Chereads / Dibatas Senja / Chapter 19 - Bab 19

Chapter 19 - Bab 19

Lusi menatap wajahnya di cemin setelah memoles dengan sidikit bedak dan lipstik warna senada dengan warna bibirnya biar dak kelihatan pucat aja, memastikan kalo make up dak ketebalan, dengan berpakaian santai, celana jean warna hitam dan kaos lengen pendek berwarna pink, dia siap bertemu dengan sang pujaan hatinya. Semalam Janggan menelponnya, kalo hari ini akan ke rumah Lusi, dan minta dijemput di kota, karna jarak kota dengan rumahnya yang masih butuh 20 menit dengan kendaraan bermotor, maka hari ini lusi membawa motor metiknya menuju ke kota.

Sampailah lusi di terminal kota menunggu lebih baik daripada nanti mas Janggan lebih dulu datang kasihan karna dak mengenal daerah ini.

Kenapa dia dak ngabari lagi, semalam katanya berangkat habis subuh kalo 4 jam, artinya jam 8 an sudah sampe paling lambat 1 jam dari perkiraan jika dak ada macet atau kejadian lain, bentar lagi paling sampe.

Lusi menyakinkan kembali kalo tadi sudah sharlok ke Janggan dimana nanti dia nunggu, kenapa ditelpon dak aktif handpone nya dari tadi.

Lusi kembali melihat jam tangannya 10.30 WIB, itu artinya dia sudah menunggu 2 jam 30 menit, dari tadi para penjual makanan ringan, minuman, bergantian mendekatinya menawarkan dagangannya, kebiasaan lusi selalu membawa air mineral di dalam tas bodypack nya, ada apa mas kok dak menghubungi lusi, mana handpone nya mati lagi, baiklah aku tunggu sampai jam 12 an deh, lusi bosen juga memainkan handpone, dibukanya canel webnovel nya, untuk mengisi kegundahan karna dak ada kabar dari Janggan.

flasback on

"Mas besok ke rumah dik lusi boleh," Janggan menelpon lusi karna pusing dengan kekerasan hati ibu nya yang masih tetap dengan melanjutkan perjodohannya, "beneran mas, jam berapa berangkat, nanti aku tunggu di terminal kota, biar mas dak kesasar karna kadang google map nya dak pas, maklum sinyal di desa kurang bagus, " senyuman lusi mengembang dengar pacarnya mau ke rumah, aku dah kangen lihat wajah gantengnya langsung, gak marem meski saat ini dia bisa lihat dari handpone karena mereka lagi VCall

"tunggu ya, rencana aku berangkat habis shalat subuh, biar dak macet, biar cepet ketemu dan bisa nyubit pipi yang nggemesin itu," Janggan terkekeh sambil nunjuk ke pipi lusi di layar handpone nya.

"ya aku cubit balik, wek," lusi menjulurkan lidahnya sambil menatap pacarnya yang berwajah lucunya, "ah....kenapa kamu pasang wajah begitu tambah gemes aku dik, awas ya dak bakal tak lepasin kamu kalo ketemu," Janggan tergelak melihat lusi yang melotot ke arahnya. " udah kamu bobok dulu biar dak ngantuk besok dak bisa bangun pagi, gagal deh kita ketemuan, bye sayang, tidur nyeyak ya, mimpiin mas jangan lupa, " Janggan tetap menggoda lusi meski dalam hatinya merasa teriris gimana kalo mereka harus pisah sanggup dak dia nyakitin hati Lusi, hancurin kebahagiaan gadis yang disayanginya.

flas back off

Setelah setelah subuh Janggan keluar dari kamar dengan style nya yang khas, celana pendek jean dan kaos putih tanpa lengan menunjukkan otot bisep nya yang menonjol karna sering olah raga, dengan sepatu spot tak lupa bodypack yang sudah berada di lengan kanannya, " mau ke mana Gan, " bapak yang berada di ruang keluarga sambil menikmati kopi paginya, dak terlihat istri laki laki paruh baya ini, untung dak ada biar dak ribet banyak tanya pikir janggan, " ke rumah teman pak, ada yang mau dislesein," jawab Janggan santai, "

"Bisa sekalian antar ibumu, tadi rencana mau ke Yogya, sekalian bapak sedikit dak enak badan, dak tahu paling capek, " permintaan bapak mana bisa dia nolak tapi artinya dia dak bisa langsung berangkat sesuai janjinya sama lusi.

