Chereads / 2 Demon Child / Chapter 8 - Bab 8

Chapter 8 - Bab 8

Ketika melintasi jalan sempit nan sedikit berkelok terdapat jalan yang terblokir akibat ada resepsi pernikahan yang diadakan disalah satu rumah warga, lokasi ruas jalan itu didirikan sebuah tenda sedemikian rupa, sehingga akses jalanpun terpaksa di blokir sementara oleh warga setempat.

"Yah ... diblokir pula nih jalan, aih" Gumam Elga kala melihatnya.

"Lalu gimana kak?" Tanya Lavina saat ia jua melihatnya.

"Jalan tercepat hanya jalan ini Vin, terpaksa harus muter lagi, maaf ya Vin, Gak papa kan?" Ucap Elga lantas memutar balik arah nan menuju jalan alternatif lain. Yang mana jalan yang ia lintasi tersebut memakan lebih banyak waktu jika dibandingkan dengan melintas di jalan raya utama.

Lavina tidak menjawabnya lantaran jauh didalam pikirannya hanya merasa takut akan amarah apabila orangtuanya mengetahui dirinya pulang terlambat, terlebih lagi jika diketahui ia diantarkan oleh seorang siswa.

Saat perjalanan tengah berlangsung, tiba-tiba Elga menghentikan sejenak laju lendaraannya disebuah warung makan yang terpampang dipinggir jalan itu.

Jrug! Jrug! Jrug!

"Kita berhenti sebentar ya Vin, aku lapar sangat. Kamu pasti lapar juga kan?" Ucap-nya, alih-alih hendak mengajaknya makan siang karena kelaparan, tetapi didalam batin mengatakan lain, 'Rasa laparku bukan diperutku, melainkan di mata dan hatiku ingin bisa jauh mengenalimu'

"Tapi kak, aku ... aku ..." Lavina ragu lantaran hari sudah semakin senja kebetulan jua telepon genggamnya nyaris kehabisan daya.

"Hanya bentar kok. Yuk masuk perutku sudah pada demo nih" Lanjut Elga senyum penuh pura-pura.

Lavina akhirnya turun jua dari atas motor, ia berpikir hendak sekalian mengisi batrai handphone didalam warung tersebut, supaya jika sewaktu-waktu orangtuanya menghubungi dapat tersambung, Pikirnya.

Selama makan siang bersama, mereka lebih sering berbincang-bincang hingga Lavina sendiri lupa akan tujuan awalnya saat ia mau di ajak makan di warung tersebut, yakni hendak mengisi batrai.

___

Hingga tiba saatnya mereka sudah melanjutkan kembali perjalanan, Lavina barulah benyadari itu.

"Astaga, ya ... elah" Ucapnya. Yang mana membuat Elga sedikit terkejut. "Ada apa Vin? Apa ada barangmu yang tertinggal di warung tadi kah?" Tanya-nya seraya fokus berkendara.

"Emph ... ti--tidak kok kak, lanjutkan aja perjalanannya" Jawabnya tergagu lantaran tak ingin rasa khawatirnya diketahui oleh Elga.

Hingga beberapa menit kemudian tepatnya pukul 15:15 pm, mereka pun sampai pada komplek perumahan kediaman Lavina.

"Terima kasih ya Kak, maaf merepotkanmu" Ucap Lavina tersenyum hangat kala dirinya baru saja turun dari atas motor tepat didepan pintu gerbang rumahnya.

"Jangan sungkan, oh iya ... panggil aku Elga saja ya, Vin" Jawabnya tersenyum hangat sembari menyalakan kembali mesin kendaraannya.

Brum ... brum

Lavina mengagguk nan senyum tersimpuh malu. Usai Elga mengatakan kalimat demikian, dia lekas hengkang dari sana.

"Aku jalan dulu ya" Pamit-nya.

Lavina lagi-lagi hanya mengangguk nan tersenyum, tak lupa jua melambaikan satu tangannya saat Elga memacu kendaraannya pergi dari sana.

Sesudah Elga pergi, rasa kehawatiran dalam diri Lavina kembali terasa, yakni khawatir akan dimarah oleh orangtuanya mengingat saat ini hari sudah semakin senja.

Namun selama ini orangtuanya sangatlah jarang berada dirumah pada jam-jam tersebut sehingga masih sedikit rasa lega pada dirinya.

'Huff ... yakinlah Vin, papa dan mama jam segini pasti belum pulang, Yosh!' Batinnya meyakinkan pada diri sendiri sembari melihat ke arah jam tangan.

___

Ia masih berdiri didepan pintu gerbang seraya memencet bel rumah kurang lebih tiga kali.

Ting ... tong ... ting ... tong ...

Tak lama kemudian, Asisten rumahtangganya yang biasa disebut bu Suliah keluar dari pintu samping hendak membukakan pintu gerbang tersebut.

"Loh, Non Lavin baru pulang ..." Sapa-nya penuh ramah karena sudah terbiasa saling berbincang dengan Lavina, yakni sang anak semata wayang dari majikannya.

Ia sengaja bertanya lantaran sangat jarang sekali mendapati Lavina pulang sekolah hingga menjelang senja seperti ini, Pikirnya.

"Iya bu, hehe" Lavina cengegesan.

"Uwalah, itu Tuan tadi nanyain Enon, kok Non Lavina belum pulang katanya Non" Lanjut Bu Suliah.

Sontak Lavina melotot, "Apa! Papa sudah pulang dari kantor bu?"

"Iya, Non"

'Alamak ... matilah aku'