Chereads / The Seven Wolves: The Alpha and His Beta / Chapter 27 - Chapter 27: Beautiful Sins

Chapter 27 - Chapter 27: Beautiful Sins

Kenanga setengah berlari masuk ke dalam kamar mandi dan langsung ke shower. Ia mengambil pegangan shower lalu menaikkan pakaiannya dan menyemprotkan air ke bagian selangkangan. Sambil setengah terengah dan menangis, ia mencoba menghilangkan 'dosa' yang baru saja diperbuat oleh Gentala padanya.

"Kamu ngapain?" tanya Gentala berdiri di depan pintu masuk kamar mandi. Kenanga mematikan penyemprot shower itu dan membantingnya dengan kesal. Ia berbalik dan tidak mau menjawab, Kenanga langsung menolak tubuh Gentala dan berusaha melewatinya. Gentala malah menarik dan memeluk Kenanga yang mencoba memberontak.

"Kamu pikir air itu bisa menghapus jejakku? gak sayang," Kenanga yang kesal mencoba memukul Gentala namun sekali lagi tangannya dicekal. Gentala malah dengan mudah menggendong wanita itu ke dalam kamarnya.

"Lepasin aku!" teriak Kenanga dan Gentala menghempaskan tubuhnya bersama dengan Kenanga yang terus memberontak.

"Aku bisa laporin kamu ke polisi, lepasin aku," Gentala tersenyum.

"Atas tuduhan apa?"

"Pemerkosaan," Gentala malah tertawa dan makin memeluk erat Kenanga.

"Tadi itu adalah hubungan yang indah babygirl, kamu menikmatinya. Kenapa?" Gentala membungkam Kenanga. Ia terus memandang wanita itu sambil menindih tubuhnya. Gentala pun menunduk sedikit dan mengecup pelan ujung bahu Kenanga yang memandangnya setengah menangis.

"Apa suami kamu gak pernah menyentuh kamu lagi?" Kenanga mulai tersinggung dan memberontak lagi. Tapi Gentala malah memeluk dan membawa kepala Kenanga ke dadanya. Kenanga yang semula masih melawan, mulai luluh dan malah menangis tersedu.

"You chose the wrong guy, didn't you?" (kamu telah memilih pria yang salah, ya kan?) tanya Gentala dengan suara pelan. Ia membelai rambut sebahu Kenanga dan wanita itu terus menangis di dada telanjang Gentala.

"Ada aku sekarang," bisik Gentala terus memeluk dan menenangkan Kenanga dipelukannya.

Satu jam kemudian, Gentala sudah berpakaian rapi dan bersiap hendak pergi. Ia masih berdiri di depan Kenanga yang duduk sambil menekukkan lutut di sofa.

"Aku bisa antar kamu balik. Kamu gak perlu tinggal sendirian disini," Kenanga menaikkan matanya memandang Gentala dengan sinis.

"Sebaiknya kamu pergi," usir Kenanga dengan posisi belum berubah. Gentala menyengir pelan dan mengangguk. Ia menghampiri Kenanga dan hendak mencium kepalanya tapi Kenanga malah memberikan mode difensif untuk menghindar.

"Kamu mau ngapain?" tanya Kenanga menghindari ciuman Gentala.

"Cium kamu,"

"Kamu pikir kamu siapa?" Gentala berdecak sambil tersenyum. Ia menjauh dan mengangkat bahu.

"Aku mungkin bukan siapa-siapa sekarang. Tapi kamu akan cari aku nanti,"

"Lebih baik kita gak usah ketemu lagi," jawab Kenanga ketus. Ia tidak mau lagi memandang Gentala yang sudah ingin pergi. Kenanga menyesali yang sudah terjadi malam ini antara ia dan Gentala.

"Aku udah tinggalin nomerku di dompet kamu. Hubungi aku kalo kamu udah tenang," Gentala melirik sebentar sebelum akhirnya berjalan ke pintu keluar dan pergi dari apartemen Kenanga. Dan Kenanga yang tinggal sendiri, makin menangis menyesali diri. Ia sangat menikmati hubungan intim itu dan itu salah, Kenanga sudah berselingkuh dari suaminya.

