Glen menyeduh minuman. Wanginya semerbak mengganggu hidung Risa. Gadis itu menaikkan alisnya. Sepertinya aroma hangat dari gelas Glen menggugah Risa. Tanpa segan Risa menyibakkan tangannya. Dia melemaskan tulang tulang kaku nya. Risa menggeliat hingga baju kaos yang dia kenakan menyingkap kulit pinggang rampingnya.
"ahh.."
Tangan Risa meraih selimut Flanel dengan warna hijau muda yang terjatuh ke lantai. Wajahnya meraut heran dengan selimut lembut yang kini dia genggam. Wajahnya terlihat bingung.
Risa memperhatikan sekeliling. Sepertinya dia mengingat dimana dia kini berada
"ck, aku ketiduran!" kesalnya pada diri sendiri
"kamu sudah bangun?" Risa tak percaya dengan wajah Glen yang menyambut wajah bantalnya. Tangannya seketika lemas hingga selimut itu kembali menyentuh lantai. Risa segera meraihnya lagi.
"Bo, boss.. Glen" ucap Risa terbata menyembunyikan wajah meronanya
"kenapa kamu ada di sini?" tanya Glen ingin tahu. Ya pria itu penasaran mengapa ada gadis di rumahnya. Bahkan Risa lebih dulu di dalam ruangan. Glen tidak habis pikir. Bagaimana mungkin perusahaan membuat dia tinggal dengan seorang gadis.
"apa kamu tinggal di sini juga?" mulut Risa menganga besar. Dia tak percaya mendengar pertanyaan bos Glen. Kepala Risa menggeleng cepat. Kedua tangannya jelas menjawab tidak.
"kamu tidak tinggal di sini?" tanya bos Glen lagi melihat gesture tidak Risa. Wajah cerah pria itu mendadak redup
"yah, padahal saya berharap" gumam bos Glen seolah kecewa. Jelas pria itu hanya bercanda. Buktinya dia sambil tertawa kecil. Dia hanya menggoda Risa. Tapi..
Deg.. deg.. degg..
Risa seolah jelas bisa mendengar detak jantungnya. Perasaan apa ini. Dia tahu betul jika bos Glen hanya menggodanya. Tapi Risa malah berharap. Gadis itu berharap lebih pada pria tampan yang menyodorkan segelas coklat hangat padanya. Glen ikut duduk bersandar menjaga jarak duduk di sebelah Risa. Risa melirik sebentar lalu fokus pada gelas hangatnya. Gelas yang terasa hangat di telapak tangannya. Sehangat hatinya berada di sisi bos Glen.
Glen meminta Risa menyalakan televisi. Mereka terlibat obrolan ringan sambil mendengarkan siaran sesekali. Keduanya terlihat akrab dan nyambung. Apa karena keduanya berada dalam proyek pekerjaan yang sama atau yang lainnya. Risa bahkan tak canggu lagi untuk tertawa lepas. Gadis itu bahkan sudah bisa bercanda dan membuat lelucon bersama kliennya itu.
"jadi kamu membersihkan untuk saya. Terima kasih Risa. Kamu baik sekali" Risa mengerutkan dahinya. Bos Glen berkali kali memujinya. Pria ini selalu saja mengatakan hal baik pikir Risa. Ucapan pria pada wanita yang seperti itu sungguh sangat menyenangkan. Risa jadi tak bisa menjaga batasan mereka dengan baik. Risa tak yakin jika suatu saat nanti dia bisa sungguh sungguh jatuh cinta pada pria dewasa ini. Siapa yang tak akan jatuh cinta pada bos Glen. Pria yang almost sempurna!
"ah sudah waktunya makan siang" Glen melirik arloji mahalnya. Risa melirik jam di dinding. Ya ampun dia sudah selama ini di sini.
"baiklah bos Glen. Aku harus kembali ke mess ku" ujar Risa segera beranjak dari posisinya
"dimana mess mu?" bos Glen ikut berdiri
"tak jauh dari sini. kalau berjalan kaki sekitar lima menit" ujar Risa asal sambil memamerkan telapak tangannya.
"kamu tinggal di mess di depan sana?" bos Glen masih penasaran
"iya, aku ada di blok O, disana ada empat lantai, dan kamarku di lantai dua. Khusus karyawan office semua tinggal disana" jelas Risa.
"Apa mess juga menyediakan tempat seperti rumah ini?" sepertinya bos Glen benar benar penasaran. Dia penasaran dengan gaya hidup karyawan di sini atau dia ingin membandingkan dengan usahanya di Korea sana? Risa berargumen dalam hati. Gadis itu membuat kesimpulan sendiri.
"Kalau bos Glen menempati rumah tamu dengan fasilitas lengkap. Kalau di mess hanya kamar tidur dengan kasur, pendingin, kulkas dan televisi saja. Jika mau makan atau memasak semua bisa dilakukan di lantai satu bersama sama" jelas Risa diakhiri senyuman lebar.
