Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak
Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti
Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore
Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh
Terima kasih,
Nona_ge
***
"Satu bulan seminggu," kata Denis santai.
Syukurlah Denis mengingatnya.
"Waktu yang singkat kalian bisa menikah," kata Claudia.
"Apa yang bisa aku katakan? Aku terlalu mencintai Faye~ dia membuat hidupku penuh warna~" kata Denis sambil menatap Faye.
Faye mengembuskan napas.
Jangan tergoda ... hanya gurauan biasa.
Jangan tergoda ... hanya gurauan biasa.
Kata-kata itulah yang berulang kali disebut Faye, namun upayanya terbilang gagal saat merasakan pipinya memanas serta degup jantungnya berdebar-debar.
Claudia tertawa penuh rasa bangga seakan sebuah prestasi, "Kau sungguh pandai Denis."
"Aku memang," sahut Denis dengan nada bercanda.
Faye memutar bola mataku menyaksikan mereka tertawa bersama-sama dengan akrabnya. Perasaan kecemasannya tadi tak ada artinya.
Denis memang tipe mudah merayu jadi untuk apa cemas?
"Oh iya Ma, apa yang mau Mama berikan buatku?" Faye bertanya penasaran.
Claudia berhenti tertawa untuk menjawab, "Pesanlah dulu makanan baru kita bicara, Fay sayang~"
"Iya sayang~" Denis menambahkan lembut.
Ucapan mereka bahkan sudah sinkron!
Faye melipat tangan di dadanya, "Aku takkan sebelum tahu apa itu," katanya berpegang teguh pada pendirian. Ia tidak mau ketika makan, Claudia mengumumkan hadiahnya apalagi kado buruk, membuatnya tak napsu makan.
Faye benci menghamburkan makanan sementara ada orang lain kesulitan makan sampai mengais tong sampah saking tidak sanggup membeli lauk di pasar.
"Kau sungguh keras kepala seperti biasa, Fay," keluh Claudia.
"Aku dapat ini dari siapa coba?" Faye bertanya balik santai.
Claudia memutar bola matanya yang membuat Faye tertawa kecil, "Baiklah kalau begitu," katanya menyerah.
"Hm," Faye bergumam, menunggu ucapan Claudia berikutnya yang menghancurkan mood-nya seketika itu juga.
"Sejujurnya Mama sudah memesan tiket honeymoon untuk kalian~"
"Mama bilang apa?" Faye memastikan sekali lagi, apa benar yang didengarnya bila Claudia bilang membelikan tiket bulan madu—
"Mama membelikan kalian tiket honeymoon~" Claudia mengulangi sekali lagi dengan polosnya.
"Ma, aku dan Denis tidak membutuhkannya!" seru Faye panik.
Buat apa mereka berbulan madu? Yang ada keenakan Denis bisa memonopolinya selama bulan madu. Setidaknya di rumah, Faye bisa bekerja menghindari Denis.
"Kenapa memangnya? Kalian berdua pantas mendapatkannya~ Mama mau cepat-cepat menggendong cucu~ bagus jika anak kalian lelaki bisa menemanimu juga Fay~" Claudia merayu manja bahkan memperagakan caranya menggendong tanpa rasa malu ada beberapa orang yang memperhatikan.
Faye terbatuk memikirkan anaknya dan Denis akan seperti apa rupanya, apakah mirip dengannya yang memiliki rambut bergelombang ataukah Denis yang memiliki rambut lurus, "Ma! Aku punya restoran yang harus aku urus. Siapa yang akan memegang jika aku pergi bulan madu?"
Sehari ini mengambil cuti pun, ponselnya masih menerima pesan dari bawahannya. Bagaimana dengan bulan madu yang bisa menghabiskan waktu lebih dari seminggu?
"Kan ada Mamamu ini~" kata Claudia tidak mau menyerah dengan pendiriannya.
Faye menepuk keningnya.
Mengambil alih kekuasaan tidak semudah membalikan telapak tangan. Intinya bulan madu sebuah mimpi buruk, pekerjaannya bisa menumpuk ketika pulang bulan madu. Lantas ia bangkit berdiri, "Aku pergi kalau Mama terus menawari hal tidak penting."
"Tapi Fay—"
"Cukup. Aku pergi," kata Faye jengkel, melenggang pergi untuk keluar yang sayangnya dihalangi oleh Denis, "Apa maumu?"
"Fay, aku mengerti kau marah hanya tidak baik meninggalkan Mamamu begitu saja," Denis mencoba menasihati.
