Chereads / The Seven Wolves: The Alpha and His Beta / Chapter 13 - Chapter 13: I'm a Jealousy Guy!

Chapter 13 - Chapter 13: I'm a Jealousy Guy!

"Aku gak akan kemana-mana sayang, aku akan nemenin kamu disini, hmm," ujar Joona dengan kalimat aneh sambil tersenyum manis. Giliran Claire yang mengerutkan kening.

"Ah tuan Harristian, aku rasa kamu mengerti arti dari privasi bukan?" Keith menyindir Joona sambil tersenyum sinis. Arjoona tersenyum sama liciknya pada Keith.

"Tentu aku tau, tapi Claire dibawah pengawasanku sekarang tuan Barnett. Mungkin anda lupa, aku ingin mengingatkan jika aku sekarang adalah suami Claire Winthrop," balas Arjoona dengan wajah tersenyum dan tanpa ragu sama sekali. Keith menghela nafas dan mengangguk. Arjoona mulai membuatnya kesal. Claire mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti mengapa Joona malah menegaskan jika ia adalah suaminya sekarang.

"Udah Pa, gak apa. Biarin aja Arjoona disini. Papa ada perlu apa denganku?" tanya Claire setelah berbalik pada Keith. Keith tersenyum dan memegang lengan Claire.

"Kamu udah baca email dari mommy mu?" Claire menggeleng.

"Kalau begitu kamu harus buka emailnya dulu," tambahnya lagi setengah mendorong Claire ke mejanya. Arjoona masih terus memperhatikan tingkah Keith yang mencurigakan. Claire pun membuka laptop nya dan mengecek email. Setelah membaca beberapa lama ia baru bicara.

"Memangnya kakek ngebolehin papa jadi penasehat perusahaan?" tanya Claire polos. Arjoona langsung menghela nafas, ia langsung mengerti. Ia kemari sedang mengincar posisi Claire ternyata. Keith mulai ingin ikut campur tangan dalam perusahaan dengan menjadi seorang penasehat. Joona langsung mengangguk dan membuang pandangannya.

"Perusahaan ini milik kamu sayang, jadi kamu yang memutuskan," ujar Keith memberi penjelasan. Claire mengangguk dan masih melihat email itu. Ibunya meminta Claire agar memberi posisi sebagai penasehat atau konsultan bisnis perusahaannya pada Keith Barnett.

"Aku rasa perusahaan ini belum butuh penasehat atau konsultan, kita sudah melakukan semuanya dengan baik selama ini," Arjoona mulai ikut campur dengan memberi pendapat. Ia melirik pada Keith dengan sudut matanya.

"Semuanya terserah padamu sayang, papa hanya menjalankan permintaan mommy mu," Arjoona langsung mendengus sinis mendengar perkataan Keith, dan Keith yang mendengar merasa tersinggung lalu menoleh pada Arjoona. Ia memiringkan kepalanya menatap Arjoona dengan kening berkerut.

"Aku rasa ini tidak ada urusannya denganmu tuan Harristian, kamu disini hanyalah kepala divisi pabrik," ujar Keith mulai kesal biarpun ia masih agak tersenyum. Arjoona hanya tersenyum dan melipat tangannya. Claire yang merasa akan terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan langsung berdiri dan menghampiri papanya.

"Papa balik aja dulu, nanti aku hubungi kalau sudah ada keputusan. Aku harus diskusi dulu sama beberapa manager mengenai hal ini," ujar Claire mencoba menenangkan ayah tirinya.

"Tentu, lagipula papa sebenarnya memang banyak pekerjaan. Jika tidak karena permintaan mommy mu, papa tidak akan kemari,"Keith mencoba menegaskan posisi nya yang penting. Claire jadi tidak enak mendengarnya, ia tau papa nya sedang menyindir.

"Jika anda memang punya pekerjaan lebih baik aku rasa menjadi penasehat perusahaan bukanlah posisi yang tepat untuk anda," Arjoona mulai mengibarkan bendera perang dengan Keith. Ia mulai membuka konfrontasi langsung dengan pria Inggris itu. Arjoona berbalik dan berhadapan langsung dengan Keith yang memiliki tinggi hampir sama dengannya. Arjoona sedikit lebih tinggi dari Keith dan ia memandang pria itu tanpa rasa takut sama sekali.

"Arjoona Harristian, lebih baik kamu urus saja urusanmu sendiri," Keith mulai terpancing emosi. Dan Arjoona makin tersenyum manis namun beracun. Sedangkan Claire malah terjebak ditengah tubuh tinggi ayah tiri dan suaminya itu.

"Kenapa anda malah marah tuan Barnett, aku adalah bagian dari perusahaan ini. Aku hanya menyampaikan pendapatku. Aku rasa semua manajer akan berpendapat sama denganku, kami belum butuh penasehat perusahaan, bukan begitu ibu CEO?" Arjoona malah melempar pertanyaan pada Claire sambil seolah memberi kode pada pandangan matanya. Claire mengerutkan keningnya dan tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Joona.

