Chereads / Cool Boy Vs Cool Girl / Chapter 6 - 05 - Wake Up

Chapter 6 - 05 - Wake Up

" Stay with me, I love you.." Ucap lirih Andreas.

Setelah melewati masa komanya, akhirnya Thia bisa dipindahkan ke ruangan. Andreas menyambut itu dengan suka cita.

Walaupun Thia masih belum membuka matanya, tapi Andreas bersyukur Thia Sudah sadar dari komanya.

Walau ia sempat takut kehilangan orang yang dicintainya. Jantungnya seakan-akan copot saat melihat Thia yang dinyatakan sudah meninggal oleh dokter.

Tapi karena kekuatan cinta yang begitu menguatkan dirinya membuat Thia akhirnya bisa melewati masa komanya.

Kini Andreas mengerti akan cinta yang sebenarnya. Cinta membuat mereka yang merasakannya mendapat sesuatu yang berbeda kadang itu keajaiban yang membuat mereka bahagia.

Kini Andreas hanya menunggu Thia sadar dari komanya, bukan main selama Thia di rumah sakit ia selalu menyempatkan diri berkunjung pada Thia.

Tak lupa ia membawa sebuket bunga mawar putih kesukaan Thia. Kenapa ia tahu Thia suka mawar putih, karena ia sempat melihat Thia yang membeli sepucuk mawar putih yang ia cium aromanya. Membuat Andreas menyimpulkan bahwa Thia suka mawar putih.

"Kapan kamu bangun Thia, kamu gak bosen tiduran terus-menerus..kamu tega lihat aku yang tersiksa melihat mu seperti ini?.." Ungkap Andreas mengeluarkan isi hatinya.

Tidak ada jawaban di bibir pucat Thia, membuat Andreas menghembuskan nafasnya lelah. Kapan Thia bisa seperti dulu lagi?, Ia hanya bisa menunggu dan menunggu.

Andreas memegang tangan Thia yang terasa dingin di tanganya. Mengecup tangan mungil nan putih itu, menaruh tangan Thia di pipinya.

Hingga tak sadar Andreas tertidur sambil menggenggam tangan Thia.

**

Bulu mata lentik itu bergerak-gerak, menandakan seseorang akan bangun dari tidurnya. Membuka matanya secara perlahan-lahan, menyesuaikan dengan cahaya ruangan.

Thia memegang kepalanya yang terasa pusing, hingga ia menyadari ada sesuatu yang menggenggam tangannya erat. Menoleh pada sosok yang tertidur.

Mengerutkan keningnya, Thia tidak bisa melihat siapa yang sedang tidur di depannya. Hanya terlihat rambutnya saja.

Mengelus rambut lelaki itu pelan, rambut yang menurutnya lembut. Thia Tak sadar semakin mengelus rambut Andres hingga sang empunya terusik.

Mendongakkan kepalanya, Andreas melihat siapa yang mengelus rambutnya. Hingga ia kaget saat melihat Thia Sudah bangun dari komanya.

Thia juga sama kagetnya dengan Andreas, yang jadi pertanyaan kenapa Andreas ada di sini.

"Kamu sudah bangun.." Ucap Andreas ada sedikit rasa bahagia yang membuncah di dadanya.

Seseorang yang ia tunggu untuk membuka matanya kini sudah terkabul. Ia tidak mungkin bermimpi melihat sosok di depannya yang mengeryit heran.

Thia yang tidak tahu harus berbicara apa lebih memilih bungkam saat Andreas memanggil dokter.

Dokter menghampiri Thia, memberikan senyuman ramahnya yang dibalas oleh Thia dengan senyum tipis.

Dokter mulai memeriksa keadaan Thia, dengan serius ia memeriksa. Dokter pun akhirnya bernafas lega karena pasiennya akhirnya bisa sembuh juga, walau ia pernah tidak yakin bahwa Thia akan selamat.

Tapi tidak ada yang tahu takdir tuhan seperti apa?. Keajaiban datang secara tiba-tiba yang membuat dirinya tak bisa berkata apa-apa hanya bisa bersyukurlah.

"Akhirnya pasien sadar dari komanya, untuk sekarang mungkin anda harus di sini untuk beberapa hari untuk pemulihan.." Jelas dokter yang diangguki Andreas dan Thia

"Kalau begitu saya pamit dulu.." Pamit dokter itu meninggalkan Andreas dan Thia.

Andreas menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Ia tidak tahu harus berbicara apa hingga ia juga memilih bungkam.

"Thia...!" Suara seseorang membuat keduanya menoleh ke asal suara.

Siapa lagi kalau bukan Angel dan Lucito.

"Akhirnya kau bangun juga Thia.." Syukur Angel sambil memeluk Thia, membuat Thia meringis kesakitan.

Melihat Thia yang meringis kesakitan membuat Angel cengengesan.

"Maaf..apa sakit?" Ucap polos Angel membuat Thia memutar bola matanya.

