Setelah sampai di kamarnya, lekas melepaskan tas dari badannya lantas ia lemparkan tas itu ke atas kasur, disusul jua menjatuhkan badannya ke atas kasur dalam posisi terlentang.
Bruuk!
"Huuff ... sungguh hari yang sangat melelahkan." Gumamnya seraya menggeliatkan badan.
Uuhhhggh
Sekilas terngiang akan kejadian yang usai dijalani saat bersama orang yang baru saja ia kenali tadi (Elga) Lantas tersenyumlah dirinya. Sebab hal tersebut untuk pertama kali dalam hidupnya bersama seorang siswa dalam waktu yang cukup lama.
Tentu, semua dikarenakan Lavina memang seorang gadis berparas anggun, selama usia 16 tahun ini masih belum mengerti tentang suatu hubungan kekasih. Bukan karena tidak ada yang menyukainya justru malah sebaliknya, sangatlah banyak siswa yang menyukainya namun ia tidak pernah memiliki ketertarikan akan hal itu. Tidak lebih dan tidak kurang baginya usia masih terlampau kecil.
Tidak hanya itu saja, alasan lainnya adalah karena adanya tekanan dari orangtua yang mengharuskannya dapat mencapai prestasi tingkat tinggi, maka tidak heran jika tidak ada hal lain yang dipikirkannya selain belajar dan belajar.
Usai terngiang saat bersama dengan Elga tadi, lantas terngiang jua saat kejadian dirinya di bawah pohon bringin itu.
Namun kejadian aneh cenderung tidak masuk akal logika terulang lagi, yakni Semasih coba mengingat kejadian tersebut tiba-tiba sensasi rasa yang ia rasakan pada saat dibawah pohon itu terulang lagi, telinganya tiba-tiba berdenging cukup kuat.
Nguingggg
"Aarrgh! Apa ini, Aargh telingaku!" Teriaknya sembari menutupi telinga kanan dan kiri lekas beranjak bangun dari atas kasur.
Begitu sudah turun dari atas kasur. Suara denging yang menusuk gendang telinga tadi sudah tidak terdengar lagi.
Ia terdiam sejenak sembari melepaskan perlahan kedua tangan dari telinganya seraya menghadap ke arah kasur itu.
"Oh Tuhan, Mimpi atau apa ini?" lirihnya, tak banyak pikir panjang lekas ia berbenah untuk segera berganti pakaian.
___
Ia tipikal gadis yang tidak penakut dan nyaris tidak begitu mempercayai hal-hal yang berbau mistis nyaris setara dengan ayah-nya. Sehingga ia dapat dengan mudah tidak terlampau memikirkan suatu hal yang ganjil terjadi didalam hidupnya.
Usai berganti pakaian, bergegas turun dari lantai atas menuju lantai bawah hendak santap siang, walau pada sebenarnya ia sudah makan siang bersama Elga tadi. Namun tetap ia lakukan hanya untuk formalitas belaka didepan sang Ayah.
Setelah sampai di lantai bawah lekas duduk dengan baik di meja makan sembari memilah dan memilih makanan yang berasal dari tumbuhan hendak ia makan. Teramat lama memilah dan memilih makanan lantaran sebenarnya ia sudah kenyang.
Saat posisi Lavina sedang disana, lantas terdengar suara bel rumah berbunyi,
Ting .. tong .. ting .. tong ..
Bu suliah bergegas membukakan pintu rumah, tamu tersebut ialah Almira (Tante) yakni adik dari Ibunda Lavina (Airha)
"Hey Vin, Loh ... kok jam segini kamu baru makan? Itu makan siang atau makan sore Vin?" Tanya Almira seraya melangkah ke arah ruang tengah untuk menaruh tasnya di Kursi Sofa, lantas mendekat ke arah Lavina di meja makan.
"Eh, Tante ..." Sapa Lavina seraya berdiri hendak berjabat tangan.
Selama berjabat tangan Lavina selalu mencium tangan dari orang yang berjabat tangan dengannya termasuk seperti Almira ini. Karena hal tersebut memang sudah menjadi kebiasaannya.
"Loh, tante datang sendiri? Gak bareng Om Tan?" Tanya-nya seraya menoleh ke ruang tengah tampak kosong.