"Apa kamu bisa memasak?" Risa kehabisan kata-kata. Dia hanya ingin segera kembali keruangan nya dan bersantai. Kenapa bos Glen banyak bertanya dan membuat gadis ini terus bersamanya. Risa merasa ini berat. Gadis itu ingin segera meninggalkan kliennya yang bisa saja menggoda imannya. Risa selama ini tidak pernah jatuh cinta duluan pada pria. Tapi sikap manis bos Glen siapa yang akan tahan. Risa memasang wajah memaksakan senyum.
"Apa bos Glen butuh sesuatu?" pada akhirnya Risa hanya bisa bertanya seperti itu. Melihat wajah bos Glen yang terlihat serius membuat Risa bingung sendiri.
"Saya ingin nasi goreng" ujar bos Glen membuat Risa kesekian kali melongo. Mata Risa berkedip tak percaya. Gadis itu menatap mata bos Glen dengan berani membuat pria itu kini yang salah tingkah. Sepertinya bos Glen sadar jika dia banyak meminta pada rekan kerjanya ini.
"aaaa… " Risa tak bisa berkata kata lagi.
"ah, maaf saya memaksa kamu. Tidak apa apa, kamu bisa pulang sekarang" ujar bos Glen kemudian. Pria itu membalikkan badan. Kedua daun telinganya memerah. Dia melewati batas pada Risa. Masa meminta seorang gadis memasak untuknya. Kemarin meminta menemani makan siang, hari ini meminta memasak. Glen merasa terlalu nyaman dengan Risa hingga dengan mudah nya meminta lebih pada gadis itu.
Risa tertawa sendiri melihat bos Glen yang salah tingkah. Pria itu terlihat lucu. Tubuh dan wajah yang dewasa tapi tingkahnya menggemaskan. Risa mengambil langkah ke dapur. Gadis itu segera membuka kulkas dan mengambil beberapa bumbu dan pelengkap. Bos Glen hanya bisa bengong melihat Risa bukannya pergi meninggalkannya malah memenuhi permintaan konyolnya.
Risa melemparkan senyuman pada bos Glen. Pria itu meraut wajah tak percaya.
"Saya akan membuat nasgor enak!" teriak Risa mengayunkan spatula ke depan wajahnya. Bos Glen tertawa melihat tingkah Risa. Dia menutupi wajahnya yang memerah. Ya, pria itu merona menahan gemas melihat tingkah unik gadis cantik di dapurnya. Risa meraih sebuah pisau dan talenan kayu. Bos Glen melangkah mendekati posisi Risa.
"Bos mau membantu?" tanya Risa. Glen mengangguk cepat. Risa menyerahkan dua batang sosis, bakso dan jamur. Dengan sigap bos Glen memotong di atas talenan yang lain
"wah, bos Glen ternyata berbakat di dapur" sekarang giliran Risa yang memuji. Bukannya malu malah bos Glen tersenyum bangga. Ish.. dasar! hardik hati Risa gemas. Orang tampan si bebas! pantas saja dia percaya diri.
Risa mencacah halus bawang putih dan beberapa lembar daun bawang. Dengan cekatan Risa menyiapkan dua mangkuk nasi.
"ah, mungkin satu mangkuk lagi" ujar Risa mengisi kembali mangkuk kosongnya. Bos Glen tak percaya dengan porsi nasi goreng yang akan Risa buat. Menyadari wajah bingung bos Glen, Risa melempar senyum.
"Bos aku lapar sekali" ujarnya sambil memasang mimik wajah lucu.
"Hahahaaaa…." Bos Glen tak tahan lagi menahan tawa. Suaranya pecah juga melihat wajah menggemaskan Risa. Sepertinya tawa renyah bos Glen menular. Risa ikut tertawa riang. Jadilah mereka berdua memasak bersamaan dengan wajah ceria dan guyonan. Sesekali tawa mereka pecah. Sepertinya keduanya semakin nyaman bersama.
Risa meraih piring dalam lemari di atas kepalanya. Posisi lemari yang tinggi membuat Risa kesulitan. Glen tertawa kecil. Dia segera beranjak dari duduknya menyadari kesusahan Risa. Glen meraih piring dari balik punggung Risa.
"Kamu harus nya bilang sama saya" ujar Glen dibalik punggung Risa. Perlahan Risa turun dari posisi berjinjitnya. Suara lembut bos Glen cukup membuat jantung Risa seperti berhenti berdetak untuk sesaat. Risa sadar betul jika tubuh bos Glen begitu dekat dengannya. Dia bisa mencium aroma parfum yang sama seperti kemarin. Hati Risa berdenyit tak karuan. Tubuhnya hanya bisa membatu.
"Risaa.." Panggilan bos Glen membuat Risa sadar dan segera membalik tubuhnya. Posisi bos Glen yang selisih tinggi badan cukup jauh membuat wajah Risa mendongak. Glen bisa melihat jelas wajah cantik Risa di bawah dagunya. Posisi mereka begitu dekat hingga kulit lengan Risa bisa merasakan bahan blus bos Glen. Keduanya tak berani saling menatap. Risa menggigit bibir salah tingkah. Bos Glen membuang pandangan dan menelan ludah.