"Kau tahu kami mengkhawatirkan mu Thia, seperti dia yang khawatir sampai-sampai ia terlihat seperti orang gila.." Sindir Lucito sambil melirik Andreas.

Andreas yang mendengar sindiran pelan Lucito, berdehem sejenak menutupi dirinya yang salah tingkah dan gugup.

"Benarkah? Siapa?..." Tanya Thia penasaran.

"Dia___"

"Kau harus istirahat Thia.." Potong Andreas saat Lucito Akan menyebutkan namanya.

Thia menganggukan Kepalanya, lalu memejamkan matanya.

Lucito mencibir dalam hati, melihat sikap perhatian Andreas pada Thia. Tapi dalam hati ia bahagia akhirnya Andreas mulai berubah.

Lain dengan Lucito, Dinda yang melihat sikap perhatian Andreas membuatnya iri kapan dirinya akan seperti Thia yang diperhatikan.

Dinda menatap lelaki di depannya, sejak dulu ia menyukai Lucito, tapi ia tak pernah mau mengungkapkan nya. Karena dirinya tahu Lucito tak menyukai dirinya.

Ia hanya bisa memendam rasa sendirian, sungguh miris cintanya bertepuk sebelah tangan.

Andreas yang melihat Lucito dan Dinda masih di sini, membuat kesal saja. Melirik tajam Lucito, untuk mengerti bahwa dirinya ingin bersama Thia berdua.

Yang ditatap tajam hanya, memberikan ekspresi polosnya.

"Apa?" Tanya Lucito dengan polosnya pura-pura tidak mengerti membuat Andres ingin mencakar wajah Lucito.

Melihat wajah kesal Andreas, membuat Lucito terkekeh, menarik tangan Dinda untuk keluar meninggalkan Andreas yang ingin membunuh Lucito.

"Apa sih tarik-tarik.." Ucap Dinda saat dirinya ditarik paksa Lucito.

Walaupun dalam hatinya ia sangat senang saat tangannya bersentuhan dengan Lucito.

Sudah lama ia menantikan momen ini, dan akhirnya terkabulkan.

"Stt.." Bisik Lucito pelan, menempelkan tangannya di bibir Dinda membuat jantung Dinda berdetak sangat cepat.

"Ish.." Ucap Dinda menepis tangan Lucito di bibirnya. Lalu pergi meninggalkan Lucito yang terheran-heran melihat tingkah Dinda yang menurutnya Aneh.

Mengangkat bahunya, tanda tidak peduli lalu pergi meninggalkan Dinda yang bersembunyi di balik tembok sambil memegang dadanya yang berdetak sangat cepat.

***

Andreas memandang wajah pucat Thia yang sedang tertidur lelap, tak sadar Andreas mengelus wajah Thia dengan jarinya.

Memandang wajah ciptaan tuhan yang sangat sempurna menurutnya.

"Ekhem.." Deheman seseorang membuat Andreas menatap siapa yang menggangu nya.

"Permisi, maaf mengganggu saya ingin memberikan obat dan sarapan ini saja.." Ucap Suster dengan gugup saat melihat tatapan tajam Andreas padanya.

"Hmm.." Gumam Andreas pelan.

Suster yang mendengar hal itu hanya diam saja lalu pergi meninggalkan Andreas.

"Thia.." Panggil Andreas pelan untuk membangunkan Thia untuk segera makan dan meminum obatnya.

Thia membuka matanya saat mendengar seseorang memanggilnya.

"Ada apa?" Tanya Thia menatao sejenak pada Andreas.

"Makan dulu.." Ucap Andreas membawa makanan yang tadi dibawa oleh Suster.

Thia menggeleng tanda tidak mau makan, Thia tidak mau makanan rumah sakit rasanya aneh menurutnya.

Andreas menghela nafasnya kasar, melihat Thia yang tidak mau makan. Tapi ia tidak putus asa ia terus membujuk Thia makan hingga Thia akhirnya mau makan.

"Sudah.." Ucap Thia saat Andreas akan menyuapi dirinya lagi.

Andreas menganggukan kepalanya, lalu menaruh sisa makanan itu ke nakas. Memberikan Air minum dan obat yang langsung diterima oleh Thia.

"Terima kasih.." Ucap Andreas tiba-tiba, membuat Thia langsung tersedak.

"Uhuk..uhuk.."

Andreas yang melihat hal itu langsung menepuk punggung Thia pelan.

"Maaf..you ok?" Tanya Andreas.

"It's ok.." Ucap Thia pelan.

"Terima kasih buat apa.." Tanya Thia lagi.

"Uhmm..untuk kau yang menyelamatkan ku dari tusukan itu.." Ucap Andreas tulus.

"Tidak usah berterima kasih itu memang kewajiban ku untuk menolong kau.." Ucap Thia panjang lebar membuat Andreas semakin mencintai sosok di depannya ia berjanji akan menjaga dan melindungi Thia sampai akhir hayat memisahkan.