RESTORAN HOTEL

Arjoona memasuki lobi hotel dan mengedarkan pandangan untuk mencari restoran di dalam hotel berbintang itu. Kini ia harus menjemput Claire setiap hari, termasuk ketika istrinya sedang meeting di luar kantor. Dua hari sebelumnya, Claire memaksa Joona untuk mengganti mobil tuanya dengan sedan sport Camaro. Dengan mobil mewah itulah Arjoona mengantar jemput Claire kemanapun.

Ia masuk hotel berbintang seperti seorang bintang rock. Joona memakai hoodie maroon pattern kotak dengan ripped jeans denim dan topi pet hitam. Ia masuk ke sebuah restoran michelin star yang biasa melayani orang-orang berpakaian formal.

Joona duduk di salah satu sudut restoran, memesan minuman dan desert sambil menunggu istrinya. Keith yang sedang berbicara dengan Fernando di restoran yang sama, tidak begitu mengenali Joona ketika ia masuk. Itu karena topi yang sedikit menutupi wajahnya.

Tak lama kemudian, Claire masuk ke restoran itu setelah selesai dari ruang meeting. Dengan dress Ballenciaga diatas paha dan blazer cope, ia terlihat sangat seksi. Claire melambaikan tangan tersenyum begitu melihat suaminya sudah menunggu. Arjoona menaikkan pandangan dan tersenyum dengan lesung pipinya, menyambut Claire yang langsung menjulurkan kedua tangan ingin memeluk Joona.

"Tunggu, mereka sekarang bersama?" tanya Fernando pada Keith. Keith mengerutkan keningnya setelah membalikkan tubuhnya untuk melihat pasangan itu.

"Aku pikir kamu bilang jika mereka bermusuhan," tambahnya lagi. Keith mengeraskan rahang melihat Claire langsung mencium Arjoona begitu duduk disebelahnya. Dan Arjoona tanpa malu-malu juga mengecup singkat bibir Claire. Mereka terlihat sangat mesra selayaknya pasangan kekasih.

"Aku rasa benci sudah berubah jadi cinta sekarang," geram Keith dan berbalik kembali pada Fernando. Fernando menyengir jahat, ia menaikkan cangkir kopinya dan masih memandang kemesraan keduanya di depan.

"Aku mengerti sekarang. Jika hubungan mereka masih rahasia, berarti tidak ada salahnya jika tereskspos, bukan?. Kira-kira apa yang akan pegawai Winthrop katakan jika ternyata CEO mereka berpacaran dengan salah satu bawahannya?" Keith mendengus.

"Skandal seperti itu tidak akan berpengaruh banyak,"

"Memang, tapi itu bisa menjadi shock terapi yang cukup untuk Arjoona Harristian," Keith menyodorkan gelas nya dan mengadukannya dengan cangkir kopi milik Fernando.

"Meeting kamu udah selesai?" tanya Joona begitu Claire datang dan bergelayut padanya.

"Udah, tapi belum ada kesepakatan apapun. Kami masih harus ketemu lagi," Arjoona tersenyum pelan dan mengangguk.

"Kamu mau ke klub ya?"

"Lusa, aku udah mulai kurangi perform di klub. Sekarang cuma seminggu sekali," jawab Joona sambil masih memeluk pinggang Claire.

"Kita sedang hampir di akhir tahun. Kerjaanku makin banyak, kalo aku perform terlalu sering aku bisa kecapean. Sedangkan aku harus jadi produser juga jadi...aku memilih mengurangi sedikit jadwal manggung," Claire mengangguk dan tersenyum.

"Kamu gak boleh sakit. Nanti gak ada yang temani aku," Arjoona tergelak dan mengucek lembut kepala Claire.

"Kita pulang biar kamu bisa istirahat," Claire mengangguk. Usai memberikan kartu kreditnya untuk membayar, Joona menggandeng Claire keluar dari restoran sambil tersenyum dan tertawa. Keith dan Fernando hanya melirik saja pasangan itu keluar restoran dengan bergandengan mesra.

