"James..." Arjoona melebarkan matanya dan mulai berkaca-kaca. James tersenyum manis.
"Hai Joona, aku kembali," Arjoona langsung memeluk erat James yang terdengar tergelak membalas pelukan erat Joona. Arjoona begitu bahagia bertemu kembali dengan kakaknya yang telah lama pergi. Rasanya hari ini pasti adalah mimpi, ia tidak pernah lagi mencari James sejak lama. Arjoona masih terus memeluk erat sambil setengah terisak.
"Oh, jangan menangis," James tergelak sedikit mengejek Joona. Ia terus memeluk dan mengelus punggung Arjoona yang belum melepaskannya. James melepaskan sejenak pelukan Arjoona padanya, sebelum memegang sebelah pipinya lalu tertawa memeluknya lagi.
"Adik kecil jangan menangis, aku sudah pulang. Hhhm..." Arjoona masih menangis dan memeluk James begitu erat. Setelah Arjoona tenang, James mengajak Arjoona untuk duduk di sofa di ruang itu bersamanya.
"Aku mencarimu James, aku mencoba menyusulmu..."aku Arjoona masih dengan pipi yang basah. James mengambil tisu dan mengeringkan airmata Arjoona sambil tersenyum.
"Kamu mau menyusulku kemana? Aku sudah pergi sangat jauh Joona," Joona menunduk lalu memegang tangan James lagi. Ia tersenyum lebar dan jantungnya masih berdetak cepat.
"Aku senang kamu kembali James. Aku benar-benar merindukanmu,"
"Aku juga. Apa kabarmu Joona?" Arjoona tersenyum dan mengangguk.
"Aku baik, sangat baik. Sepertinya kamu juga seperti itu," ujar Joona sambil melihat penampilan James. Ia hanya mengangkat alisnya dan tersenyum.
"Aku kembali untuk menjemputmu Joona," Arjoona mengerutkan keningnya. Ia belum melepaskan pegangannya pada James.
"Apa maksudmu James, mau menjemputku kemana?" James mendehem dan menelan ludahnya sebelum menepuk pundak Arjoona.
"Selama ini aku berada di Italia dan setelah aku yakin, aku kembali untukmu," Joona masih mendengarkan James berbicara.
"Ah, sangat sulit buatku menjelaskan semuanya sekarang. Tapi aku berjanji akan menjelaskan semuanya bersama seseorang dalam beberapa hari ini," Arjoona makin mengerutkan keningnya.
"Aku tidak mengerti sama sekali," James tersenyum dan tertawa kecil.
"Kita tidak usah bicarakan itu dulu. Ceritakan tentang dirimu Joona, apa yang kamu lakukan selama ini?" Arjoona tersenyum.
"Aku biasa saja, aku keluar dari panti asuhan itu setelah kamu pergi. Seorang pria menemukanku dan merawatku sejak saat itu. Sekarang aku bekerja sebagai enginer di salah satu perusahaan elektronik dan yah...kurang lebih begitulah hidupku," James mengangguk dan tersenyum.
"Aku senang semuanya lancar untukmu, apa kamu bahagia?" Arjoona tersenyum dan mengangguk.
"Hidupku baik-baik saja James," James mengangguk dan makin tersenyum.
"Kalau begitu kita lanjutkan obrolan kita sambil makan siang, bagaimana?" Arjoona mengerutkan kening dan menggaruk tekuk belakangnya.
"Ah soal itu, aku punya janji dengan salah satu sahabatku di restoran ini. Dia mungkin sedang menungguku sekarang," ujar Arjoona dan mendapat anggukan dari James.
"Begini saja, selesaikan janjimu. Setelah itu, kembali ke ruangan ini, aku akan menunggumu," Arjoona tersenyum dan berdiri.
"Berjanjilah jangan kemana-mana," Arjoona berjalan keluar sambil tersenyum.
"Aku janji," ia kembali menegakkan punggungnya dan tersenyum pada Arjoona yang keluar dengan sumringah. James ditinggal didalam ruangan itu, sampai Earth datang dan membukakan pintu untuk Joona. Setelah Arjoona keluar, Earth berjalan menghampiri bos nya.
"Tuan, seperti perintah anda, saya sudah menempatkan seseorang yang akan mengikuti tuan Harristian 24 jam," James mengangguk dan tersenyum.
"Terima kasih Earth," Earth mengangguk.