"Kau tidak mengerti Denis, Mamaku akan selalu menyinggung ini meskipun aku bilang cukup, keputusan yang terbaik menyangkut Mamaku lebih baik pergi hingga dia berpikir apa salahnya," kata Faye menjelaskan tenang walau hatinya membara kesal.
"Tapi—"
"Minggir!" kata Faye ketus, yang seketika Denis pun menyingkir takut memberikan jalan untuknya lewat. Ketika sampai di lantai bawah, disempatkan melirik ke belakang menyadari Denis tidak mengikuti, sepertinya tetap makan siang bersama Claudia.
Peduli sekali.
Faye lanjut keluar kafe, berniat menuju restorannya yang memang dekat hingga suara teriakan Denis menghentikannya.
"Fay!"
Faye tidak merespon hanya berhenti sebab percuma kabur, dan benar dugaannya, Denis menghalangi jalannya lagi dengan berdiri di depannya, "Apa maumu?"
"Aku ikut."
"Aku kira kau mau makan dengan Mamaku," kata Faye tanpa menyembunyikan kekesalan di nada bicaranya.
"Aku hanya meminta maaf sama Mamamu soal sifatmu, dan tidak bisa makan bersama juga," Denis menjelaskan kalem.
Denis melakukan apa?
"Kau tidak usah meminta maaf segala!" seru Faye emosi.
Alis Denis menyatu ikutan terbawa marah sekarang, "Marah dengan orang tua mungkin bagimu wajar, tapi pergi tanpa kesopanan tidak diajarkan di tempatku, Nona Faye. Lagi pula kau istriku, sikapmu itu menandakan didikanku seperti apa."
"Kontrak," kata Faye sambil menguap bosan, "kau sudah selesai berceramah? Aku pergi."
"Kau tahu, Faye? Pergi sajalah," kata Denis jengkel merasa tidak dihargai, "kita makan siang sendiri, aku malas melihatmu Faye."
Faye mengepalkan tangannya, sebelum sempat menjawab, Denis telah pergi ke arah yang berlawanan dengan tangan dimasukan ke dalam kantung celana. Ia memicingkan matanya tajam.
Denis sok-sokan menasihati seakan paling tahu hubungan antara Faye dan Claudia. Seakan pria itu paling benar padahal Denis sendiri melakukan pekerjaan kotor bersama dirinya, menikah kontrak begini.
Hening ....
Faye berjalan lagi dengan lesu, memikirkan apa yang dikatakan Denis. Semakin banyak langkah semakin merasa bersalah atas semua ini, mungkin benar tindakannya berlebihan dan tidak sopan dengan Claudia.
Denis tidak salah apa-apa bahkan meminta maaf atas ketidak sopanan Faye.
Hati kecil Faye mengatakan bila Denis menganggap status sebagai suami begitu serius.
Denis terkadang mengatakan menyukainya, tapi terkadang berkata pernikahan kontrak jadi Faye kebingungan tujuan dan hati Denis sebenarnya berlabuh kepadanya atau tidak.
Faye mengambil ponselnya, memberanikan diri menulis pesan menanyakan Denis sekarang berada di mana, lalu mengirimnya. Barulah berjalan lagi ke restorannya memesan makanan dan melihat kondisi di sana.
***
Di luar dugaan Denis membalas pesan Faye ketika sedanv menunggu pesanannya selesai.
Denis membalas sedang berada di rumah bersantai menonton televisi, menyindir Faye dengan tambahan kalimat: mendinginkan kepala juga nih.
Faye merasa ini kesempatan meminta maaf, memutuskan membatalkan makan di restoran, meminta makanan dibungkus serta memesan satu porsi lagi untuk Denis.
Faye tidak begitu tahu selera Denis jadi memesan menu yang sama dan segera keluar dari restoran, memberhentikan taksi agar lebih cepat sampai.
'Harus mau.'
Faye mengeratkan pegangan tangannya di plastik berisi makanan, berharap-harap Denis belum makan siang atau setidaknya belum kenyang.
Tidak cukup lama perjalanan ke rumahnya hanya membutuhkan waktu lima belas menit sampai.
Faye keluar dari dalam taksi, memberikan tip yang cukup besar kepada Sang Supir sebagai sedekah untuk dilancarkan rencananya ini.
"Terima kasih sekali, Nona. Semoga harimu menyenangkan," kata Sang Sopir.
"Aku harap juga," kata Faye.
Sopir itu mengangkat topi biru tuanya penuh rasa hormat, lalu pergi.