"Pa, nanti aku telpon ya. Kami harus meeting dulu soal ini," Keith tersenyum dan menaikkan alisnya sambil mengangguk.

"Tentu, kamu bisa minta bantuan papa kapanpun kamu butuh. Papa selalu mencintai kamu hhmm," ujar Keith menetralisir keadaan. Ia memeluk Claire sambil melihat pada Arjoona dengan pandangan membunuh. Setelah melepaskan pelukannya, ia tersenyum kembali pada Claire.

"See you princess," Keith mengelus punggung Claire sebelum beranjak keluar dari ruangan itu. Ia masih memberi Arjoona pandangan benci yang sama dan membuang muka setelahnya. Arjoona yang tidak mau menyerah juga memberi Keith pandangan yang sama. Keluar dari ruangan Claire, Keith mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya.

Setelah Keith keluar, barulah Claire mendelik pada Arjoona sambil melipat kedua tangan ke dada.

"Kamu ngapain barusan? Dia itu papaku," hardik Claire hendak memarahi sikap Joona yang dinilai tidak sopan.

"No, dia hanya pria yang menikah sama ibu kamu," sahut Arjoona santai.

"Kamu tau apa?"

"Terserah, tapi kakek kamu udah cerita gimana laki-laki itu sebenarnya," Claire makin mendengus kesal.

"Dengerin aku Claire, kamu gak boleh salah langkah. Sedikit salah kamu bisa kehilangan semuanya, perusahaan ini bahkan mungkin Winthrop Corp. Kamu gak bisa percaya sama Keith Barnett," Claire mengerutkan kening. Mengapa sekarang Joona malah mengatur-atur dirinya?.

"Keith adalah orang yang mengurus aku dari kecil Arjoona, dia adalah orang tua yang gak pernah aku dapatkan," ada rasa getir dan pahit dari kalimat yang diucapkan Claire. Gadis itu sesungguhnya amat kesepian dalam hidupnya. Memiliki kekayaan dan warisan besar Winthrop tidak membuatnya bahagia.

"Menurut kamu kenapa dia mengurus kamu dari kecil, kecuali dia ingin mengharapkan sesuatu dari kamu," jawab Joona dengan nada rendah. Ia masih memandang Claire dengan pandangan lekat.

"Aku diminta kakek kamu untuk melindungi dan memastikan kamu akan menduduki posisi sebagai pemilik Winthrop Corp, tolong jangan buat pengorbananku sia-sia hanya karena keputusan ceroboh yang kamu buat," Claire menundukkan pandangannya.

"Claire, aku tau kita tidak saling menyukai. Lebih tepatnya saling membenci satu sama lain, tapi aku gak akan pernah mencelakai kamu. Aku akan melindungi kamu hingga tiba waktunya kita bercerai," Arjoona masih memadang Claire yang menaikkan lagi matanya melihat Joona. Arjoona seolah sedang membuat janji nya pada Claire dan Claire pun mengangguk perlahan. Arjoona ikut mengangguk dan mengatupkan bibirnya. Ia berjalan mundur dan hendak pergi dari ruangan Claire.

"Sampai jumpa di rumah," ujar nya lalu berjalan ke arah pintu dan keluar. Claire hanya melihat saja Arjoona pergi dari ruangannya tanpa bicara apapun lagi. Ia menghela nafas beberapa kali sebelum akhirnya kembali ke meja kerjanya.

MANSION WINTHROP

Entah apa yang Arjoona pikirkan. Ia mondar mandir di ruang tamu menunggu Claire yang belum tiba dirumah. Waktu sudah jam 9 malam dan ia belum sampai di mansion sama sekali. Arjoona tau jika Claire sudah pulang dari sejak pukul 5 sore tapi hingga saat ini dia belum tiba di rumahnya.

Arjoona bahkan melewatkan makan malam nya dan terus melihat jam di tangannya. Ia masih mondar mandir seperti seorang ayah menunggu anak gadisnya yang pulang telat.

Arjoona mengambil ponsel dan melihat lagi jika saja ada panggilan untuknya tapi tidak, Claire tidak pernah menghubunginya meski mereka saling memiliki nomor ponsel.

Namun tak lama kemudian, ponsel Arjoona bergetar. Sebuah nomor yang tidak ia kenal menghubunginya. Joona pun mengangkatnya.

"Joona ini gue Kenanga, sahabatnya Claire,"

"Ya, gue ingat, ada apa Kenanga?"

"Gue pikir lo suaminya Claire, tapi kenapa lo biarin istri lo makan malam sama cowok lain?" mata Arjoona langsung membesar.

"Apaa, maksud lo apa!" sahut Joona setengah berteriak.