"Apa Delilah sudah mengangkat telfon?" tanya James pada Earth. Earth menggeleng sambil tersenyum pelan. James hanya mengurut keningnya perlahan.
"Jangan sampai dia kabur lagi. Aku tidak ingin melukainya lagi," tambah James kemudian. Earth hanya diam saja dan menelan ludah, ia teringat pada sisi lain James yang bisa sangat mengerikan jika sedang marah.
"Katakan pada Lordes, jika Delilah tidak mau mengangkat telfonku, maka hukumannya akan jauh lebih berat dari sekedar ku ikat di red room. Gadisku harus tau siapa pemiliknya," suara James jadi lebih berat dan menakutkan. Earth mengangguk perlahan, bulu kuduknya bergidik.
"Akan saya sampaikan pada Lordes tuan. Jangan khawatir, nona Delilah pasti akan mengangkat telfon anda," Earth mencoba menenangkan.
"Sebaiknya begitu," James tersenyum sekilas sebelum berdiri dan duduk di meja makan bersiap hendak makan siang sendirian. Earth hanya menghela nafas dan segera menelpon mansion mereka di Italia untuk menyampaikan perintah James.
RUANGAN LAIN
"Joon, gue gak bisa lama. Gue harus jemput pacar gue di rumah sakit," ujar Gentala sambil membereskan beberapa dokumen mereka setelah makan siang. Arjoona mengangguk
"Pacar lo yang mana? Cewek yang lain lagi?" Gentala mengerutkan keningnya.
"Emangnya cewek gue ada berapa?"
"Banyak," jawab Joona cepat. Gentala jadi kesal dan itu membuat Arjoona jadi tertawa.
"Gue mau serius sekarang," Arjoona menaikkan alisnya.
"Oh ya? Wow berarti gue harus kasih selamat dong ya. Udah seserius apa lo?" Gentala tersenyum dan mendekatkan tubuhnya ke meja yang memisahkannya dengan Joona.
"Gue pengen nikah sama dia," Arjoona langsung bersiul menggoda Gentala. Ia bertepuk tangan dan membungkuk memberi hormat.
"Kalo gitu selamat, akhirnya lo temuin cinta sejati lo," Gentala tersenyum lebar.
"Lo sendiri gimana? Kayaknya lo udah lengket banget sama Claire," Arjoona balas tersenyum dan mengangguk.
"Gue udah tunangan sama dia, dalam dua bulan lagi kami bakalan nikah," giliran Gentala yang menyahut senang.
"Wow, congrats bro. Gue juga harap bisa nikah secepat lo, gue pengen punya keluarga sendiri,"
"Gak nyangka playboy kayak lo bisa takluk juga,"
"Sama, gue juga gak nyangka cowok batu kayak lo bisa luluh juga," sahut Gentala membalas. Arjoona tergelak dan mengangguk sambil berdiri. Gentala pun mengikuti Arjoona yang akan pergi.
"Gue pengen kenalan sama cewek lo nanti," Gentala mengangguk.
"Pasti gue kenalin, yang jelas dia gak kalah cantik dari Claire," Arjoona tersenyum mengangguk dengan lesung pipinya. Ia keluar bersama Gentala dan berpisah di depan pintu. Arjoona pun berjalan kembali ke ruangan VIP tempat James menunggunya.
Arjoona membuka pintu dan menemukan James sedang duduk berdiskusi bersama pria yang menghalangi jalannya tadi. Earth yang melihat langsung berdiri dan tersenyum pada Arjoona. Ia membungkuk memberi hormat pada Arjoona, sebelum mempersilahkannya duduk bersama James. Arjoona mengangguk dan mengikuti tangan Earth yang memberinya tempat.
"Joona, perkenalkan itu adalah pengawal terdekatku kini. Namanya Earth Lewis. Earth, ini adikku Arjoona Harristian," ujar James memperkenalkan Earth pada Joona. Keduanya lalu bersalaman.
"Aku Arjoona Harristian, senang berkenalan denganmu Earth," Earth membalas senyuman dan jabat tangan Joona.
"Namaku Earth Lewis, senang bisa bertemu dengan anda akhirnya, tuan Harristian," Arjoona tersenyum dan duduk kembali di sebelah James. Earth akhirnya meninggalkan Arjoona dan James yang kembali berbincang berdua. Mereka masih bercerita mengenang masa lalu dan Arjoona juga bercerita tentang profesi keduanya sebagai rapper. James begitu menyimak cerita Arjoona dan sesekali tertawa mendengar celotehan adik angkatnya itu.