Kedekatan Arjoona dan Claire semakin membuat mereka sulit jauh satu sama lain. Meskipun bekerja di satu perusahaan, tapi mereka tidak berada di satu bangunan yang sama. Itu membuat Claire kerap merindukan kekasihnya, walaupun masih jam kantor.

Ia berjalan masuk ke area pabrik dan diberi salam oleh beberapa pekerja yang melintas. Di tengah jalan ia berpapasan dengan David yang menolongnya minggu lalu.

"Bu Claire cari siapa, kenapa gak minta manager aja yang kemari," Claire jadi bingung harus menjawab apa. Karena urusannya sesungguhnya tidak terlalu penting, tapi lebih karena ia ingin bertemu dengan Joona.

"Ah, ada urusan yang tidak bisa diwakilkan," David mengangguk saja seolah ia mengerti.

"Siapa yang ibu cari,"

"Arjoona ada?" David mengangguk sambil tersenyum.

"Pak Arjoona sedang menyusun laporan di kantornya kalo ibu mau temui," Claire langsung mengangguk dan pergi meninggalkan David. David masih mengerutkan keningnya melihat Claire yang mencari Arjoona hingga ke pabrik, entah itu suatu kebetulan atau bukan.

Claire mengetuk pintu sebelum ia membuka perlahan dan tersenyum pada Joona yang tengah sibuk membuat laporannya.

"Princess, kamu ngapain disini?" tanya Arjoona sambil tersenyum. Claire menutup pintu dan langsung menghampiri Joona yang masih duduk di kursi nya. Claire langsung duduk di paha Joona begitu ia memutar sedikit kursi kerjanya.

"Aku butuh tanda tangan kamu untuk design kemarin. Kasih ke aku sekarang," ujar Claire sambil melingkarkan kedua lengannya di pundak Joona. Arjoona tertawa.

"Kenapa kamu gak telfon aja? Jadi bikin kamu capek-capek datang kemari," Claire jadi manyun.

"Jadi kamu gak mau ketemu aku?"

"Bukan princess, tapi kan sayang kamu jauh-jauh kesini hanya untuk minta itu. iya kan?"

"Aku sekalian mau ketemu kamu," jawab Claire masih cemberut. Arjoona tersenyum dan menarik tubuh Claire lebih dekat agar ia bisa mencium. Arjoona mengulum bibir Claire dengan lembut dan sedikit agresif. Claire pun yang merindukan Arjoona melakukan hal yang sama. Kedua tangan Joona terus meraba lekuk tubuh Claire sambil terus mencium bibirnya. Kini ciuman Joona makin panas dan ia mulai memindahkan ciumannya ke rahang dan leher Claire.

"Kamu cantik banget sih," desah Joona sambil terus menciumi Claire yang kian tidak bisa mengendalikan diri. Sebuah ketukan di pintu mengagetkan mereka berdua. Arjoona langsung melepaskan ciuman dan dengan cepat mendorong Claire ke bawah mejanya sebelum pintu kantornya terbuka.

David masuk tanpa rasa bersalah dan Joona yang membuka mata lebar karena kaget.

"Kenapa abang liatin aku kayak gitu?" tanya David sebelum menyerahkan laporannya. Arjoona hanya menyengir dan tertawa aneh lalu mengangguk. Ia mengambil laporan David dengan wajah tegang, Claire kini berjongkok di bawah kakinya.

Dari tempatnya Arjoona bisa melihat, jika Claire sedang memberinya delikan kesal dan wajah cemberut. Ia ingin sekali minta maaf karena menyembunyikan kekasihnya seperti itu, tapi mereka tidak bisa mempublikasikan apapun dari hubungan mereka.

"Oh iya, tadi bu Claire nyari abang. Dia kesini?" mata Joona melebar dan melirik ke bawah mejanya lalu mengangguk.

"Dia udah keluar," David mengangguk.

"Ada beberapa hal yang harus aku omongin sama abang soal produk baru itu," David malah mengulur lebih banyak waktu Claire bersembunyi di bawah meja. Ia menarik kursi dan duduk di depan Arjoona.

"Kita bisa omongin nanti gak?" Joona coba menghindar.

