Chereads / Dibatas Senja / Chapter 4 - Bab 4

Chapter 4 - Bab 4

"Hai Lusi" sapa ardan kakak tingkat sejurusan sama Lusi."hai kak Ardan, mau bersepeda ke arah mana" sapa Putri, karna ardan salah satu alasan putri sering mampir ke kostan lusi.

"Kak ardan, rame rame nih" balas Lusi sambil celingukan dan deg bertemu dengan sepasang mata bermanik hitam yang dari tadi melirik Lusi sambil tetep mengayuh sepeda polygon nya.

"Biasa lus, kita berempat, nyari yang seger seger, ya dak gan" mata ardan mengarah ke Janggan yang kembali melihat lurus ke depan tanpa membalas ucapan ardan bahkan mengayuhkan sepedanya lebih cepat hingga mendahului temen nya yang lain.

Lusi melihat ke arah Janggan,'aneh deh, tuh cowok' batin Lusi, "nggak papa ya kak ardan kami ikutan bersepeda searah, mau nyari bubur ayam tuh deket kampus Tehnik" kali ini Putri yang mencoba menghangatkan suasana pagi yang masih memerah di ufuk timur, menunggu matahari yang pelan pelan naik ke luar dari peraduannya.

"Pagi yang indah sayang di lewatkan" Janggan berhenti dan turun dari sepedanya untuk mengabadikan momen terbitnya matahari berlahan dengan warna merah jingga dengan handpone nya. "waw .... indahnya" tiba tiba ada yang sudah dibelakang Janggan dan sudah menepi dari jalan raya memarkir sepeda kayuhnya.

"hu, cakepnya" Janggan memandang terpesona atas ciptaan Tuhan yang begitu sempurna, bukan memandang matahari lagi tapi pada gadis yang saat ini di depannya, sedang yang dipandang tanpa sadar terus melakukan aksinya memotret sunrise di Semarang Selatan yang merupakan kota dengan perbukitan yang indah di mana kampus mereka berada.

"iya" kata Lusi meng iya kan komentar Janggan tanpa mengerti kata yang bermakna ganda bagi yang ngucap.

"Hai, kalian berdua kok dah duluan nyampe sini, yok lanjut keburu habis nanti bubur ayamnya, katanya mau sarapan" kata Yoyok anak tehnik juga sama kayak Janggan, salah satu anggota rombongan. maklum dia biasa sarapan pagi takut cacing cacingnya pada protes kalo ngikutin temen temen nya nongkring di tempat ini.

"ayok" hampir barengan Lusi dan Janggan menjawab ajakan temannya, yang lain ngikut di belakang Yoyok.

Tampakn putri yang terus nempel di samping ardan dikuti Hanafi si anak Sastra Inggris sekostan juga ama Janggan dan Ardan.

Mereka akhirnya nyampe di perempatan jalan ke arah Fak Tehnik, dengan beraemangat menghampiri Yuk Sri si penjual bubur ayam.

Ada tempat lesehan, untuk bisa nyante sambil menunggu pesenan dianter penjual, hanya 5 menit bubur ayam sudah sampe ke pemesan masing masing tinggal memberi sambal sesuai selera.

"Habis ini kalian mau ngikut kami dak mampir kampus tehnik si Janggan ada mau lihat jadwal untuk semester pendek" Ardan lagi lagi yang jadi Jubir rombongan 4 mahasiswa yang semuanya dihadiahi tubuh atletis, apa dari lahir, ya karna mereka suka mengolah tubuhnya biar berbentuk idaman para mahasiswi.

"nggak kak, aku mau balik nanti ada kuliah jam 9 takut capek, kalo gitu aku langsung balik ya kak, bye" jawab lusi tampa memberi kesempatan putri untuk bernego, udah pasti dia akan ngikut kemana pun kak ardan.

"ok bye, kalian hati hati ya" ucap ardan, diikuti lambaian tangan dari ketiga temen cowok lainnya.

"Cie cie Janggan, dari tadi kayaknya lusi merhatiin terus ke kamu tuh waktu lagi makan bubur, tapi cantik juga dia meski polos, apalagi kalo mau dandan, pantes diajak ke kondangan, ha ha ha" Ardan tertawa sampai terpingkal pingkal ngelihat Janggan yang melotot ke arahnya, " ngaku aja deh gan, dari pada ke duluan yang lain lo, apalagi aku berubah pikiran lo, bisa klepek klepek dia kalo ku keluarkan jurus rayuan mautkua" dengan terus tertawa yang kemudian diikuti tawa kedua temen lainnya.

Janggan ngedumel gak jelas sambil menonjok lengan ardan yang meringis sakit meminta ampun temennya.

Hari ini jadi hari yang cerah buat Lusi karna bisa bareng dengan Janggan yang tanpa disadari mengisi relung kosong hatinya meski separuh hatinya menolak dekat demgan makluk yang bernama laki laki takut tujuan nya ke Semarang jauh dari kampung halamannya akan terhalang.