Jihan menyiapkan diri untuk segera bertemu dengan Janggan di McD Mall Malioboro sekalian sambil nanti nyari keperluan beberapa make upnya.
Kira kira gimana ya tanggapan Janggan tentang perjodohan ini, kalo diperhatikan sebenarnya ganteng sih orangnya dengan manik mata hitam kelihatan gantleman, postur tubuh idaman tinggi 175 an, body atletis siapa juga yang kuat nolak pesonanya. Tapi gimana dengan Yudistira, temen deketnya sejak masuk kuliah pertama, lihat nanti deh, Janggan orangnya baik gak ya ?, kenapa aku jadi meragukan perasaanku sama Yudis, masa bodo, terserah apa kata nanti setelah ketemu dengannya, itu artinya kamu dah punya harapan sama Janggan, kenapa jadi ruwet gini, gara gara papa nih.
Dengan menggunakan dress warna ungu selutut dengan sepatu sneckers, dia poles wajah cantiknya dengan make up yang natural, dilihatnya wajah pantulan di cermin Jihan tersenyum puas cukup dak berlebihan, ready to go.
Akhirnya Jihan bertemu di Mall Malioboro dengan Janggan,""Hai, ke sana yok, dak banyak pengunjung duduk disitu," Janggan mengajaknya duduk agak jauh dari pengunjung lain di luar sebelum pintu masuk sebelah kanan deket patung badut McDonals, " aku pesen dulu ya mas, mau dipesenin apa nih" tanya Jihan, " ngikut kamu aja deh," jawab Janggan pada dasar nya dak seberapa suka dengan makanan fastfood atau junkfood, yang digilai anak anak muda sekarang, karena menurutnya kurang sehat.
Selesai pesen dia bawa nampan berisikan beefburger deluxe, cheesburber, chicken muffin dan nasi uduk McD plus ayam suwir, dengan minuman cola dan orange, Jihan pesen agak banyak sebenernya karna bingung tadi Janggan ngikut aja pesannya, biar aja deh kalo dak habis kan bisa dibungkus dikasih ke bang Ali tukang kebunnya.
Drt drt drt
Handpone di saku Janggan berbunyi, diambilny tertera nama Lusi di layar hp, VCall, diangkatnya "Hai assalamualikum, lagi dimana mas kok rame" gadis yang dirindukan, deg jantung Janggan berdetak lebih keras, terlihat senyum diwajah Lusi," waalaikum salam, lagi di McDonald Malaiboro, mau kesini, katanya dah kangen sama mas". aksi merayu Janggan sambil memberikan ciuman jarak jauhnya buat lusi jadi geli dengan tingkah laki laki yang dikangeni, " jauh mas, mas aja yang ke sini kita lihat pantai, dari tempatku dekat, aku kalo berkendara jauh mabuk," lusi sambil memainkan rambutnya yang terjuntai ke depan yang tertanggap di hp Janggan, dengan wajah menggemaskan, kayak anak kecil minta permen " baiklah, nanti aku susun rencana ke sana, dah dulu ya, nanti malem deh aku telpon lagi, di sini rame dik dak enak suasananya, see you, muach," Janggan mengakiru VCall nya dengan Lusi karna di depan jarak 20 kaki udah terlihat Jihan menuju ke tempatnya
"Banyak banget pesennya, emang habis semua nanti," komentar Janggan, melihat Jihan sedikit kerepotan.
"kalo dak habis bisa kok tak bawa pulang buat bang Ali di rumah, tadi mas dak nyebutin pesen apa, takut dak dimakan,"
mereka menikmati makan, Janggan milih nasi uduk dengan ayam suwir, sedang Jihan ngambil beefburger, "ternyata ada juga ya nasi uduk di McD, pinter juga mereka memadukan dengan makanan khas lokal," sudah dapat diprediksi Jihan kalo Janggan milih jenis makanan ini, bukan yang junkfood.
Selesai mereka menghabiskan masing masing makannya yang hampir bersamaan mengambil tissu kemudian dilap ke bibir mereka, " emm," Janggan memulai pembicaraan, " aku sebenarnya mau nanya ke Jihan, apa kamu setuju aja dengan rencana orang tua kita," Janggan langsung ke inti persoalan kenapa dia mengajak ketemuan, Jihan diam, menunggu Janggan melanjutkan perkataannya," aku dak bisa bohongi kamu, atau pura pura dan langsung mengiyakan rencana itu, tapi aku pingin memastikan dulu ke kamu, karna satu sisi kita juga menghadapi orang tua, kalo bisa gimana biar dak nyakitin hati mereka," Janggan menarik nafas panjang mengingat bagaimana mamanya pasti akan memaksakan perjodohan ini.
"apa mas Janggan mempunyai kekasih," Jihan menatap sepasang mata lelaki di depannya, "kamu sendiri gimana ?, pasti sekarang ada yang dekat sama Jihan, kita ngobrol untuk mencari kesepakatan, jujur aku memang punya sesorang dan aku juga takut ngecewain dia," Janggan dak lagi bisa menahan perasaannya takut kehilangan lusi, walau secara penampikan, Jihan lebih update dan juga tidak berlebihan, tapi lusi membawa rasa yang berbeda di hati Janggan, nyaman, tapi dia bingung gimana dengan ibunya, jadi dilema tersendiri.
"aku memang punya sesorang mas yang deket, tapi aku belum punya komitmen apapun sama dia, sekedar seneng aja jalan bareng dia," Jihan tanpa beban menyampekannya, "mas Janggan seorang laki laki, aku percaya mas akan memikirkan yang terbaik untuk semuanya, kalo mas mau menolak perjodohan kita jihan dak masalah, tapi mas yang bilang mama sama ibu, aku dak tega ngecewain mereka, tapi kalo mas mau dilanjutkan rencananya jihan mau belajar mengenal mas lebih baik, " apa apaan ini, itu artinya dia menyerahkan keputusan pada ku, "baiklah jihan, bagaimana kalo kita beri waktu hati kita masing masing untuk memahami sebenarnya keinginan kamu gimana dan aku juga akan merenungkannya, mungkin dengan shalat istiqarah dulu."
"Kita pulang masing masing ya, aku dak perlu nganter, kamu kan bawa supir, " Jihan mengangguk. mereka kemudian beranjak meninggalkan tempat menuju parkiran. Janggan pusing rencana nya menegaskan pada Jihan kalo dia punya kekasih dan meminta Jihan dak usah menyetujui rencana orang tuanya, kenapa jadi dia nyerahkan semua ke aku untuk ngambil keputusan sulit ini.
Terus gimana dengan Lusi .....