"Kenapa, abang masih sibuk ya?" Arjoona menyengir dan memperlihatkan pekerjaannya.

"Aku gak akan ganggu abang lama, mungkin hanya 10 menit. Jadi gini bang..." Arjoona mengerutkan keningnya.

'What, 10 menit. Itu lama!' umpat Claire dalam hatinya dan wajahnya sudah meringis.

Dalam keadaan seperti itu, timbul ide iseng Claire karena Arjoona menyembunyikannya di tempat sempit sambil berjongkok seperti itu. Di depan nya kini adalah bagian selangkangan Arjoona. Sambil memicingkan mata dan senyum jahat, ia menjulurkan jari telunjuk dan menyodok bagian tengahnya. Mata Joona membesar melihat tingkah Claire di bawah meja. Claire terus melakukan hal itu beberapa kali bahkan sampai menyentuh bagian paling sensitif dirinya.

Tangan Joona akhirnya menepuk jari Claire yang terus iseng pada selangkangannya. Claire menahan tertawa dengan menutup mulut menggunakan tangan sebelah kiri, sedangkan yang kanan meski ditepis beberapa kali oleh Joona, tetap mencolok bagian tengah itu. Claire menjulurkan lidahnya ketika Joona mendelik memberi peringatan.

Sedangkan David terus memberikan penjelasan tentang beberapa hal, meski sebenarnya Joona tidak konsentrasi sama sekali. Tingkah iseng Claire malah membuat ia kelabakan, jika terus seperti itu Claire akan melihat sesuatu yang mengejutkan nanti.

David baru pergi setelah Arjoona berjanji akan mengevaluasi produk itu sebelum sore. Usai David menutup pintu, Joona menarik Claire keluar dari bawah mejanya.

"Lama banget sih, aku sampe kesemutan," keluh Claire sambil menghentakkan kakinya beberapa kali. Arjoona berdiri dan melipat tangannya di dada dengan wajah kesal.

"Kamu iseng banget ya tadi? Ngapain kamu pake colok-colok begitu," Claire malah tertawa dan Arjoona hanya bisa menggeleng.

"Itu hukuman karena kamu sembunyiin aku dibawah meja. Sempit tau!" sahut Claire dengan nada kesal.

"Ya udah aku minta maaf, aku gak punya pilihan. Kalo gak semua orang nanti tau kalo kita udah nikah," Claire cemberut dan mulai mengambek hendak pergi dari kantor Joona.

"Claire...princess jangan marah. Aku hanya mau kita menjalankan kontrak pernikahan ini hingga selesai dengan baik," Claire mengangguk mengerti. Arjoona kembali mendekat dan mencium kening sebelum melepaskan kekasihnya.

"Sekarang kamu balik ke ruangan kamu, nanti aku kirim laporannya. Ntar di rumah kita bisa berduaan gak akan ada yang ganggu, sabar ya," Claire tersenyum dan membalikkan tubuhnya untuk keluar dari ruangan Arjoona.

Usai Claire pergi, Arjoona masih tertegun di depan pintu. Ia mengantukkan kepalanya ke pintu sambil memegang pegangannya. Apa yang akan terjadi setelah perceraian? Kurang dari satu tahun lagi dan semuanya akan berakhir. Mengapa waktu begitu cepat berlalu kini?.

"Apa yang harus gue lakuin? Gue gak mau kehilangan dia," gumam Arjoona sambil bersandar pada pintu masuk dan menengadahkan kepalanya.

"Jalan satu-satunya adalah gue harus ngelamar dia. Ya, cuma itu. Gue harus nikah sama Claire dan kali ini harus beneran," Arjoona tersenyum setelah bergumam sendiri. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat karena ada yang hendak di kerjakannya setelah itu.

Esok malamnya, Arjoona membawa Claire bersamanya ke klub Anthem. Claire memaksa ingin ikut menonton pertunjukan rap Joona di klub yang baru sekali ia kunjungi dulu. Claire memakai dress V neck dengan rok diatas tengah paha dan sepatu boot selutut, seksi dan imut. Sedangkan Arjoona hanya memakai kaos oversized lengan pendek dengan celana baggy warna khaki yang maskulin.