"Gue rasa lo terlalu percaya sama Claire,"

"Dimana Claire sekarang," tanya Joona dengan nada marah.

Arjoona keluar dari mansion dan langsung masuk ke mobil nya. Ia keluar dengan pakaian seadanya, hanya kaos dengan luaran kemeja dan celana sweatpants. Ia mengebut ke alamat yang diberikan oleh Kenanga.

Begitu ia tiba di restoran Perancis itu, ia langsung masuk dan langsung dicegat pegawai reservasi karena pakaian yang ia gunakan sangat tidak formal.

"Maaf pak, apa anda sudah reservasi?" Arjoona mendengus.

"Ya, aku bersama Claire Winthrop," jawab Joona sambil mendelik pada pengawai itu. Pengawai itu pun tidak bisa berbuat apapun karena Claire Winthrop memang sedang berada di dalam. Arjoona mengedarkan pandangannya hingga ia menemukan istrinya bersama pria lain yang tak lain adalah Louis Pradipta.

Arjoona langsung berjalan ke arah meja mereka dan menarik sebuah kursi kosong di sebelah meja lain lalu duduk diantara Claire dan Louis. Claire yang kaget melihat Joona tiba-tiba ada di mejanya melebarkan mata.

"Kita mau makan apa?" tanya Joona sinis dengan nada marah. Louis yang marah hendak menarik kerah baju Joona.

"Ini restoran mahal, gue rasa lo gak mau reputasi lo jatuh karena lo mukulin suami dari perempuan yang sedang lo ajak makan malam, ya kan?" ancam Joona dengan wajah mulai merah. Louis tidak bisa membuat keributan atau semua orang akan melihat mereka.

"Lo jangan macam-macam Arjoona, gue bisa bikin hidup lo hancur," Louis balik mengancam. Arjoona menyengir sinis.

"Lo seharusnya tau diri, Claire udah nikah sama gue. Lo bodoh cuma jadi selingkuhan nya Claire,"

"Arjoona..." tegur Claire setengah berteriak. Arjoona lalu mengalihkan pandangannya pada Claire.

"Bersikaplah sebagai istri Claire, bukan berselingkuh dibelakangku," geram Arjoona melihat Claire lekat.

"Sekarang ikut aku pulang, atau aku akan bikin kalian berdua malu karena hubungan gelap," tambahnya masih melihat Claire.

"Ini yang terakhir, sekali lagi kejadian. Gue bakal bikin lo babak belur, jangan pikir gue gak berani," Arjoona mengancam Louis yang hanya bisa mengepalkan tangannya. Arjoona langsung menarik tangan Claire meninggalkan mejanya. Ia setengah menyeret istrinya keluar dari restoran mewah itu. Tiba di dekat parkiran depan lobi, Claire menghentakkan tangannya lepas dari pegangan Arjoona.

"Kamu bukan siapa-siapa Arjoona, ngapain kamu ngurusin aku?" Arjoona mendekati Claire mengintimidasinya dengan tinggi tubuh dan sifat dominannya.

"Kamu pikir aku patung? Aku nungguin kamu dirumah, kamu malah disini sama laki-laki lain," bentak Arjoona kesal. Kecemburuannya terlihat jelas dan itu membuat kening Claire berkerut.

"Bukan urusan kamu aku sama siapa,"

"Aku suami kamu, Claire," Claire mendengus.

"Tapi kamu cuma suami kontrak, kita bakal cerai,"

"Kalo gitu kamu bisa tahan diri sampe kita bercerai, bisa kan?" Claire terdiam sambil terengah. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Kenapa? Kamu gak bisa nahan diri? Kamu pikir dia cinta sama kamu?" Joona makin mengeraskan kalimatnya. Ia benar-benar marah.

"Kalau dia memang cinta sama kamu, dia akan nungguin kamu. Bukan seperti ini, kamu cuma merusak kepercayaan kakek kamu dan nama baik kamu sendiri," Claire masih diam dan terengah mendengar Arjoona terus mengatakan semua fakta. Arjoona melepaskan nafas keras beberapa kali dan meletakkan kedua tangannya di pinggangnya.

"Kamu gak tau apa-apa," jawab Claire setelah ia terdiam lama.

"Aku gak buta Claire, kenapa kamu gak bisa tinggalin dia? Kalo kamu beneran cinta sama dia dan dia cinta sama kamu kalian akan kembali bersama setelah kita cerai," Claire menggeleng dan airmatanya mulai jatuh.

"Bukan itu!" balas Claire.

"Lantas apa?" sahut Joona cepat.

"Kamu takut? Apa yang kamu takutkan, takut dia ninggalin kamu atau takut kamu gak punya siapa-siapa lagi setelah kita cerai!" Arjoona setengah berteriak dengan marah. Arjoona yang kesal langsung membalikkan tubuhnya. Ia benar-benar sedang menahan amarah. Tangis Claire pecah begitu Arjoona berbalik.

