tubuh bos Glen yang terbuka. Pria itu hanya menggunakan handuk menutupi pinggang ke bawah. Sementara dada bidannya terbuka dengan rintik air yang tersisa. Ya ampun. Risa memejamkan matanya cepat. Jantungnya seperti mau copot.
"Risa" panggil bos Glen tak percaya jika itu benar Risa.
"Kamu sedang apakah?" tanya bos Glen bingung. Risa menyadari kesalahannya. Bukannya dia masuk tanpa permisi. Pantas saja wajah Glen sangat terkejut tadi
"Ma, maaf bos. Aku masuk tanpa ijin. A, aku ada perlu denganmu" jawab Risa terbata. Dia masih tak berani membuka matanya.
Bos Glen meraih handuk satu lagi. Dia mengeringkan rambutnya.
"Kamu duduk dulu. Mau kopi?" Risa menggeleng cepat tanpa berbalik. Bos Glen merasa bingung dengan tingkah Risa. Pria itu melompati bajunya di lantai. Dia mengambil posisi lebih dekat dibelakang Risa.
"Kamu tidak apa?" tanya bos Glen. Tadinya dia ragu. Pada akhirnya kedua tangannya menyentuh pangkal lengan Risa. Gadis itu seketika membuka matanya. Suhu dingin dari telapak bos Glen mengejutkannya. Risa menarik nafas dalam dan menahannya. Kenapa pria ini menyentuhku? tanya batin Risa ingin berteriak. Posisi Risa malah membuat Glen cemas. Gadis itu segera bangkit dari posisi jongkoknya mengikuti sentuhan telapak tangan bos Glen yang dingin. Perbedaan suhu tubuh mereka jelas terasa
"Risa, kau sehat?" tanya bos Glen lagi. Risa menggigit bibirnya. Dia bingung harus menjawab apa. Tentu saja dia sehat. Justru tingkah bos Glen yang membuat jantungnya tidak sehat. Kenapa pria ini tidak merasa sungkan hanya bersarung handuk. Risa tak habis pikir. Kedua tangan bos Glen memaksa Risa menuruti gerakannya. Pria itu memutar badan Risa hingga dia bisa melihat raut wajah Risa yang masih memejamkan mata.
"Hei!" Glen menurunkan wajahnya. Dia ingin memastikan jika Risa baik-baik saja. Perasaan Risa bingung sendiri. Bagaimana dia harus menghadapi pria dihadapannya ini. Dengan ragu Risa mulai membuka mata dan mendapati wajah bos Glen begitu dekat dengan matanya. Jantung Risa semakin berdebar hebat
Risa mencoba membalas tatapan mata bos Glen. Aish! batin Risa berteriak kesal. Bagaimana mungkin pria tampan ini melakukan semua ini padanya. Semuanya sangat smooth dan natural. Kau menjerat perasaanku bos Glen! teriak batin Risa kesal. Lihatlah wajahnya yang cemas menatap wajahku. Lihatlah otot lengannya yang kencang dan telapak tangannya yang dingin mendarat di bahuku. belum lagi sisa sisa air di kulitnya yang begitu menggoda. Kau memakai apa? aroma tubuhmu bahkan bisa melelehkan gunung es. Pria ini membuat gadis biasa seperti Risa hilang harga diri.
"Kamu baik saja" Kedua telapak bos Glen kini mendarat di kulit pipi Risa. Gadis itu berusaha menahan tubuhnya supaya tidak tumbang. Perlakuan manis bos Glen melemaskan tiap sendi tubuhnya. Risa sangat gemas dengan perlakuan berlebihan kliennya ini. Sekejap saja kau menjadi klien favorit ku, batin Risa tak tahan lagi menghadapi pesona bos Glen.
"Bos, sebaiknya kau pakai baju dulu" ujar Risa kemudian. Wajah merahnya membuat bos Glen tertawa lebar. Dia seolah mengerti mengapa gadis di depannya ini memasang wajah seperti tadi. Jadi ini yang Risa cemaskan dari tadi? Glen terkekeh sendiri. Dia merasa lucu dengan mimik wajah Risa yang tadi membuatnya cemas. Tapi kini mimik wajah itu berubah menggemaskan. Ditambah rona merah seperti udang rebus.
"kenapa, kau keberatan?" tanya bos Glen menggoda. Risa memalingkan wajah. Dia sudah tak sanggup melihat tingkah bos Glen padanya. Pria itu semakin mendekatkan wajah mereka. Walau Risa menghindar bos Glen tetap berusaha mendekati lagi dan lagi wajah gadis yang bersemu merah di hadapannya. Hingga akhirnya Risa menyerah. Mereka bertatapan lagi. Tapi kali ini bos Glen memang berniat menggodanya. Pria itu tertawa lucu melihat wajah Risa.