Joona merangkul Claire yang cantik melewati beberapa pengunjung klub yang melirik mereka beberapa kali. Claire menunggu dengan antusias bersama penonton lainnya yang akan menikmati pertunjukan malam ini. Beberapa rapper mulai naik bersama hentakan beat yang mulai di putar oleh seorang DJ.

Dan ketika Arjoona muncul, semua berteriak senang tak terkecuali Claire. Nama Joona dipanggil berkali-kali oleh seluruh pengunjung di klub itu hampir di sepanjang pertunjukkan.

Hampir satu jam berlalu dan beat mulai berat berganti dengan hiphop yang bercampur dengan rock. Dan Arjoona mulai tampil solo, DJ yang mengiringinya lalu ikut maju mengiringi tandem bagi Joona di beberapa part.

"(Oh!) put some liquor on it, And put some motherfuckin' beatbox on it, (Oh!) the speed is now 100, Yeah put some motherfuckin' 100 100 100"

Claire begitu antusias melihat Arjoona yang tampil penuh energi ketika ia sedang rap. Ia tidak berhenti berteriak dan melompat bersama pengunjung lainnya ketika hook dari lagu itu diteriakkan Joona.

"Throw it throw it throw it all"

Seluruh pengunjung Anthem meneriakkan lirik yang sama sambil melompat dan bergoyang. DJ yang menjadi tandem Joona, ikut menyanyikan beberapa bagian akhir dari verse lagu sebelum hook terakhir dan pesta makin gila.

"Why did you come to our house? I came here to fuckin' party, Everybody lodi dodi like a snoop doggy doggy, I'm alright, I'm alright, Fucking good I'm alright

We go 100 we go 100 throw throw throw everything away yeah".

Claire terus melompat senang dan meski ia sedang tampil, matanya kerap mengawasi Claire agar tidak ada pengunjung yang melukainya. Baru kali itu Claire benar-benar menikmati sebuah pertunjukan musik. Dan yang lebih spesial, suami kontrak sekaligus kekasihnya adalah bintang utama di panggung itu.

Usai lagu dan tepukan tangan semakin riuh untuk pertunjukan yang menguras banyak energi itu, Arjoona tiba-tiba meloncat turun dari panggung setelah menyerahkan mic nya pada Gentala. Ia menghampiri Claire langsung memeluk dan mencium bibirnya di tengah kerumunan penonton. Semua mata yang melihat terkejut tapi kemudian terdengar tepuk tangan diseluruh klub.

"I love you princess," bisik Joona sebelum mengulum bibir Claire yang tubuhnya sudah tidak lagi menginjakkan lantai.

Gentala yang melihat benar-benar terkejut melihat Arjoona yang kini sudah memiliki kekasih lagi. Ia akhirnya tersenyum dan ikut bersiul untuk sahabatnya itu. Hanya satu orang yang tidak antusias melihat tindakan Arjoona yaitu Felisha, bartender yang menyukai Arjoona sejak lama.

"Lo gak bilang kalo udah punya pacar?" ujar Gentala menghampiri Arjoona usai pertunjukan ciuman itu. Arjoona hanya tersenyum sambil memeluk Claire.

"Kami baru jadian beberapa bulan," Gentala tersenyum dan mengangguk lalu memandang Claire dengan kening berkerut.

"Wait, apa kita pernah ketemu?" tanya Gentala pada Claire. Claire mencoba mengingat tapi mengerutkan kening dan menggeleng. Arjoona lalu mengerti apa yang dimaksudkan oleh Gentala.

"Ah, Genta itu...nngg," Gentala kini melihat Joona yang mulai bingung menjelaskan. Arjoona memandang Claire yang bertanya ada apa dengan kening nya yang berkerut.

"Gimana gue jelasinnya ya?"

"Gak usah, gue udah ingat," wajah Arjoona langsung berubah. Gentala lalu mendekat menujuk padanya.

"Lo kena karma, selamat ya," ejek Gentala sambil menepuk lengan Arjoona pelan.

"Senang kenalan sama kamu, namaku Gentala Samudra," Claire menjulurkan tangannya tersenyum.

