Chereads / Dibatas Senja / Chapter 20 - Bab 20

Chapter 20 - Bab 20

Bagaimana mungkin mereka memutuskan tanggal pertunangan diadakan 2 minggu lagi, sedang dari awal Janggan belum menjawab setuju atas rencana orang tua mereka, dan tiba tiba saja tuh anak dengan seenaknya ngomong "Jihan ikut aja mas Janggan gimana, "Jihan malah membebankan semua keputusan padaku, dasar dak punya prinsip, bukankah dia juga punya kekasih, kenapa dak diperjuangkan. masa bodo, bodo amat.

Akhirnya janggan pamit pada tante indri karna sudah lebih dari 3 jam, dan meminta tolong sama Jihan untuk mengantarkan ibu pulang.

Mobil Janggan melaju dengan kecepatan diatas rata rata, bagaimana tidak dia telah membuat seseorang menunggu terlalu lama, Janggan tidak berani menghubungi lusi, namun tetap diraihnya handpone yang berada diatas dashboard mobil nya, ah ternyata handpone nya belum dinyalakan sejak semalam, pasti lusi udah hubungi aku dari tadi. Segera diaktifkan hp nya agar dia bisa menghubungi lusi, pasti dah nunggu lama. perjalanan sampai ke Lamongan butuh waktu 4 sampai 5 jam dengan melewati 5 kabupaten, Boyolali, Sragen, Blora ( cepu masuk kab Blora ),kemudian masuk ke Jawa Timur melewati Bojonegoro baru Lamongan, melelahkan tapi untuk seseorang yang membuatnya gundah dak membuatnya capek. Janggan berhenti di Bojonegoro untuk istirahat sejenak sambil menunaikan ibadah shalat dhuhur, di SPBU sambil mengisi bahan bakar mobilnya, selesai shalat Janggan menelpon Lusi saat waktu menunjukkan 11.50 waktu setempat.

drt drt drt

"assalamualikum, sayang maafkan mas, ada gangguan kecil tadi nganter ibu dulu ke yogja," lusi mengangkat langsung telpon dari orang yang sudah dari tadi dia tunggu," mas dimana aku dah capek nunggu, aku mau balik capek," aduh gimana lusi ngambek pasti, Janggan mencoba merayu gadisnya.

"mas nyampe kota Bojonegoro, mau nunggu atau mas balik lagi Sleman nih, "

ancaman Janggan kontan buat lusi nyesel ngambek, " baiklah lusi tunggu, nanti kabari lagi kalo dah deket, maaf lagian dak ngabari dari tadi, "

"Senyum dulu, biar cantiknya dak hilang dik," Janggan kembali menggoda lusi, biar dak ngambek.

"aku nyari cafe dulu, minumanku habis haus," lusi tetep dengan wajah cemberutnya.

"Ok mas lanjutin perjalanan biar cepet ketemu dik lusi, muaaach," kecupan jarak jauh Janggan bikin lusi geli dan ketawa kemudian mengakhiri telpon.

Lusi menuju arah di dalam kota, di dapur roti di lantai bawah menyediakan aneka roti tapi di lantai atas sebagai cafe untuk tempat nongkring temen temen muda, atau para pebisnis muda yang sedang istirahat sambil makan siang dan ngopi cantik disini. Lusi mengirimkan lokasi ke Janggan biar nanti nyusul bisa langsung makan siang bareng.

Lusi memesan capucino hangat dan juga makanan ringan pisang keju coklat, karna sebenarnya sudah waktunya makan siang tapi dia nunggu Janggan.

"Hai... sory nunggu lama ya, " seseorang memegang pundaknya dari belakang, laki laki yang ditunggunya, " mas Janggan," senyuman mengambang di bibir lusi, terlihat wajah yang sumringah menandakan betapa bahagianya dia.

"aku pesenin minum apa mas, sama makan sekalian ya, shoto makanan khas daerah sini, mau aku pesenin juga," Janggan hanya menatap syendu pada gadis di depannya dan di pegang tangan lusi dengan lembut, " duduklah, mas mau bicara dulu." Janggan menarik nafas panjang," mas mau dijodohkan," kata kata tajam ini hanya ditelan janggan dalam hati tanpa berani terucapkan.