"Joona, mengapa kamu tidak tinggal denganku saja. Aku sudah menyewa sebuah penthouse di sini, aku punya empat kamar dan aku pikir kamu bisa menggunakan salah satunya," Arjoona menggeleng.
"Aku punya rumah James, dan sekarang aku pun sudah membeli rumah baru. Aku akan menikah," James menaikkan alisnya.
"Oh ya, siapa gadis beruntung itu?" tanya James penasaran. Arjoona masih tersenyum lebar.
"Aku akan memperkenalkannya denganmu nanti. Yang jelas aku sudah memberli rumah dan aku ingin membuat kejutan untuknya," James mengangguk mengerti.
"Bagaimana denganmu James? Apa kamu sudah berkeluarga?" James memicingkan mata dan sedikit tersenyum mencurigakan.
"Kami belum menikah, aku sedang berusaha menaklukkannya,"
"Oh ya, dimana dia sekarang?" tanya Joona sambil memiringkan kepalanya.
"Aku sedang mengurungnya di mansionku sekarang, dia sudah jadi gadis nakal dengan berani kabur dariku. Aku akan menceritakan nanti apa yang aku lakukan adik kecilku. Kita masih punya banyak waktu, bukan?" Arjoona mengerutkan keningnya. Ia sudah melewatkan banyak hal, James jelas banyak berubah.
James dan Arjoona sepakat berpisah untuk hari ini, karena Joona harus segera pulang untuk mempersiapkan kejutan bagi Claire. Ia tidak becerita banyak tentang sosok Claire pada James. James pun tidak mau mengorek terlalu banyak urusan pribadi Arjoona. Tujuannya kini adalah menjauhkan pria suruhan Yousef Kanishka dari Joona. Usai Arjoona melambaikan tangan sebelum masuk ke mobilnya, sambil tersenyum pada Joona, James memberi perintah pada Earth.
"Jangan sampai ada satu goresan pada adikku dari siapapun terutama Lopez, jika dia berani menyentuh Joona, aku akan memotong satu persatu bagian tubuhnya dengan dia masih sadar, mengerti Earth," Earth langsung mengangguk tanpa menjawab.
"Mulai sekarang, kamu adalah pengawal Arjoona. Dampingi dia kemanapun," ujar James sebelum masuk ke mobilnya.
"Baik tuan," jawab Earth lalu masuk ke kursi penumpang di depan James.
SEBUAH RUMAH
"Pelan-pelan, jangan takut ada aku," ujar Arjoona membimbing Claire yang ia tutup matanya ke sebuah tempat. Claire memegang erat lengan Arjoona dan mencoba meraba ia sedang ada dimana.
"Kamu mau bawa aku kemana Joona?" tanya Claire takut-takut. Arjoona hanya tersenyum saja dan masih menuntun Claire.
"Tunggu sebentar disini," Arjoona melepaskan pegangan nya pada Claire dan menutup pintu. Ia lalu berdiri di belakang Claire yang begitu kecil dibanding dirinya karena ia memakai flat shoes. Sambil mendekatkan dadanya di punggung Claire, ia membuka penutup mata itu perlahan.
"Happy Birthday Princess," bisik Joona melepaskan perlahan penutup mata lalu mencium pipi Claire dengan lembut. Mata Claire membesar, di depannya ada sebuah cake ulang tahun dengan dekorasi yang indah. Ruangan itu penuh bunga, cake yang sangat cantik dengan lilin kecil yang dihamparkan di seluruh lantai.
"Joona ini..." Claire kehilangan kata-katanya. Ia bahkan tidak ingat hari ulang tahunnya, tapi Arjoona membuat sebuah kejutan untuknya. Usai membuat Claire hampir menangis dengan kejutan ulang tahun, Arjoona mengambil cake dan menyodorkan pada Claire agar ia meniup lilinnya.
"Make your wish princess," ujar Arjoona sambil tersenyum. Claire yang sudah meneteskan airmata lalu mengangguk dan memejamkan mata memohon doa untuk malam ulang tahunnya. Usai mengucapkan permintaannya, Claire meniup lilin diatas cake nya sambil tersenyum. Joona menaikkan tangannya dan lampu dengan sensor gerak pun hidup.
Claire duduk di ruang tengah itu sambil melihat ke kanan dan kiri. Ia begitu terkesima dengan rumah berdesign modern itu.
"Kita dimana?" tanya Claire pada Arjoona yang baru duduk di sebelahnya.
