Lusi, anak FEB ( Fakultas Ekonomi dan Bisnis ) semester IV, dengan penampilan yang sederhana, tapi tetap terlihat cantik, keterbatasan ekonomi keluarganya tidak menghalangi cita citanya yang tinggi, Lusi sejak berada di SD hingga sekolah menengah atas selalu berprestasi, seringkali mewakili even olimpiade matematika.
Prinsip hidupnya sesuatu harus diperjuangkan, tidak ada kata menyerah untuk meraih harapannya.
Hidup dengan hanya sekedar cukup di keluarganya, tidak menghalangi langkah kakinya untuk memperjuangkan keinginannya.
'Ah' hanya kata itu yang keluar dari bibir mungilnya saat melihat tagihan dari tempat kuliahnya.
Ibunya harus menjadi TKW untuk bisa membiayai kuliahnya."maafkan aku ibu yang membuatmu susah" kata itu yang terus terpatri di dalam hati Lusi yang bertekat untuk bisa membahagiakan orang tua.
Bagaimana dia harus bisa menyelesaikan kuliah dengan cepat biar tidak membebani ibunya, dan mendapatkan pekerjaan dengan cepat.
Saat ini dia Semester IV, fakultas ekonomi Manajemen di sebuah universitas negeri di Semarang. Sebuah jurusan yang biasa di huni para anak anak berduit, tapi bagi Lusi justru menggunakan azaz manfaat. Anak anak berduit itu akan malas berfikir banyak, meskipun dia baru di tingkat 2 namun sering diminta mengerjakan skripsi untuk mereka dengan imbalan tertentu yang tentunya bernilai rupiah, lumayan buat nyambung hidup atau bayar uang kos. Hal ini akhirnya menjadi penghasilan tambahan.
Hidup di kota yang jauh dari tempat asalnya membuatnya harus berhemat dengan uang kiriman dari ibunya.
Jam dinding menunjukkan angka 10.30 malam waktu Indonesia bagian barat, Lusi masih asyik dengan laptopnya untuk nylesekan tugas akhir kakak tingkatnya yang satu kostan, mbak irma, anak pengusaha kayu dari Jepara. "tinggal 4 lembar lagi selesai" batin lusi"kruk kruk...kruk" penghuni perutnya pada protes."sepertinya Aku menyimpan pop mie" dicarinya di kresek belanjaan tadi sore di minimarket depan kampus.
Kemana kok gak ada ya, OMG ternyata tadi dipinjam mbak Nana sebelah kamar, mau keluar nih laper, tapi dah malem.
tek tek tek
Bapak penjual tahu tek makanan khas jawa timur tempat asal lusi berada, lagi lewat, segeralah beranjak dari kursi tempatnya mengetik tugas akhir.
Bisa dak selesai tugas ini kalo bahan bakarnya tidak diisi, yg berakhibat dengan mengunduran hasil.
"pak tarno, 1 ya" teriak lusi mendekati tukang tahu tek dengan membawa piring sendiri dari dalam kostan, biar dak ngrepotin si bapak.
"laper, lus" sapa Janggan Pringgohadi anak teknik penghuni kos depan.
"iya mas" jawab lusi singkat sambil menguap.
"garap tugas nih" sambungnya
"heem, nylesein tugas takut dak selesai" jawab lusi, sambil melambai masuk kostan setelah nerima piring dari tangan pak Tarno, cepat cepat masuk kamar untuk menutupi detakan jantungnya yang hampir lepas ketemu, seseorang yang beberapa minggu atau bulan selalu membuatnya gak tenang, si Mahasiswa Teknik asal Jogyakarta.