Joona sendiri tidak mengerti dengan perasaannya pada Claire. Ia begitu marah melihat Claire yang tidak mau melepaskan kekasihnya. Dan sesuatu terjadi dibalik nafas Joona yang tersengal menahan amarah. Claire memeluk pinggangnya dari belakang sambil menangis. Dan Arjoona hanya mengatur nafasnya membiarkan Claire memeluk dan menangis terisak di punggungnya.

Sementara Louis yang keluar dari restoran itu menghentikan langkahnya begitu ia menemukan Claire tengah memeluk Arjoona dari belakang. Arjoona masih terus berdiri dan tidak berbuat apapun. Louis melihat Arjoona dan Claire dengan posisi seperti itu dengan perasaan tidak menentu.

Ia mengepalkan tangannya dan matanya seolah berkabut. Louis mengeraskan rahangnya dan memalingkan wajah. Ia kemudian berjalan ke arah berlawanan dan masuk ke mobilnya. Louis menyandarkan keningnya pada kemudi mobil dan berfikir.

"Apa gue harus menunggu seseorang yang gak buat gue lagi?" gumamnya pelan.

Arjoona berbalik setelah tangis Claire reda. Ia menyeka sisa air mata Claire dengan jari telunjuknya.

"Ayo pulang, kamu butuh istirahat," ujar Joona dengan nada rendah tidak mau melanjutkan pertengkaran mereka. Claire hanya menunduk dan mengikuti Joona untuk masuk ke dalam mobilnya. Arjoona yang telah lebih tenang lalu masuk ke mobil dan mulai menghidupkan mesin. Ia keluar dari tempat parkir menyetir tanpa berbicara apapun hingga tiba di mansion Winthrop.

Claire langsung keluar dari mobil Joona begitu mobil itu berhenti. Arjoona hanya memandang punggung Claire masuk melewati lobi ke dalam. Ia masih belum turun dari mobilnya dan memejamkan matanya beberapa kali.

"Ada apa sama gue, kenapa perasaan gue malah gak enak?" gumamnya sambil keluar dari mobilnya dan ikut masuk ke dalam. Claire sudah masuk ke kamarnya dan Arjoona pun melakukan hal yang sama.

Arjoona terus menerus mengantukkan jemarinya di kening mencoba mencari jawaban atas tindakannya malam ini. Mengapa ia harus marah? Apa hanya karena ia seorang suami? Apa suami pernikahan kontrak tidak berhak marah? Berbagai pertanyaan itu bertubi-tubi muncul di benaknya.

Sedangkan Claire hanya berbaring di ranjang tanpa bisa tidur sama sekali. Perkataan Arjoona terus terngiang di pikirannya. Apakah Louis benar-benar mencintainya? Apa dia mau menunggu Claire selama itu? Tiba-tiba ciuman Arjoona di ruangannya beberapa minggu lalu kembali di pikiran Claire. Tanpa sadar ia meraba bibirnya sendiri dan memejamkan matanya. Setengah melamun, ia tersentak ketika terdengar ketukan di pintu kamar. Claire mengerutkan kening dan berdiri akan membuka pintu.

Arjoona terlihat di depan pintu kamar Claire membawa segelas susu hangat. Claire melihat Joona dengan tatapan polosnya. Ia terlihat imut dengan dress tidur babydoll dan rambut tergerai tanpa make up. Joona tersenyum manis dan mendekat.

"Aku minta maaf soal tadi, gak seharusnya aku marah-marah" ujar Joona dengan nada lembut. Sejenak Claire seolah terpana pada pria menyebalkan yang berdiri di depan pintu kamarnya itu. Arjoona hanya memakai kaos oversized dengan celana 7/8 yang kebesaran. Rambutnya jatuh begitu saja, terlihat imut dan manis. Claire tidak menjawab dan Arjoona menyodorkan gelas susu itu untuk Claire.

"Sebagai permintaan maaf dan supaya kamu bisa tidur nyenyak," ujar Joona sambil tersenyum. Claire membalas senyuman dan mengambil gelas susu hangat itu.

"Malam Claire..." ucap Arjoona lembut dan mundur perlahan.

"Malam Joona..." balas Claire dengan nada lembut yang sama. Arjoona masih tersenyum dan berbalik masuk ke kamarnya. Claire menutup pintu kamar dan berdiri bersandar di pintu. Ia menggenggam gelas itu sebelum tersenyum malu-malu dan meminum susunya perlahan. Sedangkan Arjoona juga melakukan hal yang sama, ia masuk dan menyandarkan punggungnya pada pintu. Arjoona tersenyum pelan menyandarkan kepalanya dan menikmati rasa bahagia yang perlahan masuk ke dalam hatinya.