"Clairine Winthrop," Gentala mengangguk.

"Kalo gitu have fun, gue masih harus tampil," ujarnya langsung pergi. Claire lalu memandang Joona dengan banyak pertanyaan.

"Teman kamu unik ternyata, wait... Samudra bukannya nama keluarga pengusaha...."Arjoona mengangguk.

"Dia anak kedua pengusaha retail Haris Samudra," Claire membuka mulutnya terkejut.

"Kenapa dia malah jadi DJ?" Arjoona tersenyum dan melihat Gentala di panggung tengah melakukan tugas DJ nya.

"Cuma buat senang-senang. Aslinya dia punya label rekaman sendiri, dia produser, composer dan rapper juga. Semua lagu yang aku buat adalah dibawah label rekaman dia dan partner nya," Claire mengangguk mengerti. Ia masih terus memeluk Arjoona yang masih berkeringat dan terlihat sangat seksi.

"Aku keringatan sayang," Claire menggeleng.

"Biarin aja, aku suka," Arjoona tergelak dan mencium kening Claire sebelum mengajaknya minum.

BANDARA

Seorang pria keluar dari jet pribadinya setelah baru saja mendarat. Ia memperbaiki sedikit jasnya sebelum berjalan ke dalam terminal untuk keluar dari bandara. Seorang pengawal mengiringi langkahnya berjalan keluar dari terminal bandara itu. Sambil berjalan, ia membuka kacamata hitam dan menyimpannya di balik jas.

Tak lama sebuah mobil Mercedes Benz Maybach putih berhenti tepat di depannya. Pengawal itu membukakan pintu baginya sebelum ia juga ikut masuk, ia duduk disebelah atasannya.

"Kota ini tidak berubah. Masih macet dan padat," ujar pria itu sambil memandang keluar kaca mobil.

"Tuan mau langsung ke hotel?" tanya pengawalnya. Ia menghela nafas dan mengangguk.

"Carikan sebuah penthouse untukku, sepertinya aku akan tinggal lama," pengawalnya mengangguk.

"Apa kamu sudah mendapatkannya?" pengawal itu menoleh pada bos nya.

"Saya masih mencari alamat rumahnya, yang saya tau hanya dia bekerja untuk Winthrop Electronics," pria itu mengangguk.

"Aku tidak mungkin menemuinya di Winthrop," pengawal itu menghela nafas dan mengangguk.

"Cari cara agar kami bisa bertemu, Earth," perintahnya lagi. Pengawal yang bernama Earth itu mengangguk lagi.

"Baik tuan," pria itu masih terus memperhatikan langit dan pemandangan dengan gedung-gedung tinggi.

"Sudah saatnya menjemput adikku kembali, Arjoona Harristian,"

"Saya mengerti tuan," lamunannya diusik oleh bunyi getar ponselnya dari balik jas. Pria itu melihat siapa yang menelpon dan mengangkatnya.

"Hai Jay," sapa nya pada panggilan telpon itu.

"Kau sudah sampai?"

"Iya, aku baru tiba," terdengar bunyi tembakan dari panggilan yang sedang berlangsung.

"Apa yang kau lakukan Jayden?" tanya pria itu lagi.

"Akkh, darahnya mengotori sepatuku. Sial," umpat pria bernama Jayden dari telpon. Pria itu menggelengkan kepalanya.

"James, aku tidak bisa datang minggu depan. Aku harus menemui Ratu, dia mulai sakit lagi. Jadi setelah dari Singapura, aku akan langsung pulang," pria bernama James itu mengangguk dan menghela nafas.

"Tak apa, aku juga harus mencari dimana alamat Arjoona terlebih dahulu. Urus dulu Ratu mu. Apa dia akan segera di operasi?".

"Belum, mungkin dalam beberapa bulan lagi. Kita bicara lagi nanti..hei buang tubuh bajingan ini, darahnya mengotori sepatuku," jawab Jayden lalu berbalik berteriak memberi perintah dan terdengar oleh James.

"Kita bertemu nanti, sampai jumpa Jayden," James langsung menutup panggilannya.