"Ini adalah hadiah untuk kamu dan pernikahan kita. Rumah ini akan jadi tempat tinggal kita setelah menikah nanti," mata Claire membesar dan terkejut. Ia lalu tersenyum dan langsung memeluk Joona.
"Ini bagus banget, makasih sayang," ujar Claire sambil terus memeluk Arjoona dengan erat. Arjoona tergelak bahagia melihat reaksi Claire.
"Kamu suka?" tanya Joona begitu pelukannya di lepaskan Claire. Claire langsung mengangguk yakin.
"Tapi gak sebesar mansion kamu," Claire manyun sambil tersenyum dan menggeleng.
"Aku cuma mau tinggal sama kamu, dimana aja boleh. Yang penting bisa sama kamu terus," jawab Claire dengan nada manja sambil merangkul Joona. Arjoona terus tersenyum dan mencium kening Claire.
"Sekarang potong kuenya, aku udah buat cake spesial buat kamu," Claire mengangguk antusias. Claire langsung mengambil pisau cake dan memotong cake buatan Joona. Claire langsung memberi suapan pertama pada Joona dan Arjoona juga menyuapi Claire yang begitu senang diberi kue yang sangat enak.
Menghabiskan makan malam berdua dengan menu yang disiapkan oleh Arjoona adalah momen romantis yang membuat Claire semakin mencintai Arjoona.
"Kita sudah harus mulai membuat gaun pengantin untuk kamu," ujar Arjoona sambil memindahkan helai rambut Claire ke sisi telinganya. Claire semakin mendekatkan tubuhnya pada Joona yang menyandarkan punggungnya pada sofa.
"Aku akan jadi pengantinmu yang paling cantik Joona," balas Claire setengah berbisik.
"Kamu sudah jadi yang tercantik princess," Claire menunduk merona dan itu membuat Arjoona tidak tahan ingin mencium Claire. Ia mendekatkan bibirnya dan mencium pipi Claire dengan lembut.
"Aku gak bisa bayangkan hidupku tanpa kamu princess. Mungkin aku bisa mati," bisik Joona lagi. Claire menyentuh garis rahang Joona dan tersenyum.
"Kalo aku boleh jujur, aku belum pernah jatuh cinta seperti ini sama pria manapun," Arjoona memiringkan kepalanya, menopang dengan sebelah kepalan tangannya mendengarkan Claire.
"Apa yang kamu rasakan princess?" tanya Joona dengan nada lembut.
"Aku...aku akan lakukan apapun untuk kamu Joona. Aku ingin buat kamu bahagia," Arjoona tersenyum dan sebelah tangannya menggenggam jemari Claire.
"Kamu bersedia menjadi milikku adalah kebahagiaan terbesarku sayang, kamu gak bisa bayangkan seberapa besar sayangku ke kamu," Claire makin tersenyum dan mulai mencium kekasihnya. Melepaskan ciumannya sambil tersenyum, Claire berbisik di telinga Joona yang mulai panas.
"Aku punya kejutan buat kamu, aku ingin melakukannya cuma sama kamu," Joona menaikkan alisnya dan melihat Claire dengan mata bertanya-tanya. Claire tersenyum pelan lalu mulai mencium rahang dan leher Joona perlahan. Ciumannya membuat Joona hanya bisa memejamkan mata dan mengepalkannya tangannya di sofa beberapa kali.
Beberapa ciuman selanjutnya mulai pindah ke dada dan semakin turun ke bawah. Arjoona sebenarnya tidak ingin menebak tapi begitu Claire berlutut di depannya, ia mulai mengerti.
"Princess..." desah Joona begitu Claire mulai menarik resleting celananya. Claire menengadah dan tersenyum.
"Kamu pernah gak sengaja paksa aku dalam posisi yang sama setahun lalu. Sekarang aku ingin melakukannya untuk kamu," ujar Claire dan mulai bersiap lagi. Sesungguhnya hati Arjoona ingin sekali berteriak senang, tapi ia menahan rasanya sambil menekuk lehernya ke belakang.
Claire mulai memainkan 'permainan' yang mungkin jadi impian banyak pria. Dan Arjoona menjadi yang beruntung mendapatkannya malam ini.
"Aaah..., oh princess," desah Joona diantara Claire yang masih asik menikmati aksinya. Rasanya dunia berhenti untuk kebahagiaan Joona kini, gadisnya membuat ia tidak akan bisa melepaskan Claire selamanya.