"Ada apa mas, kenapa ?" lusi bingung dengan sikap Janggan.

"kamu cantik, mas kangen, " Janggan meneguk air mineral yang sudah dipegangnya saat dia datang, terasa berat beban sesak rasanya didada, namun dia rahus tetap tersenyum pada gadisnya.

"Jalan jalan yok, mas pingin bersamamu, dak di suasana rame kayak gini, dak nyaman"

"baiklah," akhirnya lusi beranjak dari duduknya dengan membawa tasnya, janggan meraih tangan lusi untuk digandeng, lusi melihat ke arah pacar gantengnya ada apa sebenarnya seperti ada sesuatu dalam sorot matanya.

"kita ke alun alun, jalan kaki dekat kok dari sini, jalan aja, mobil mas biar aja diparkir di sini aman," Janggan mengangguk dan tersenyum kemudiann dikecupnya tangan kekasihnya dengan lembut. Mereke keluar dari cafe untuk jalan ke alun alun kota karena sore hari sinar mentari dak lagi terik, nyaman buat mereka berdua.

Akhirnya meteka memilih tempat duduk melingkar di depan mainan anak anak karna bukan hari minggu jadi suasana dak terlalu ramai.

" mas ada apa, aneh deh dari tadi," Lusi membuka keheningan, dari tadi Janggan seperti dak di tempat pikirannya, " aku dak bisa bohongin kamu, keluargaku membuat perjodohan, " Janggan menunduk dak berani menatap lusi, Janggan ber aku kamu artinya yang disampekan serius, dia harus sampaikan meski terluka hatinya dan juga melukai hati gadisnya," maksudnya mas dijodohkan, dan mas nerima gitu aja," lusi melepas tangan yang dari tadi digenggam erat Janggan, tanpa ada jawaban dari Janggan dia hanya diam yang diartikan setuju sama keluarganya.

"meski hubungan kita belum lama, apa mas dak sayang sama lusi, mas jauh jauh cuma mau bikin kecewa aku," lusi mencoba menahan airmata yang siap meluncur dari sudut matanya, " ibuku orangnya keras lus, mas bukan dak sayang sama kamu, mas dak bisa milih keinginan ibu atau mertahankan kamu," Janggan semakin merasa bersalah dan kasian sama lusi, dia yang waktu itu meminta gadis ini menerima perasaannya dan dia juga sekarang yang menghancurkannya, lelaki macam apa aku ini dimatamu dik. Lusi sesenggukan dak bisa berkata apapun,

"Ayo kita ke mobil dilihat orang banyak, hapus airmatamu, nanti cantiknya hilang," lusi setuju ajakan Janggan dan segera mereka berjalan dengan saling diam menuju ke parkir mobil yang ditinggal di cafe tadi, Janggan membukakan pintu mobil untuk lusi," aku bawa motor mas, "

"Masuklah," permintaan janggan tidak mau dibantah. kemudian Janggan memutar dan masuk dalam mobil untuk driver, mobil pun dihidupkan dan ditekan handle kunci, Janggan menarik nafas panjang, sedetik kemudian diraihnya tangan gadisnya dan dielusnya dengan lembut " Jangan nangis, mas dak pantas meminta maafmu, salah mas dak bisa menolak keinginan ibu, aku akan terima apapun hukumanmu," begitu lembut suara lelaki ini namun maknanya sangat sangat melukai perasaan hati seseorang yang sedang dilanda kasmaran.

"Aku harus tegar mas, mungkin kita memang dak berjodoh, moga pilihan ibu lebih tepat dibanding aku untuk disampingmu " dipegangnya dagu gadis yang sedang berurai airmata, ia tahu yang terucap tidak sama dengan hatinya, ia sangat tahu, dikecupnya bibir ranum dengan lembut berlahan dilumatnya, lusi terbawa suasana menikmati irama lembut yang disajikan Janggan, Lusi melepas ciuman bibir dan memandang Janggan syahdu, "aku rela mas, menyimpan perasaan ini sendiri dalam memoriku, terima kasih pernah singgah dan memberi warna dalam hariku, aku akan pulang" hari ini menjadi hari terakhir mereka bersama.

Janggan sudah membuat pilihan dia dak bisa lagi menghalangi lusi untuk keluar dari mobilnya dengan perasaan terluka.