" ibu mana pak ?, rencana berangkat kapan, Janggan ada janjian, "

"ayo sekarang berangkat Gan, ibu juga sudah siap, beneran kalo kamu yang nganter ke rumah tante indri, kamu bisa ketemu sama Jihan kita juga mau ngomongin tunangan kamu kok," ibu tersenyum misterius sama anak kesayangannya. berbeda dengan Janggan yang seperti istilah jawa ulo marani gepuk ( ular mendekati alat pemukul, alias siap mati ), mampus aku, kenapa sih ibu dak biarin aku tenang dulu sebentar aja.

"bu tapi aku ada janjian sama temanku," Janggan berusaha menghindar dari situasi yang nantinya tidak diinginkan, " Dak papa setelah selesai dari tante indri kamu bisa langsung ke temanmu, ibu biar dianter Jihan pulangnya," nah lo ada kan solusi buat ibu, tapi bukan buat Janggan, oh my God.

Butuh waktu 30 menit perjalanan sampai tujuan di rumah Jihan yang langsung disambut tawa meriah dari tuan rumah, "pagi sekali mbakyu Nimas ( sebutan kakak ), ayo masuk sama nak Janggan, wah ganteng nih calon mantu mama," hem basa basi yang membuat nek di perut Janggan yang belum sarapan, " iya dik intri tadi sekalian bareng Janggan katanya ada janjian sama teman kuliah, ngerjakan tugas akhirnya, " darimana ibu lancar berbohong gitu kan tadi Janggan dak ngomong mau kemananya dan sama siapanya, kenapa mesti gini, Janggan garuk garuk kepalanya yang tidak gatal, runyam sama mak mak seleb.

"Jihannya mana kok dak kelihatan," ibu tambah bertingkah deh senyum senyum liatin aku yang gelisah dengan janjianku yang tertunda,.aku belum hubungi lusi lagi, celaka dua kali nih.

Jihan muncul mendengar ada percakapan di luar kamar, langsung menghampiri ibu cium tangan kanannya, "pagi tante nimas, mas Janggan, jihan ambilin minuman dulu ya," basa basi yang kental klop dengan calon mertuanya batin Janggan.

"Bu, Janggan tinggal ya, dak enak kalo telat sampenya, "

"Tunggu sebentar, dak sopan bertamu langsung balik sebelum ngicipi camilan dan minumannya, ayo duduk dulu, dak lama, iya kan mbakyu," tante indri merayu Janggan untuk duduk di di ruang tamu.

"iya dik indri, kita kan mau bicarakan hari pertunangan mereka berdua," Janggan bertambah canggung dengan pembicaraan dua wanita disamping nya ini, " gimana kalo dua minggu lagi, sebelum liburan mereka selesai, lebih cepat kan lebih baik, " ibu Janggan mengambil inisiatifnya. Deg ini apa apaan terasa berat kepala Janggan memikirkan masalahnya.

"aku setuju aja mbakyu, tinggal tanggal berapanya," tuan rumah menyetujui keinginan kolot ibuku, tanpa bertanya apapun ke aku. Kemudian jihan muncul, " gimana kalian, setuju kan 2 minggu lagi, "

Janggan dak bisa berkata apapun syok dengan keputusan mereka.

"Jihan ikut aja mas Janggan gimana, "

nah lo semua terserah Janggan apa terserah ibunya nih perlu diperjelas

mumet kepalanya mas Janggan