Begitu hendak tiba melepaskan hasratnya, Arjoona menunduk dan mencium kepala Claire yang masih belum melepaskan Joona hingga ia selesai. Arjoona setengah berteriak sambil terengah dengan kepala tertekuk ke belakang.
"Damn...it's the best thing ever," Joona masih terengah lalu menunduk lagi dan langsung memegang pipi Claire menaikkan kepalanya untuk melihat wajahnya. Ia baru saja menelan ludah terakhirnya ketika Joona malah tersenyum dan tergelak pelan. Joona pun mencium kening Claire perlahan sebelum memperbaiki celananya.
"Apa itu tadi?" tanya Joona pelan. Claire masih duduk di depan Joona tersenyum malu. Arjoona hanya membalas senyum, begitu melihat Claire mengambil minuman dan menyeruputnya perlahan.
"Oh princess, I love you so so much," ujar Joona memeluk Claire yang masih malu. Setelah beberapa saat, giliran Joona yang mencium mesra Claire sambil terus memeluk tubuhnya.
"Let me do the same thing for you my precious princess," (biarkan aku melakukan hal yang sama untukmu) bisik Joona sebelum menggendong Claire di pinggulnya. Claire melebarkan matanya dan tidak berontak sama sekali begitu Joona membawanya ke lantai dua, tepat di kamar utama.
Arjoona membaringkan Claire perlahan sambil terus menghujaninya dengan ciuman yang panas. Claire tidak tau harus berbuat seperti apa, hingga Arjoona menyuruhnya untuk diam dan menikmatinya saja. Ia menyingkap rok pendek yang dipakai Claire sambil terus tersenyum bahagia. Sambil membuka seluruh pakaian dalam milik Claire, Joona mulai mencium perlahan dan meraba.
"Ah...Joona, kamu mau apa?"desah Claire sedikit takut bercampur gugup.
"Manjain kamu sayang, this is your birthday's gift from me," balas Joona dengan desahan yang sama. Sambil melihat pada Claire, Arjoona membenamkan setengah wajahnya pada bagian sensitif Claire. Claire sedikit berteriak sambil terus meremas ujung bantal di kepalanya.
Sebelah tangan Claire reflek meremas rambut Arjoona yang sesekali tersenyum karena ia bisa membuat Claire terus melayang tinggi. Arjoona sedikit agresif dan itu membuat Claire makin mendesah dan tidak bisa lagi mengendalikan diri.
Ia berteriak begitu hendak selesai sambil menarik seprai disebelahnya.
"Happy Birthday princess," gumam Arjoona sebelum Claire melepaskan segalanya. Sambil terengah, Claire memandang Joona yang baru saja selesai dan tersenyum lebar. Ia menjilat bibir bawahnya yang basah dan tersenyum lebar.
"Aku suka rasanya," Claire yang malu langsung menepuk lengan Joona yang tergelak pelan, sambil meminta sedikit waktu untuk membersihkan mulutnya. Arjoona langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan menarik selimut agar menutupi tubuh Claire.
Arjoona masih terus tersenyum dan Claire tak berhenti memandang Joona dengan tidur menyamping. Arjoona pun mengaitkan jemarinya pada seluruh jemari Claire dan mencium punggung tangannya dengan lembut.
"Hatiku milikmu selamanya princess, sampai aku mati," bisik Arjoona sambil terus memandang Claire. Claire mengangguk pelan dan mendekatkan dirinya untuk dibawa Arjoona dalam pelukannya. Pelukan hangat itu menjadi kado penutup ulang tahun Claire yang tidak akan ia lupakan selamanya. Hati Claire kini hanya diisi oleh Arjoona Harristian.
Keesokan harinya, getar ponsel Joona membangunkannya dari tidur sambil memeluk Claire erat. Arjoona mengerjapkan matanya, lalu menutup telinga Claire agar ia tidak terganggu oleh bunyi ponsel. Tangannya meraba nakas di sebelahnya dan mengambil ponsel tersebut.
"Halo," ujar Joona sambil masih memeluk Claire.
"Maaf bang jadi nelfon pagi-pagi. Tapi ada kejadian gawat sekarang di pabrik," David terdengar begitu tegang dan terengah. Joona mengerutkan keningnya dan Claire mulai menggeliat bangun.
"Ada apa David?"
"Wah bang, salah satu mesin asembling hilang," Arjoona melebarkan matanya dan terkejut.
"HAH!?"