"hahaaha.." Dia masih saja tertawa "maaf Risa, kamu ada perlu apa?" Risa menahan jengkelnya melihat tawa lepas bos Glen
Risa memberikan work sheet milik Bunga ke hadapan bos Glen. Pria itu seketika berubah serius. Dia menaikkan alisnya melihat masih ada yang tersisa dari worksheet yang seharusnya sudah rapi. Pria itu melihat nama pemilik worksheet. Bos Glen sepertinya paham jika pekerjaan ini bukanlah bagian Risa. Bahkan gadis baik ini membantu temannya. Bos Glen berdecak menahan kesal. Bos Glen meneliti sekali lagi isi worksheet sambil berjalan menuju kamar.
Risa sedikit melongok melihat bos Glen serius membaca kertas di tangannya. Risa bisa menghembuskan nafas lega tatkala bos nya masuk kamar. Artinya bos Glen akan berganti pakaian.
"Fuuhh.. rasanya jantungku berhenti berdetak. Dia tidak sadar kalau dia itu sangat tampan!" keluh Risa kesal sendiri. Baru saja Risa hendak duduk suara bos Glen mengejutkannya.
"Risaa, tolong ambilkan kaos putihku di depan!" perintah bos Glen membuat Risa melongo. Kaos putih? seperti kaos yang dia guna kan dong. Risa meraih satu kaos berwarna putih lalu segera melangkah memasuki kamar bos Glen. Gadis itu terlalu patuh jika mendengar perintah atasan. Dia bahkan tak ingat jika kamar yang dia masuki adalah seorang pria dewasa.
Mata Risa hanya bisa melongo melihat guratan otot punggung Glen. Ya, dia memang pria tampan yang hampir sempurna. jika tadi dadanya yang sixpack. Kini punggungnya yang lebar juga berotot kencang. Risa menelan ludah. Gadis itu hanya bisa mematung.
Bos Glen membuka tutup pulpen dengan mulutnya. Dia baru saja ingin tanda tangan dengan meletakkan kertas di ranjang. Kedatangan Risa di belakang punggungnya cukup mengganggu konsentrasi pria dewasa itu.
"Ah Risa, kau pakaikan ini.." Risa melongo tak percaya dengan kalimat bos Glen barusan. Maksudnya bos Glen meminta dia memakaikan baju? Risa bingung sendiri. Tapi gadis itu menurut saja. Risa segera berjinjit dan memasukkan lobang leher kaos di tangannya ke kepala bos Glen. Wajah melongo Glen membuat Risa bingung sendiri. Glen melihat kaos yang melingkar di lehernya. Pria itu terkekeh lagi. Dia bangkit dari posisi membungkuknya dan segera memakai kaos itu. Bibir tipisnya berkali-kali tersenyum melihat wajah Risa yang bingung.
"Kau perhatian sekali" ujar bos Glen menggoda lagi
"Maksudku" Bos Glen menaruh selembar kain kecil dari tangannya ke atas ranjang "untuk style celana yang ini" bos Glen menunjuk desain celana di kertas.
"Kita akan memakai bahan yang ini" selembar bahan berwarna grey di kasur bos Glen menyita perhatian Risa. Dalam membuat produk contoh pakaian, biasanya disiapkan beberapa potongan kain yang akan digunakan. Dan potongan kain kecil di kasur bos Glen adalah salah satunya. Jadi pria ini sedang membahas pekerjaan. Risa menutup wajahnya. Dia jelas malu sekali. Pantas saja bos Glen tertawa. Damn! harga diriku benar-benar hancur, bisik hati Risa malu.
"Terima kasih sudah memakaikan baju. Apa kau mau memasangkan celana ku?" Risa segera mengambil potongan kain di kasur dan menunggu bos Glen di ruang depan. Terlalu berbahaya. Risa bahkan tak bisa menguasai dirinya sendiri. Dia malu sekali. Bos Glen tertawa melihat rekan kerjanya salah tingkah dan meninggalkan dia sendiri di kamar.
"Dia sangat menggemaskan" gumam bos Glen terhibur dengan tingkah Risa.
"Gadis seperti itu sungguh membuat perasaan hidup" bos Glen bergumam sendiri. Wajah cerahnya berubah redup mengingat sesuatu yang lain di kepalanya. Dia menggeleng perlahan dan meraih sepotong celana santai. Bos Glen ikut bergabung dengan Risa di sofa.
"Senin kita adakan meeting" Risa mengangguk mendengar ucapan bos Glen. Setelah sedikit berdiskusi mengenai pekerjaan mereka, bos Glen sepertinya tak ingin melewatkan momen baik. Dia ingin memanfaatkan Risa sebaik mungkin. Ya gadis itu baik bahkan bukan hanya padanya. Dia membawa pekerjaan orang lain. Bukankah Risa memang gadis yang baik.
"Kau mau makan malam denganku?"